Salam
Jangan Biarkan Kebencian Membakar Segalanya
Mereka menyuarakan aspirasi di jalanan, di media sosial, di ruang-ruang diskusi publik. Tak ada komando tunggal, tak ada tokoh sentral.
Gelombang protes yang melanda negeri ini bukan sekadar riak politik biasa. Ia adalah letupan kekecewaan yang telah lama mengendap terhadap lembaga legislatif yang kehilangan kepercayaan publik, terhadap para politisi yang kian menjauh dari rakyat, dan terhadap sistem yang terasa semakin elitis. Dari Sabang hingga Merauke, suara-suara lantang menggema. Mereka menyuarakan aspirasi di jalanan, di media sosial, di ruang-ruang diskusi publik. Tak ada komando tunggal, tak ada tokoh sentral. Namun massa terus membesar, seolah digerakkan oleh satu kesadaran kolektif bahwa ada yang harus diubah di negeri ini.
Namun di tengah semangat perubahan itu, kita juga menyaksikan pemandangan yang memilukan. Gedung-gedung dibakar, rumah politisi dijarah, fasilitas publik dirusak. Aksi yang semula dimulai sebagai ekspresi demokratis berubah menjadi amukan destruktif. Pesan utama pun menjadi kabur.
Demonstrasi sesungguhnya adalah hak warga negara. Ia adalah saluran sah untuk menyuarakan aspirasi, menyampaikan keresahan, dan menuntut perubahan. Tapi ketika protes bergeser menjadi anarki, legitimasi gerakan itu sendiri terancam. Penjarahan bukanlah bentuk perjuangan. Pembakaran bukanlah simbol keberanian. Tindakan-tindakan seperti ini justru memberi celah bagi kekuasaan untuk menutup telinga dan membenarkan tindakan represif.
Kita mengecam keras segala bentuk kekerasan, baik dari aparat maupun dari massa. Tragedi yang menimpa Affan Kurniawan (21), pengemudi ojek online yang tewas dilindas mobil taktis Brimob, adalah luka yang tak boleh diabaikan. Meski Kapolri telah menyampaikan permintaan maaf, nyawa yang hilang tak bisa kembali. Masyarakat menuntut akuntabilitas. Dan alhamdulillah, atas perintah Presiden Prabowo, beberapa orang yang ditengarai sebagai tersangka dalam kasus itu, sudah ditangkap dan kini dalam proses penyelidikan intensif. Pihak kepolisian bahkan mengungkap inisial para tersangkanya.
Namun selain menolak kekerasan dari negara, kita juga harus menolak kekerasan dari rakyat. Tidak ada pembenaran moral untuk merusak, menjarah, atau membakar atas nama perjuangan. Perubahan sejati lahir dari keberanian yang bermartabat, bukan dari amarah yang membabi buta.
Di balik semua ini, ada satu pesan yang tak boleh tenggelam: rakyat menuntut keadilan. Mereka ingin didengar, diperlakukan setara, dan dilayani oleh sistem yang adil. Maka kepada Presiden Prabowo, kepada para anggota legislatif, dan kepada lembaga yudikatif, kami menyerukan: jalankan amanah dengan hati nurani. Jangan biarkan keadilan menjadi komoditas. Jangan biarkan kekuasaan menjadi alat penindasan.
Setiap kekuasaan memiliki batas. Ketika batas itu dilampaui, rakyat akan bangkit. Tapi kebangkitan itu harus tetap berada dalam koridor konstitusi dan nilai-nilai kemanusiaan. Kita tidak boleh membiarkan kemarahan berubah menjadi kebencian yang membakar segalanya.
Di tengah bara dan abu, kita masih percaya pada harapan. Bahwa bangsa ini bisa bangkit dengan cara yang bermartabat. Bahwa suara rakyat bisa menjadi kekuatan konstruktif, bukan destruktif. Bahwa keadilan bukan utopia, melainkan tujuan yang bisa dicapai jika semua pihak bersedia mendengarkan, berubah, dan bertindak.
Mari kita jaga semangat perubahan ini agar tetap menyala sebagai cahaya, bukan sebagai api yang membakar. Kita mungkin tak tahu apa yang akan terjadi esok. Tapi satu hal pasti, para pemimpin harus lebih peka, lebih peduli, dan lebih responsif dalam menjawab jeritan masyarakat bawah. Karena dari sanalah suara kebenaran sering kali lahir.(*)
POJOK
Demo meluas, Aceh kondusif
Alhamdulillah
Mentan sebut harga beras turun di 32 provinsi
Hati-hati mengklaim, Perhepi sebut harga malah naik di beberapa daerah
Warga Aceh Barat korban TPPO dipulangkan
Jra han jra!

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.