KupiI beungoh
Literasi Basa-Basi
Menurut data Badan Pusat Statistik tahun 2002, seperti dilansir antaranews.com, tingkat kegemaran membaca masyarakat Indonesia berada pada angka.....
Kondisi ini memperlihatkan kepada kita bahwa kampanye literasi sama sekali tidak efektif dan belum mampu meningkatkan minat baca masyarakat kita secara signifikan.
Kampanye literasi kita masih terkesan simbolik dan seremoni belaka sehingga tidak menyentuh pada hal-hal yang substansial.
Fenomena ini juga bisa dilihat dalam kampanye literasi yang berlangsung di lembaga-lembaga pendidikan semisal sekolah.
Beberapa waktu lalu sempat terjadi ledakan pelatihan literasi yang melibatkan guru-guru dengan tema “Satu Guru Satu Buku” yang kemudian dikenal dengan “Sagusabu.”
Awalnya program ini mendapat atensi yang luar biasa dari para guru, tapi kemudian hilang dari perbincangan.
Slogan “Satu guru satu buku” segera saja karam dan kehilangan wujud. Tidak ada tindak lanjut dari program yang dulunya dielu-elukan sebagai medium melahirkan penulis di kalangan pendidik.
Salah satu sebabnya adalah rendahnya minat baca di kalangan pendidik itu sendiri.
Bagaimana mungkin kondisi minat baca yang rendah dapat melahirkan penulis?
Harusnya para “pegiat literasi simbolik” mendahulukan aktivitas membaca ketimbang mendorong aktivitas menulis secara “membabi-buta.”
Literasi yang tak seimbang semacam ini tentunya tidak akan membawa dampak apa pun, selain hanya selembar sertifikat yang belum tentu diakui dalam penyusunan angka kredit.
Tidak efektifnya kampanye literasi ini dapat dengan mudah kita lacak dari komentar-komentar sebagian oknum guru-guru kita di media sosial yang kerap termakan hoax.
Dengan kata lain daya kritis guru-guru kita memang terbilang rendah sehingga dengan mudah hanyut terapung dalam tsunami informasi yang begitu bergelora.
Bayangkan saja, masih ada oknum guru yang membagikan informasi-informasi “sampah” di grup-grup Whatsapp.
Nah, jika guru saja demikian, bagaimana pula mengharapkan daya kritis dari murid-murid?
Dengan kata lain, bagaimana bisa seorang guru yang tidak kritis terhadap informasi dapat mencetak murid-murid yang kebal hoax? Tentu nonsense.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/aceh/foto/bank/originals/Khairil-Miswar_Penulis-buku-Habis-Sesat-Terbitlah-Stres-2017.jpg)