Opini

Transformasi Transportasi di Banda Aceh

Kota tua yang sudah menginjak angka 817 tahun itu memang bukanlah kota metropolitan, tapi di situlah ibu kota provinsi Aceh

Editor: bakri
zoom-inlihat foto Transformasi Transportasi  di Banda Aceh
IST
IDA FITRI HANDAYANI, Guru SMAN 4 Banda Aceh, pegiat literasi dan Anggota Forum Aceh Menulis (FAMe) Chapter Pidie

OLEH IDA FITRI HANDAYANI, Guru SMAN 4 Banda Aceh, pegiat literasi dan Anggota Forum Aceh Menulis (FAMe) Chapter Pidie

KOTA Banda Aceh memiliki kenangan tersendiri bagi setiap orang yang pernah tinggal atau mengenyam pendidikan di sana.

Kota tua yang sudah menginjak angka 817 tahun itu memang bukanlah kota metropolitan, tapi di situlah ibu kota provinsi Aceh.

Banda Aceh termasuk kota kecil, letaknya di ujung barat Pulau Sumatera.

Kota ini memiliki sejarah yang membuat Banda Aceh menjadi kota besar, besar dalam arti budaya dan nilai-nilai sejarah yang dikandungnya.

Pernah menjadi pusat peradaban Islam pada awal agama Islam masuk ke nusantara.

Sejarah-sejarah penting banyak terjadi di ibu kota yang pernah disebut Koetaradja itu.

Seperti pada 2 September 1959, keinginan rakyat Aceh untuk memiliki sebuah perguruan tinggi selain pendidikan dayah tradisional akhirnya menjadi kenyataan.

Oleh Presiden Soekarno secara resmi menjadikan Darussalam sebagai Kota Pelajar dan Mahasiswa.

Berikutnya berdirilah Fakultas Ekonomi sebagai fakultas pertama di Universitas Syiah Kuala.

Pada pembukaan dan peresmian Kopelma Darussalam, Presiden Soekarno menyatakan bahwa Darussalam sebagai pusat pendidikan daerah Aceh.

Baca juga: Seuramoe Reggae, Joel Pasee, dan Musisi Aceh Lainnya Meriahkan Penutupan Koetaradja Music Festival

Baca juga: MAC Banda Aceh Juara Umum Panahan Koetaradja Archery

Mulai saat itu, semua komponen rakyat Aceh ikut mencurahkan pikiran dan tenaga serta bekerja bahu membahu dalam membangun Darussalam sehingga berdirinya Universitas Syiah Kuala.

Robur dan Simpang Mesra

Darussalam menjadi kota pelajar.

Nadi pendidikan berdenyut di sana.

Pada masanya, angkutan massal murah meriah yaitu Robur begitu digandrungi para pelajar dan mahasiswa.

Transportasi ini cukup fenomenal di era tahun 1980-an hingga 2000 an.

Rute yang dilalui Robur dari Kopelma Darussalam ke Pusat Kota Banda Aceh menjadikan transportasi tersebut bak pahlawan pendidikan bagi mahasiswa.

Penumpang Robur selalu penuh dan sesak, saat deret kursi sudah penuh, penumpangnya boleh berdiri bergelantungan.

Hal itu menyebabkan banyak adegan romantisme.

Saat sopir Robur berbelok patah, tajam, dan tipis di sebuah simpang antara Lamnyong dan Peurada, mahasiswa yang duduk campur baur laki-laki dan perempuan jadi berimpitan.

Penumpang terkadang histeris dengan pekikan khasnya sehingga lahirlah slogan "Mesra, Mesra, Mesra".

Para kernet Robur, dengan lantangnya saat hendak melewati Simpang Mesra dan disahut romantis “Mesra Bang, Mesraaa” oleh para penumpang yang hendak turun di Simpang Mesra Kota Banda Aceh saat itu.

Baca juga: Yuk ke Taman Budaya! Nostalgia di Even Pameran Kaset Jadul di Koetaradja Music Festival

Dari situlah nama Simpang Mesra lahir.

Padahal nama si.pang itu sesungguhnya bukan Simpang Mesra, melainkan simpang Tugu Tentara Pelajar.

Damri sang pengganti

Robur kini tinggal kenangan.

Beberapa bangkainya masih tersisa di Unsyiah.

Yang lainnya disapu oleh tsunami 26 Desember 2004 silam.

Setelahnya, Robur tak lagi beroperasi di Banda Aceh.

Setelah Robur hilang dari lalu lintas Banda Aceh, kemudian Dinas Perhubungan Aceh membuat pengadaan armada Damri sebagai transportasi pengganti.

Fungsi Damri tidak jauh berbeda dengan Robur.

Hanya saja ukurannya sedikit lebih kecil.

Penumpang boleh menunggu di mana saja.

Untuk tarifnya, sang kernet hanya meminta kepada penumpang Rp500.

Itu pun kalau ada.

Baca juga: Kisah Diaspora Aceh - M Raji Pengusaha Muda Owner Koetaradja, Dari Importir Hingga Konsep ATM

Jika penumpang khususnya mahasiswa geleng-geleng saat diminta, sang kernet langsung paham.

Ciri khas kernet Damri, yaitu memegang satu uang koin.

Dengan koin itu kernet mengetuk di tiang besi tanda ada yang turun.

Mahasiswa terkadang rela menunggu berjam-jam untuk bisa menghemat ongkos.

Di masa Damri beroperasi, kendaraan pribadi sudah mulai menjamur.

Namun bagi mahasiswa yang berekonomi lemah tetap mendapatkan dua pilihan, naik Damri atau naik labi-labi.

Bedanya labi-labi, tarifnya dua kali lipat dari tarif Damri.

Labi-labi masih eksis

Jika kita ketik kata “Labilabi” di KBBI maka akan muncul makna sebenarnya adalah nama hewan sejenis kurakura yang hidup di hutan dekat semak pinggiran sungai.

Tetapi bagi masyarakat Aceh menyebut Labi-labi untuk angkutan umum, dan menjadi salah satu transportasi yang selalu wara wiri di jalan hingga saat ini, meskipun sekarang mulai tergerus zaman.

Kalah dengan maraknya angka kredit motor dan mobil yang semakin murah lagi mudah.

Hampir semua rumah memiliki kendaraan pribadi.

Sejak adanya kemudahan itu Labi-labi di Banda Aceh kehilangan pamornya.

Baca juga: Meriahkan Tennis Koetaradja Cup 2022, Wali Kota Undang Pahlawan Piala Davis Indonesia

Padahal di era 90 khususnya bagi anak kos di Banda Aceh Labi-labi adalah transportasi umum yang paling tinggi gengsinya jika dibandingkan dengan Damri dan Robur.

Dengan ongkos Rp 200 ke Darussalam Labi-labi memberikan kenyamanan tanpa harus berdesakan.

Jumlah sepeda motor juga mobil pribadi yang bertambah secara masif membuat Labi-labi kini terpinggirkan.

Untuk sepeda motor saja setiap tahun ada ratusan ribu unit baru yang dibeli warga di Aceh.

Trans koetaradja

Trans Kutaraja atau Trans Koetaradja adalah sistem transportasi Bus Rapid Transit (BRT) yang mulai beroperasi pada tanggal 4 April 2016 di Kota Banda Aceh, Aceh.

Layanan Bus Rapid Transit ini diciptakan untuk memudahkan mobilitas warga Banda Aceh agar mau menggunakan transportasi publik.

Bus ini juga menyatukan semua kalangan; duduk sama rendah, berdiri sama tinggi, dan tiba sama cepat.

Kebanyakan penumpang bus ini adalah mahasiswa dan mahasiswi.

Jangkauan bus terbitan baru ini lebih jauh sampai ke Aceh Besar.

Keuntungan bagi masyarakat menggunakan bus ini, yaitu free alias gratis.

Kemana pun masyarakat hendak bepergian menggunakan bus Transkutaraja tidak perlu harus mengeluarkan uang.

Petugasnya ramah dan armadanya pun lebih banyak dari jumlah Robur dan Damri.

Kesadaran berlalu lintas

Bicara kesadaran lalu linta di Banda Aceh dapat dikatakan masih sangat kurang.

Masih sering kita temui lakalantas akibat ketidakdisiplinan di jalan raya.

Sebagai contoh, Darussalam sendiri yang dihuni oleh kaum terpelajar juga sangat ramai pelanggar lampu stop.

Menjadi disiplin di antara orang tidak disiplin seakan tampak konyol.

Pernah sekali penulis berhenti di tengah jalan karena ingin mempersilakan anak sekolah dasar lewat.

Namun anehnya, hanya penulis yang berhenti, sementara pengguna lainnya malah acuh.

Akhirnya terkesan konyol sendiri.

Fenomena ini menandakan selain membangun infrastruktur transportasi juga perlu dibarengi dengan pembangunan moral manusia.

Percuma infrastruktur bagus, tetapi moral manusianya hancur, akhirnya fasilitas tersebut juga dirusak.

Oleh karena itu diperlukan sosialisasi menyadarkan masyarakat bahwa tertib berlalu lintas itu sangat penting.

Penggunaan kendaraan pribadi lebih sering juga dapat menyumbang kemacetan.

Sejatinya pemerintah dapat membuat satu kebijakan minimal untuk para ASN bahwa pada hari-hari tertentu ada satu hari tidak boleh membawa kendaraan pribadi ke kantor.

Misalnya hari Jumat, tidak boleh ada satu pun kendaraan pribadi di parkir perkantoran.

Jika itu sukses, nantinya akan diupayakan di sekolah-sekolah.

Siswa sekolah tidak boleh membawa kendaraan pribadi.

Di samping itu Pemerintah Aceh juga perlu memperbanyak fly over dan underpass di simpang-simpang yang rawan macet.

Banda Aceh sendiri sudah mulai terasa macet di jam-jam tertentu seperti menjelang pukul 08.00 WIB dan puncak sekali lagi pada jam pulang kantor, yaitu pukul 17.00 WIB.

Terakhir penulis ingin mengingatkan bahwa semua kedisiplinan itu berawal dari diri sendiri.

Semua berawal dari rumah.

Orang tua dapat menanamkan budaya disiplin berlalu lintas kepada anakanak.

Sebagai contoh saat kita membawa anak jalanjalan, jangan sekalipun melanggar lalu lintas di depannya.

Karena orang tua adalah teladan bagi mereka. (idafitrih155@gmail.com)

Baca juga: Ratusan Pesepeda Ikuti Tour de Koetaradja, Digelar oleh Disbudpar Aceh

Baca juga: Tsunami Aceh 2004 | Dahsyatnya Ombak Tsunami, Tiada Lagi Olele di Koetaradja

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved