Salam
Bersiaplah Selalu Hadapi Bencana Hidrometeorologi
Samine (55) dan anaknya Siah Indah (15) tahun meninggal dunia saat banjir bandang menerjang Desa Rambung Teldak, Kecamatan Darul Hasanah, Aceh Tengga
Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun. Samine (55) dan anaknya Siah Indah (15) tahun meninggal dunia saat banjir bandang menerjang Desa Rambung Teldak, Kecamatan Darul Hasanah, Aceh Tenggara (Agara) pada Selasa (1/11/2022) menjelang tengah malam.
Bencana hidrometeorologi itu juga merusak 89 rumah warga.
“Suami Samine dan satu anak mereka yang laki laki selamat dari ganasnya arus Sungai Lawe Lekuk,” kata Camat Darul Hasanah, Hayaddun.
Saat banjir bandang menerjang, keluarga tersebut sedang berada di dalam rumah.
Tiba tiba, rumah tersebut terseret arus banjir bandang.
Keempatnya terseret air bah itu, tapi suami dan anak laki-lakinya berhasil diselamatkan.
Sedangkan istri bersama anak perempuannya ditemukan dalam kondisi meninggal dunia jauh dari lokasi kejadian.
Jenazah anak ditemukan sekitar pukul 04.30 WIB.
Sedangkan jasad ibunya ditemukan sekitar pukul 07.00 Wib pada keesokan harinya.
Baca juga: Badai Tropis Nalgae Pembawa Banjir Bandang dan Longsor Tewaskan 150 Warga Filipina
Baca juga: Ibu dan Anak Meninggal Saat Banjir Bandang, Puluhan Rumah Warga Agara Rusak
Air deras itu menyeret sejumlah kayu gelondongan ukuran besar dan material berupa bebatuan dari Lawe Lekuk menyapu pemukiman penduduk di sepanjang aliran sungai itu.
Tak kurang dari 89 rumah mengalami ringan dan berat.
Yang memprihatinkan, korban-korban hantaman banjir bandang yang terpaksa mengungsi sementara itu dilaporkan terserang penyakit demam dan batuk.
Dan, kita mengapresiasi pemerintah setempat yang sudah secara cepat memberikan layanan kesehatan secara gratis di Posko khusus.
Harapan kita, tentu masalah para korban banjir bandang itu dapat tertangani secara baik, termasuk tempat tinggal mereka yang rusak hendaknya dibantu perbaikannya.
Terkait dengan musibah, pakar studi bencana Prof Dr Chatarina Muryani Msi beberapa waktu lampau mengingatkan masyarakat akan potensi bencana hidrometeorologi.
Hal itu karena bencana hidrometeorologi sangat berpotensi terjadi saat musim hujan.
Bencana hidrometeorologi merupakan bencana yang disebabkan parameter parameter meteorologi seperti temperatur, curah hujan, angin, dan kelembapan.
Parameter parameter tersebut dapat menimbulkan sejumlah bencana seperti longsor, banjir, hingga angin puting beliung.
Dari tahun ke tahun, Indonesia mengalami kenaikan bencana hidrometeorologi dengan kelipatan yang mencemaskan.
Peningkatan bencana hidrometeorologi ini disebabkan oleh banyak faktor di antaranya karena perubahan iklim.
Selain itu, ulah manusia yang merusak lingkungan juga memperparah terjadinya bencana hidrometeorologi.
“Longsor dan banjir itu kita menamakan bencana hidrometeorologi.
Itu memang sering terjadi terutama karena dampak dari ulah manusia seperti penggundulan hutan, pengolahan tanah di lereng lereng bukit yang tidak bijak, dan juga disebabkan curah hujan di atas normal di masa seperti sekarang ini,” ujar Prof Chatarina.
Oleh karena itu, masyarakat di daerah rawan bencana diharapkan untuk siap siaga serta mengikuti imbauan pemerintah melalui Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika terkait informasi potensi bencana.
Selain itu, pemerintah juga diharapkan dapat memberikan sosialisasi lebih tentang kesiapsiagaan bencana serta mitigasi bencana hidrometeorologi.
Nah?!
Baca juga: Hujan Lebat Besok Bisa Picu Genangan hingga Banjir Bandang, Beberapa Provinsi Ini Waspada Bencana
Baca juga: Penambang Manfaatkan Pasir yang Terbawa Banjir Bandang