Kupi Beungoh
The Power of FORHATI
Pada lini-lini utama, FORHATI harus mengambil peran terdepan, sebagai penggerak dan pelopor sektor informal, terkait pemberdayaan perempuan.
Anak-anak mulai kehilangan arah, fahamnya adalah "kebebasan berfikir" itulah prinsipnya.
Mereka mau apa saja yang bisa memberikan kesenangan dan kenikmatan kepada mereka.
Kebebasan itu, melepas semua sekat belenggu yang membatasi kenikmatan duniawi yang ingin direguk.
Sebaliknya bagi kaum agamamawan inilah nafsu yang bisa merusak tatanan dunia.
Ketika kebebasan itu semakin tidak terbendung, disadari atau tidak, berbagai dampak buruk pun akan menyertai.
Sebagai contoh, manusia ingin memiliki lebih banyak nikmat materi, karena dengan materi mereka bisa berbuat apa saja untuk mencapai wujud kesenangannya.
Mulailah timbul akses ingin mendapatkan sesuatu dengan cepat.
Ingin cepat kaya, karena dengan kekayaan kesenangan itu akan terus menimbun kenikmatan.
Di balik itu selalu ada celah untuk memperolehnya dengan mudah, karena aturan-aturan yang ada masih lemah, akibatnya korupsi menjadi wabah.
Di balik itu, tatanan masyarakat pun ikut melemah dan rapuh, sehingga orang melihat korupsi sebagai sesuatu yang biasa saja, bahkan ikut menikmati.
Nilai-nilai bergeser, penghargaan terhadap seseorang juga berubah.
Seseorang yang memiliki kekayaan akan lebih dihargai, dihormati dibanding seseorang yang tetap di jalur yang benar dengan kekayaan pas-pasan sekalipun dengan ilmu dan keahlian yang tinggi.
Lalu akankah keadaan ini akan terus menerus menjadi sebuah kenikmatan yang membuat ummat manusia merasa lebih baik?
Notabenenya ini adalah keserakahan, kenikmatan yang kerontang, sesaat dan nista.
Inilah akar masalah terbesar atas kerusakan dunia sesungguhya.
Saat ini negara menuju krisis dunia.
Bahkan di belahan dunia lain, krisis itu sudah lama terjadi.
Muatan utama adalah krisis ekonomi, ketika pandemi melanda dunia.
Semua manusia dibuat tidak berdaya, semua ilmu kehilangan akalnya.
Dua tahun pandemi, dunia, manusia beserta isinya tersekat, terbelenggu, dan mati dengan semua keahlian yang dimilikinya.
Sampai disitupun manusia masih belum memiliki kesadaran penuh bahwa ada kekuasaan lain di balik itu, itulah kuasa Allah.
Baca juga: Sebut Anies Pengkhianat HMI, Anggota DPR RI Semprot Eggi Sudjana: Pikir Dulu Baru Ngomong
Fungsi Ibu
Di tengah goncangan dunia sedemikian, di sinilah fungsi dan peran ibu diharapkan menjadi solusi penjaga moral bangsa, dimulai dari keluarga.
Pengejawantahan dari sebuah keluarga akan berdampak mengubah dunia, sungguh sangatlah besar peran ibu.
Itulah makna pergerakan dasar FORHATI sesungguhnya, mengembalikan fungsi peran ibu membina keluarganya, menjaga ketahanan keluarga.
Kekuatan ibu, ibarat plasma nutfah, untuk dunia.
Jika seorang ibu baik, tahu fungsi dan perannya, lalu melaksanakan, mendidik anak-anaknya menjadi anak-anak yang akhlakul karimah, maka itulah warna peradaban dunia yang dikendaki manusia.
Satu ibu, seribu ibu, berjuta-juta ibu, bermiliar ibu yang menjalankan fungsi dan tugas dengan benar akan melahirkan bermiliar manusia dengan akhlak yang mulia.
Manusia yang tahu fungsi dan tugasnya di dunia ini.
Diharapkan akan melahirkan pemimpin yang membawa perubahan baru bagi dunia dengan peradaban yang berketuhanan, berperikemanusiaan dan berkeadilan.
*) PENULIS adalah Kandidat Presidium Forhati Nasional.
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.
Baca Artikel KUPI BEUNGOH Lainnya di SINI
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/aceh/foto/bank/originals/sri-novakandi-kandidat-presidium-forhati-nasional.jpg)