Kupi Beungoh
Aceh dan Kepemimpinan Militer (XI) Benarkah “Masa Emas Aceh” Iskandar Muda Sekedar Mitos?
Semua sejarawan sepakat menyebutkan bahwa masa kekuasaan Isandar Muda adalah masa emas kerajaan Aceh yang tak tertandingi
Sebenarnya jumlah kapal Eropah yang utamanya mencari lada jauh lebih kecil dibandingkan dengan jumlah kapal dari kawasan lain yang singgah di Bandar Aceh.
Mengutip dari berbagai sumber, Lombard (1991) menyimpulkan dalam setahun hanya sekitar 4 kapal Eropah yang singgah dan berdagang di Aceh.
Sebaliknya kapal-kapal yang datang dari Cina dan India bisa puluhan, ditambah dengan kapal-kapal Timur Tengah, Turki, Afrika, dan kapal-kapal dari berbagai kerajaan di Nusantara.
Jika kapal-kapal Eropah lebih fokus kepada perdagangan lada, kapal-kapal non Eropah umumnya berdagang tekstil, porselin,beras, kayu-kayuan bernilai tinggi, dan berbagai macam wangi-wangian.
Kegiatan perdagangan, terutama perdagangan internasional tidak dapat disangkal adalah sumber dari berbagai dinamika dan perobahan sosial yang sangat dasyhat.
Baca juga: Aceh dan Kepemimpinan Militer (VII) Al Mukammil: Hard Power dan Shock Therapy
Ketika Aceh masa Iskandar Muda dijuluki sebagai kerajaan kosmopolit, maka itu adalah logika dan konsekwensi dari perdagangan dan negara kota.
Perdagangan Aceh yang hebat pada masa itu, mustahil akan terjadi jika tidak ada suasana keterbukaan, toleransi, dan inklusivitas.(*)
*) PENULIS adalah Sosiolog dan Guru Besar Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh.
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.
Baca Artikel KUPI BEUNGOH Lainnya di SINI