Jurnalisme Warga
Menulis Menjadi Keterampilan Dasar di Industri Kreatif
Kedua pelatihan ini diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh yang didukung oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Kabar baiknya, kata Eric, hadirnya produk-produk teknologi tersebut telah memicu tumbuhnya industri kreatif, yakni suatu industri yang menjadikan ide, talenta, atau kreativitas sebagai potensi untuk memperoleh kesejahteraan atau mendapatkan cuan.
Film-film yang tayang di layanan OTT tersebut tentunya diproduksi berdasarkan ide atau cerita yang dituangkan dalam bentuk skenario.
Baca juga: Sivia Menulis Sepenuh Hati di Single Suara
Semakin banyak layanan OTT, semakin banyak pula jumlah film yang harus diproduksi, maka semakin banyak pula kebutuhan pada naskah film atau skenario.
Itu artinya, keahlian ini menjadi sesuatu yang menjanjikan untuk ditekuni.
Butuh keterampilan dasar Berdasarkan Inpres Nomor 6 Tahun 2019, ada 14 sektor industri kreatif, yakni: periklanan; arsitektur; barang seni; kerajinan kriya; desain produk; fesyen; film, video, dan fotografi; permainan; musik; seni pertunjukan; penerbitan dan percetakan; layanan komputer; radio dan televisi; serta riset dan pengembangan.
Meskipun revolusi industri berpotensi meminggirkan manusia karena banyak pekerjaan yang bisa dilakukan oleh robot atau mesin, tetapi, kata Agus Hariyadi, industri kreatif tetap akan berusia panjang karena robot atau mesin tidak bisa mengambil alih pekerjaan tersebut.
Ada satu yang dimiliki manusia dan tidak dipunyai robot atau mesin, yakni rasa.
Di samping itu, industri kreatif akan menciptakan rantai pekerjaan yang panjang sehingga memperbesar peluang bagi banyak orang untuk sejahtera secara bersamaan.
Dalam dunia perbukuan misalnya, untuk menerbitkan sebuah buku, penulis bukanlah “pemain” tunggal.
Dibutuhkan setidaknya penyunting, penata letak, desainer sampul, penerbit, percetakan, hingga tenaga pemasar agar buku tersebut sampai ke tangan pembaca.
Begitu juga di industri film, selain artis, juga membutuhkan penulis naskah, produser, sutradara, penata rias, penata kostum, penata tempat, kameramen, dan lainlain.
Jika ingin dilebarkan lagi maka efek dominonya juga akan merambah hinggaa industri kuliner, pariwisata, transportasi, penyewaan alat, dan perlengkapan, bahkan fesyen.
Hal ini telah dibuktikan oleh komunitas-komunitas film di Aceh, misalnya Aceh Documentary ketika memproduksi “Ziarah Tanah Serambi” yang akan rilis Oktober nanti.
Baca juga: Mahad Aly MUDI Samalanga Gelar Pelatihan Metode Menulis Kitab Kuning
Lebih dari 21 orang terlibat dalam produksi film yang lokasi syutingnya berlangsung di Banda Aceh, Aceh Besar, Aceh Tengah, dan Kota Sabang ini.
Dengan demikian, uang yang mengalir dari pekerjaan ini tidak hanya kepada artis atau kru, tetapi juga kepada masyarakat di daerah-daerah tersebut.