Opini
Transformasi Transportasi di Banda Aceh
Kota tua yang sudah menginjak angka 817 tahun itu memang bukanlah kota metropolitan, tapi di situlah ibu kota provinsi Aceh

Pada masanya, angkutan massal murah meriah yaitu Robur begitu digandrungi para pelajar dan mahasiswa.
Transportasi ini cukup fenomenal di era tahun 1980-an hingga 2000 an.
Rute yang dilalui Robur dari Kopelma Darussalam ke Pusat Kota Banda Aceh menjadikan transportasi tersebut bak pahlawan pendidikan bagi mahasiswa.
Penumpang Robur selalu penuh dan sesak, saat deret kursi sudah penuh, penumpangnya boleh berdiri bergelantungan.
Hal itu menyebabkan banyak adegan romantisme.
Saat sopir Robur berbelok patah, tajam, dan tipis di sebuah simpang antara Lamnyong dan Peurada, mahasiswa yang duduk campur baur laki-laki dan perempuan jadi berimpitan.
Penumpang terkadang histeris dengan pekikan khasnya sehingga lahirlah slogan "Mesra, Mesra, Mesra".
Para kernet Robur, dengan lantangnya saat hendak melewati Simpang Mesra dan disahut romantis “Mesra Bang, Mesraaa” oleh para penumpang yang hendak turun di Simpang Mesra Kota Banda Aceh saat itu.
Baca juga: Yuk ke Taman Budaya! Nostalgia di Even Pameran Kaset Jadul di Koetaradja Music Festival
Dari situlah nama Simpang Mesra lahir.
Padahal nama si.pang itu sesungguhnya bukan Simpang Mesra, melainkan simpang Tugu Tentara Pelajar.
Damri sang pengganti
Robur kini tinggal kenangan.
Beberapa bangkainya masih tersisa di Unsyiah.
Yang lainnya disapu oleh tsunami 26 Desember 2004 silam.
Setelahnya, Robur tak lagi beroperasi di Banda Aceh.