Opini

Mewujudkan Layanan Primer Berkualitas

Dinas Kesehatan Aceh, menyebutkan Aceh masih mengalami kekurangan tenaga kesehatan terutama di layanan primer

Editor: bakri
zoom-inlihat foto Mewujudkan Layanan Primer Berkualitas
FOR SERAMBINEWS.COM
M YANI, Mantan Kadis Kesehatan Aceh, ikut terlibat merancang JKA, dosen FK USK, Dekan FK Unaya dan Dewan pakar IAKMI Aceh

OLEH M YANI, Mantan Kadis Kesehatan Aceh, ikut terlibat merancang JKA, dosen FK USK, Dekan FK Unaya dan Dewan pakar IAKMI Aceh

LAPORAN Dinas Kesehatan Aceh, menyebutkan Aceh masih mengalami kekurangan tenaga kesehatan terutama di layanan primer.

Terdapat 365 Puskesmas di Aceh saat ini, rata-rata 70,3 persen Puskesmas yang memenuhi 9 tenaga esensial yang harus terdapat di Puskesmas, sesuai dengan standar Kementerian Kesehatan.

Terdapat 8 kabupaten/ kota dimana tenaga esensial di Puskesmas kurang 50 % , yaitu Simeulue, Aceh Singkil, Aceh Tenggara, Gayo Lues, Aceh Jaya, Nagan Raya, Aceh Tengah, Abdya.

Bila disimak lebih jauh Puskesmas yang telah memenuhi standar berada dekat dengan ibu kota Kabupaten.

Puskesmas yang terletak nun jauh dari kota bisa kita bayangkan kondisinya, padahal yang dilayani juga masyarakat Aceh yang sama haknya dengan saudara mereka yang tinggal di kota.

Profesor Ascobat Gani, guru besar pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia dalam suatu kesempatan menyebutkan bila Aceh ingin tinggal landas di bidang Kesehatan, tidak hanya SDM kesehatan yang harus dikuatkan akan tetapi upaya-upaya kesehatan juga harus bermutu.

Beliau mengibaratkan seekor burung, sayap menggambarkan upaya kesehatan dan dua kaki sebagai simbol tenaga Kesehatan.

Sayap kiri adalah upaya promotif dan preventif sementara sayap kanan menggambarkan upaya kuratif dan rehabilitasi.

Bila burung terbang tinggi tidak saja kedua sayap harus kuat dan bergerak seimbang, akan tetapi kaki juga harus kokoh, artinya jumlah tenaga kesehatan harus mencukupi.

Layanan primer yang kuat bukan saja untuk membendung kasus, penyakit katastropik yang menyedot dana besar, tetapi juga menjawab persoalan kesehatan masyarakat di Indonesia termasuk di daerah kita, Aceh yang tidak kunjung selesai.

Baca juga: Kepala Puskesmas Curhat pada Pj Bupati Bireuen Terkait Kendala Dalam Pelayanan Kesehatan

Baca juga: 97.000 Jamaah Haji Dapat Pelayanan Kesehatan di Tempat-Tempat Suci

Laparon Dinas Kesehatan Aceh, menunjukkan bahwa Aceh masih mempunyai tugas berat dalam menurunkan angka kematian ibu (223/100000), bayi (11/1000 LH), Kesehatan lingkungan, sanitasi yang kurang memadai.

Belum selesai dengan ini, Aceh dikejutkan dengan laporan Kementerian Kesehatan yang menempatkan Aceh pada posisi ketiga provinsi dengan prevalensi stunting tertinggi (bayi dengan gagal tumbuh dan berkembang akibat kekurangan gizi kronis; 33,2 % ) di Indonesia.

Hal ini diperparah dengan kenyataan bahwa cakupan imunisasi dasar lengkap pada bayi di Aceh masih di angka 41,8 % , terendah secara nasional dan proporsi bayi yang mendapatkan ASI eksklusif masih sangat rendah.

Sementara Aceh juga masih menyimpan dan menjadi kantong kasus TBC, dalam tiga tahun belakang angka temuan kasus TBC (terkonfirmasi bakteriologi) terus meningkat.

Dari sisi perilaku, yaitu hidup sehat masih jauh dari harapan, angka merokok tinggi, beraktivitas (olah raga) rendah sehingga tidak heran angkat Penyakit Tidak Menular terus menanjak tinggi.

Pemerintah menyadari bila sistem kesehatan tidak diperkuat akan sulit bagi negara dan daerah untuk keluar dari persoalan Kesehatan di atas.

Ketersediaan tenaga Kesehatan esensial harus menjadi prioritas bagi pemerintah Daerah apalagi bila mimpi layanan Puskesmas bermutu yang diinginkan.

Baru-baru ini Kemenkes, meluncurkan 6 pilar reformasi kesehatan, salah satu adalah reformasi di layanan primer, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebutkan promotif dan preventif merupakan fokus dari upaya pemerintah di layanan primer dalam rangka mendorong masyarakat sehat.

WHO, menyebutkan upaya promotif adalah upaya Kesehatan dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, seperti kampanye kesehatan, atau penyuluhan untuk merubah perilaku seperti, mengajak orang berhenti merokok, berolah raga.

Baca juga: Istri Gubernur Aceh Kunjungi Lapas Wanita di Tibang, Dinkes Pidie Fasilitasi Pelayanan Kesehatan

Sedangkan upaya preventif adalah upaya kesehatan dalam rangka mencegah agar masyarakat tidak jatuh sakit, seperti imunisasi Covid-19 yang saat ini sedang berlangsung.

Ketersediaan SDM berkualitas menjadi kunci jawabannya.

Menjadi tetap sehat Mari kita lihat sistem layanan primer, atau Puskesmas saat ini, tinggalkan dulu tentang fasilitas yang relatif lebih mudah untuk dipenuhi.

Puskesmas harus memiliki 9 jenis tenaga Kesehatan: dokter umum, dokter gigi, farmasi, SKM, tenaga laboratorium, kesehatan lingkungan, gizi, bidan dan perawat.

Sudah selayaknya 9 jenis tenaga kesehatan harus ada di setiap Puskesmas di Aceh bila kita ingin memacu ketinggalan di bidang Kesehatan.

Bekerja di Puskesmas untuk waktu lama apalagi menetap belum menjadi pilihan dokter untuk saat ini.

Banyak dokter, walaupun tidak semua, menganggap kehadiran selama di Puskesmas hanya sebagai batu loncatan sebelum mengambil pendidikan selanjutnya.

Harus ada terobosan pemerintah terkait dengan kendala ini.

Kehadiran dokter yang bertugas dalam jangka waktu lama di daerah dan fokus pada dua upaya Kesehatan (promotif dan preventif) adalah sebuah keniscayaan.

Saat ini pemerintah sedang meluncurkan Program Pendidikan Dokter Spesialis Kedokteran Keluarga, tepatnya Spesialis Kedokteran Keluarga layanan primer (SpKKLP), insya Allah juga akan dibuka di Universitas Syiah Kuala, Aceh.

Baca juga: Muktamar IDI, Syech Fadhil Singgung tentang Pelayanan Kesehatan di Aceh

Kehadiran dokter spesialis ini sama sekali tidak menjadikan keberadaan dokter umum yang selama ini sudah mengisi layanan primer terpinggirkan, justru kerja sama kedua profesi ini akan membuat layanan primer menjadi lebih berkualitas dan layanan promotif dan preventif dapat berjalan seperti yang diharapakan.

Belum banyak yang mengetahui tentang apa itu dokter spesialis kedokteran keluarga layanan primer termasuk di kalangan kesehatan, walaupun di belahan dunia sana dokter keluarga atau SpKKLP sudah lama mengisi layanan primer.

Berbeda dengan praktik dokter umum atau dokterdokter spesialis lainnya, dokter keluarga berprinsip pasien yang datang merupakan pintu masuk ke tengah keluarga, keluargalah yang menjadi fokus, membuat keluarga yang sehat tetap sehat dan yang sakit disembuhkan adalah salah satu ciri dari SpKKLP.

Kunjungan rumah atau ke masyarakat menjadi mutlak harus dilakukan, tanpa diminta sekalipun, bagaimana bisa mengetahui Kesehatan keluarga tanpa pernah berkunjung ke rumah.

Dokter SpKKLP akan menerapkan prinsip Patient centered, Family Focus dan Community oriented sebagai landasan kerja kepada masyarakat dan pengabdian kepada negara.

Pengalaman di negara maju yang sudah lebih dahulu mendidik dan menempatkan dokter keluarga di layanan primer, terbukti dapat meningkatkan kualitas layanan primer di sana, kepercayaan masyarakat kepada dokter, kepuasan masyarakat terdapat layanan primer sangat tinggi.

Tidak saja di negara maju, kehadiran dokter keluarga di negara berkembang seperti Kuba, Brazil, Thailand, Philipina dan tetangga kita Malaysia juga memperlihatkan peningkatan kualitas layanan Kesehatan terutama di layanan primer, dan benar telah dapat menjadikan Puskesmas sebagai gate keeper dalam pelayanan Kesehatan.

Memang saat ini baru terdapat 40 dokter keluarga (SpKKLP) yang tersebar di Aceh, sebagian besar terdapat di Puskesmas Kota Banda Aceh, Aceh besar, Pidie dan di institusi pendidikan, seperti di FK USK.

Perlu jumlah banyak untuk mengisi setiap Puskesmas dan layanan primer lain, tentu hal ini membutuhkan waktu, dukungan pemerintah dan kerja sama semua pihak.

Baca juga: ACT Lhokseumawe Gelar Pelayanan Kesehatan Gratis di Simpang Mamplam, Bireuen 

Ini merupakan tantangan bagi Pemda, sudah banyak terobosan dan inovasi yang dilakukan pemerintah Aceh selama ini, misalnya di bidang Kesehatan yaitu Jaminan Kesehatan Aceh yang bersifat Universal Health Coverage yang menjadi contoh nasional yang menjadi kebanggaan Aceh.

Apalagi bila dokter keluarga dapat mengisi di setiap relung layanan primer/Puskesmas yang ada di Aceh mungkin ini jawaban yang selama ini dicari menjadikan Puskesmas sebagai pusat layanan Kesehatan yang bermutu.

Dukungan dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, organisasi profesi dan perguruan tinggi akan membuat cita-cita mulia ini menjadi kenyataan. (m_yani61@yahoo.com) 

Baca juga: Mutu Pelayanan Kesehatan vs Kepuasan Pelanggan

Baca juga: Sekda Aceh Pantau Pelayanan Kesehatan RSUZA di Hari Libur

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved