Opini

Transformasi Transportasi di Banda Aceh

Kota tua yang sudah menginjak angka 817 tahun itu memang bukanlah kota metropolitan, tapi di situlah ibu kota provinsi Aceh

Editor: bakri
zoom-inlihat foto Transformasi Transportasi  di Banda Aceh
IST
IDA FITRI HANDAYANI, Guru SMAN 4 Banda Aceh, pegiat literasi dan Anggota Forum Aceh Menulis (FAMe) Chapter Pidie

Tetapi bagi masyarakat Aceh menyebut Labi-labi untuk angkutan umum, dan menjadi salah satu transportasi yang selalu wara wiri di jalan hingga saat ini, meskipun sekarang mulai tergerus zaman.

Kalah dengan maraknya angka kredit motor dan mobil yang semakin murah lagi mudah.

Hampir semua rumah memiliki kendaraan pribadi.

Sejak adanya kemudahan itu Labi-labi di Banda Aceh kehilangan pamornya.

Baca juga: Meriahkan Tennis Koetaradja Cup 2022, Wali Kota Undang Pahlawan Piala Davis Indonesia

Padahal di era 90 khususnya bagi anak kos di Banda Aceh Labi-labi adalah transportasi umum yang paling tinggi gengsinya jika dibandingkan dengan Damri dan Robur.

Dengan ongkos Rp 200 ke Darussalam Labi-labi memberikan kenyamanan tanpa harus berdesakan.

Jumlah sepeda motor juga mobil pribadi yang bertambah secara masif membuat Labi-labi kini terpinggirkan.

Untuk sepeda motor saja setiap tahun ada ratusan ribu unit baru yang dibeli warga di Aceh.

Trans koetaradja

Trans Kutaraja atau Trans Koetaradja adalah sistem transportasi Bus Rapid Transit (BRT) yang mulai beroperasi pada tanggal 4 April 2016 di Kota Banda Aceh, Aceh.

Layanan Bus Rapid Transit ini diciptakan untuk memudahkan mobilitas warga Banda Aceh agar mau menggunakan transportasi publik.

Bus ini juga menyatukan semua kalangan; duduk sama rendah, berdiri sama tinggi, dan tiba sama cepat.

Kebanyakan penumpang bus ini adalah mahasiswa dan mahasiswi.

Jangkauan bus terbitan baru ini lebih jauh sampai ke Aceh Besar.

Keuntungan bagi masyarakat menggunakan bus ini, yaitu free alias gratis.

Kemana pun masyarakat hendak bepergian menggunakan bus Transkutaraja tidak perlu harus mengeluarkan uang.

Petugasnya ramah dan armadanya pun lebih banyak dari jumlah Robur dan Damri.

Kesadaran berlalu lintas

Bicara kesadaran lalu linta di Banda Aceh dapat dikatakan masih sangat kurang.

Masih sering kita temui lakalantas akibat ketidakdisiplinan di jalan raya.

Sebagai contoh, Darussalam sendiri yang dihuni oleh kaum terpelajar juga sangat ramai pelanggar lampu stop.

Menjadi disiplin di antara orang tidak disiplin seakan tampak konyol.

Pernah sekali penulis berhenti di tengah jalan karena ingin mempersilakan anak sekolah dasar lewat.

Namun anehnya, hanya penulis yang berhenti, sementara pengguna lainnya malah acuh.

Akhirnya terkesan konyol sendiri.

Fenomena ini menandakan selain membangun infrastruktur transportasi juga perlu dibarengi dengan pembangunan moral manusia.

Percuma infrastruktur bagus, tetapi moral manusianya hancur, akhirnya fasilitas tersebut juga dirusak.

Oleh karena itu diperlukan sosialisasi menyadarkan masyarakat bahwa tertib berlalu lintas itu sangat penting.

Penggunaan kendaraan pribadi lebih sering juga dapat menyumbang kemacetan.

Sejatinya pemerintah dapat membuat satu kebijakan minimal untuk para ASN bahwa pada hari-hari tertentu ada satu hari tidak boleh membawa kendaraan pribadi ke kantor.

Misalnya hari Jumat, tidak boleh ada satu pun kendaraan pribadi di parkir perkantoran.

Jika itu sukses, nantinya akan diupayakan di sekolah-sekolah.

Siswa sekolah tidak boleh membawa kendaraan pribadi.

Di samping itu Pemerintah Aceh juga perlu memperbanyak fly over dan underpass di simpang-simpang yang rawan macet.

Banda Aceh sendiri sudah mulai terasa macet di jam-jam tertentu seperti menjelang pukul 08.00 WIB dan puncak sekali lagi pada jam pulang kantor, yaitu pukul 17.00 WIB.

Terakhir penulis ingin mengingatkan bahwa semua kedisiplinan itu berawal dari diri sendiri.

Semua berawal dari rumah.

Orang tua dapat menanamkan budaya disiplin berlalu lintas kepada anakanak.

Sebagai contoh saat kita membawa anak jalanjalan, jangan sekalipun melanggar lalu lintas di depannya.

Karena orang tua adalah teladan bagi mereka. (idafitrih155@gmail.com)

Baca juga: Ratusan Pesepeda Ikuti Tour de Koetaradja, Digelar oleh Disbudpar Aceh

Baca juga: Tsunami Aceh 2004 | Dahsyatnya Ombak Tsunami, Tiada Lagi Olele di Koetaradja

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved