Kupi Beungoh

Aceh dan Ideologi Peng Grik

Apapun yang sedang mereka lakoni sekarang, lakukanlah dengan keikhlasan, bukan karena iming-iming, atau macam ayam yang sedang diberikan umpan

Editor: Amirullah
SERAMBINEWS.COM/Handover
Teuku Murdani, Dosen pada jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Ar-Raniry Banda Aceh. 

Kebiasaan Sebelum Menyembelih Ayam?

Pertanyaan ketiga, apakah kondisi saat ini seperti yang coba disampaikan dalam status Facebook Teungku Jamaica.

Sang mantan jubir Gerakan Aceh Merdeka tersebut mencoba menggambarkan kebiasaan orang Aceh ketika ingin memotong seekor ayam.

Dulu, para orang tua di Aceh ketika menangkap ayam untuk dipotong, akan dipanggil dan diberikan makanan yang mewah yakni beras atau jagung, sehingga ayam dengan cepat akan datang untuk memakannya.

Namun pada hari-hari biasa, ayam-ayam cuma diberikan keureumeuh (kelapa parut ampas santan), atau mereka harus jak keumireuh untuk mencari makanan sendiri di semak-semak.

Setelah menaburkan beras di tanah, dengan sigap ayam-ayang tersebut akan ditangkap diikat dan disembelih.

Hal ini tak ubahnya seperti permintaan terakhir para terhukum mati yang akan menghadapi regu tembak untuk dieksekusi, dimana mereka boleh meminta apa saja dan secara hukum harus dipenuhi.

Baca juga: Agama dan Perdukunan

Mungkinkah ini yang sedang terjadi dengan anggota dewan yang terhormat di Aceh?

Apakah mereka sedang “lamboeng-lamboeng kupiyah” dengan berbagai kemudahan yang sedang mereka dapat, sehingga keharmonisan antara legislatif dan eksekutif tiba-tiba muncul begitu saja, dimana prosesnya luput dari amatan publik?

Sejarah pembangunan di Aceh begitu panjang dan kelam seharusnya menjadi sebuah catatan dan pelajaran berharga bagi para elite Aceh khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Yang paling diingat dari kelamya sejarah Aceh mungkin apa yang telah terjadi dengan panglima Tibang, atau spekulasi terhadap pengkhianatan Nek Meuraxa ketika jatuhnya istana Aceh ke tangan Belanda.

Demi posisi dan ekonomi rela mengorbankan kepentingan Aceh, mereka tanpa ragu memperdagangkan Aceh kepada pihak lain.

Padahal keyakinan dan kepercayaan rakyat Aceh ketika itu sangat luar biasa kepada mereka.

Sehingga pada akhirnya Belanda dapat dengan leluasa berkuasa di Aceh.

Sebagai anggota terhormat yang telah kami pilih dan hidup dengan fasilitas pajak yang kami bayar, tidak salahnya kami sebagai rakyat Aceh mengharapkan para anggota legislatif agar tetap kritis terhadap kebijakan-kebijakan yang dapat mensejahterakan rakyat Aceh, di samping memikirkan kesejahteraan sendiri dan para kroninya.

Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved