Opini
Transformasi Transportasi di Banda Aceh
Kota tua yang sudah menginjak angka 817 tahun itu memang bukanlah kota metropolitan, tapi di situlah ibu kota provinsi Aceh

Setelah Robur hilang dari lalu lintas Banda Aceh, kemudian Dinas Perhubungan Aceh membuat pengadaan armada Damri sebagai transportasi pengganti.
Fungsi Damri tidak jauh berbeda dengan Robur.
Hanya saja ukurannya sedikit lebih kecil.
Penumpang boleh menunggu di mana saja.
Untuk tarifnya, sang kernet hanya meminta kepada penumpang Rp500.
Itu pun kalau ada.
Baca juga: Kisah Diaspora Aceh - M Raji Pengusaha Muda Owner Koetaradja, Dari Importir Hingga Konsep ATM
Jika penumpang khususnya mahasiswa geleng-geleng saat diminta, sang kernet langsung paham.
Ciri khas kernet Damri, yaitu memegang satu uang koin.
Dengan koin itu kernet mengetuk di tiang besi tanda ada yang turun.
Mahasiswa terkadang rela menunggu berjam-jam untuk bisa menghemat ongkos.
Di masa Damri beroperasi, kendaraan pribadi sudah mulai menjamur.
Namun bagi mahasiswa yang berekonomi lemah tetap mendapatkan dua pilihan, naik Damri atau naik labi-labi.
Bedanya labi-labi, tarifnya dua kali lipat dari tarif Damri.
Labi-labi masih eksis
Jika kita ketik kata “Labilabi” di KBBI maka akan muncul makna sebenarnya adalah nama hewan sejenis kurakura yang hidup di hutan dekat semak pinggiran sungai.