Kajian Islam
Kalendernya Digunakan, Apa Boleh Muslim Ikut Rayakan Tahun Baru Masehi? Ini Penjelasan Ustad Somad
Mengenai persoalan merayakan tahun baru masehi, ujar UAS, yang dilarang sebenarnya adalah ritualnya. Misalnya seperti meniup terompet, atau tradisi
Penulis: Yeni Hardika | Editor: Ansari Hasyim
Kalender Masehi merupakan penyebutan untuk kalender julian dan gregorian.
"Seolah-olah masehi terakit dengan Al Masih, Isa 'Alaihisalam. Itu kalender (masehi) dibuat oleh kaisar Julian dari Romawi Kuno," papar UAS sebagaimana dikutip dari video YouTube Ruqyah Bekam Master.
Berikut penjelasan lengkap Ustad Somad soal larangan mengaitkan tahun baru dengan akidah.
Ustad Somad pun kemudian menjelaskan asal usul atau sejarah terbentuknya sistem penanggalan masehi yang diawali oleh sistem penanggalan berdasarkan kalender Julian.
"Kaisar Julian membuat kalender maka disebut Julian Kalender. lalu kemudian Julian Kalender dibawa ke vatikan, dirubah oleh kaisar, raja, pendeta, paus vatikan bernama Paus Gregorius. Maka sampai sekarang disebut dia dengan Gregorian kalender" jelas UAS.
"Lalu kemudian ketika terbentuk PBB, bingung mau pakai kalender apa. Di dunia banyak sekali kalender. Maka diseragamkanlah dipakai Gregorian kalender," sambungnya.
Baca juga: Dianggap tak Langgar Kearifan Lokal, MPU Aceh Bolehkan Perayaan Tahun Baru Masehi, Asalkan
Berdasarkan asal usul ini, menurut Ustad Somad, tidak tepat jika kata Masehi dikaitkan dengan Al Masih.
"Jadi kalender masehi ini muncul belakangan, tidak tepat penisbatannya kepada Al Masih karena Isa tidak tau menau tentang itu. Ini murni diambil oleh kaisar Gregorius yang diambilnya ke vatikan (kemudian) menjadi gregorian kalender," kata Ustad Somad.
Oleh karena itu, lanjut UAS, tidak salah jika menyatakan tahun baru untuk tahun baru masehi.
Namun perlu diingat, tahun baru itu merupakan tahun baru romawi.
"Jadi kita menyatakan tahun baru, betul tahun baru romawi. Jangan kaitkan dengan Isa Alaihisalam," tegasnya.
Tak hanya terhadap tahun baru masehi, UAS juga menyebutkan, umat muslim dilarang mengaitkan akidah dengan tahun baru untuk sistem penanggalan lainnya.
Selain itu, Ustad Somad juga mengingatkan, untuk tidak meyakini sesuatu dibalik perayaan tahun baru.
Seperti mempercayai ada nasib baik dari setiap ritual yang diadakan.
"Membakar ayam tidak salah, tapi ketika meyakini makin banyak asapnya naik ke atas maka rezeki makin banyak, sudah merusak akidah kepada Allah," jelas UAS.
(Serambinews.com/Yeni Hardika)
KAJIAN ISLAM LAINNYA
BACA BERITA LAINNYA DI SINI
IKUTI KAMI DI GOOGLE NEWS
