Opini
Praktisi Mengajar: Program Lama yang Hidup Kembali
Menteri Pendidikan Nadiem Makarim seorang praktisi inovatif yang menggagas program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM)
OLEH Dr Ir DANDI BACHTIAR MSc, Dosen di Jurusan Teknik Mesin dan Industri USK
MENTERI Pendidikan Nadiem Makarim seorang praktisi inovatif yang menggagas program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).
Intinya mengembalikan roh kemerdekaan ke dalam dunia pendidikan tinggi.
Mahasiswa tidak saja belajar dalam sekatsekat ruang kelas namun dapat merdeka belajar di mana saja, kapan saja dan dengan siapa saja.
Mahasiswa diberi kebebasan untuk menggantikan jam kuliahnya sebanyak 20 SKS di kelas dengan kegiatan akademik di luar kelas yang setara waktunya.
Kegiatan program Merdeka Belajar ini dapat dilakukan dengan berbagai bentuk.
Selain membebaskan mahasiswa memilih belajar di luar kampus yang dilakukan secara institusional, juga ada program lain yang dilakukan dalam bentuk menghadirkan praktisi di kampus memberikan kuliah.
Atau disebut dengan istilah Praktisi Mengajar.
Ada dua jenis aktivitas untuk program ini.
Pertama, Kolaborasi Pendek, yaitu program kuliah dan evaluasi pengajarannya maksimal 10 jam tatap muka.
Kedua, Kolaborasi Intensif, yaitu program kuliah lengkap dengan waktu tatap muka antara 15 jam sampai 41 jam per semester.
Kegiatan praktisi mengajar dimaksudkan memberikan cakrawala baru kepada mahasiswa akan dunia kerja.
Baca juga: 5 Mahasiswa Fikom Umuslim Magang di Serambi Indonesia, Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka
Baca juga: Astra-USK Kickoff Merdeka Belajar-Kampus Merdeka di Gampong Alue Naga Banda Aceh
Mahasiswa dikenalkan sejak awal bagaimana tuntutan dunia kerja terhadap kompetensi lulusan perguruan tinggi ketika mereka lulus nanti.
Dengan menghadirkan sosok praktisi dunia kerja yang memberikan kuliah langsung di kampus diharapkan dapat memberi info dari tangan pertama tentang bagaimana situasi dunia kerja sesungguhnya.
Selain itu, kegiatan ini juga mendorong kolaborasi yang lebih intens antara praktisi industri dengan kalangan perguruan tinggi, serta berkontribusi positif kepada penyiapan SDM unggul untuk negara.
Sekilas program ini memberikan harapan cerah terhadap upaya mendekatkan alam pendidikan di kampus dengan tuntutan dunia kerja di luar kampus.
Karena masalah utama yang sering dihadapi oleh kalangan pendidikan di kampus adalah terjadinya gap atau jurang yang cukup lebar antara teoriteori keilmuan yang disodorkan oleh kalangan pendidik di kampus dengan kenyataan kompetensi lulusan yang diinginkan dalam dunia kerja.
Karena sejatinya aktifitas kampus sudah seharusnya selaras dengan apa yang diinginkan oleh pihak dunia kerja yang akan merekrut para pekerjanya dari lulusan perguruan tinggi.
Bisa jadi disebabkan oleh kalangan kampus yang asyik terlena sendiri dengan teori-teori keilmuannya dan tidak menyadari kalau di luar ternyata tuntutan ilmu sudah berkembang jauh dan mengalami perubahan.
Selain itu, kalangan pendidik di kampus atau dosen terjerat dengan kesibukan Tri Dharma perguruan tinggi yang mewajibkan keseimbangan aktivitas antara mengajar, meneliti dan melakukan pengabdian masyarakat.
Sehingga bisa jadi terlewatkan dengan materi- materi yang dituntut oleh dunia kerja untuk para lulusannya.
Program praktisi mengajar sebagai bagian dari kegiatan MBKM menjadi salah satu opsi solutif menghadapi permasalahan tersebut.
Baca juga: Umuslim Raih Hibah Program Pendukung Merdeka Belajar Kampus Merdeka
Tentunya praktisi yang direkrut oleh pihak universitas adalah yang benar-benar mumpuni dan memiliki kualifikasi yang sesuai untuk menularkan ilmu empirisnya yang menjadi kompetensi di dunia kerja.
Artinya kapasitas ilmu praktisi sudah diakui dalam dunia kerjanya.
Pengalaman lapangan yang dimiliki para praktisi ini tentu menjadi materi belajar yang sangat berguna bagi para mahasiswa di perguruan tinggi.
Berbeda dengan materi yang diberikan oleh dosen pengampu dalam keseharian pengajaran di kelas, maka para praktisi ini dapat memberikan sudut yang berbeda yang tidak tersampaikan oleh dosen di kampus.
Intinya, kerjasama yang intens tentu akan dibutuhkan antara praktisi ini dengan dosen di kampus.
Sinergisitas dan kolaborasi yang positif antara dosen di kampus dengan praktisi akan memberikan output yang sangat berharga kepada mahasiswa didik.
Sesungguhnya untuk pengalaman Universitas Syiah Kuala khususnya Fakultas Teknik praktisi mengajar sudah dilakukan sejak awal-awal pendirian kampus dahulu.
Ketika itu tuntutan keadaan menyebabkan Fakultas Teknik kekurangan tenaga pengajar tetap.
USK (dulu bernama Unsyiah) didirikan secara darurat sesuai dengan kondisi zaman ketika itu, sehingga tenaga pengajar tetapnya masih minim sekali.
Untuk itu solusinya adalah merekrut para praktisi dan profesional di dunia kerja yang ada di daerah Aceh untuk mengajar di kampus USK.
Baca juga: Lima Mahasiswa UBBG Terpilih Sebagai Alumni Kampus Merdeka (AKM) Bergerak Kemendikbud
Ketika itu dosen tetap hanya seorang dua saja.
Selebihnya dosen diisi oleh para praktisi, baik yang bekerja di Dinas PU, PLN, Dinas Perindustrian dan lain-lain instansi.
Sehingga justru pengalaman praktisi lebih dominan diterima oleh para mahasiswa tingkat awal.
Namun masalah besarnya ketika itu, para praktisi ini bukan merupakan tugas utama di kampus.
Mereka tentunya punya tanggung-jawab di instansinya masing-masing.
Sehingga jam mengajar mereka di kampus pun sering terkendala.
Mahasiswa akhirnya pergi keluar kampus dan menemui para praktisi ini untuk mendapatkan kuliah langsung di tempat kerja para praktisi ini.
Sehingga praktis waktu mahasiswa lebih banyak dihabiskan di luar kampus untuk mengejar para praktisi ini yang susah untuk datang ke kampus untuk mengajar.
Ketika itu tidak ada pilihan lain kecuali mahasiswa yang harus pontang panting mencari para praktisi ini menularkan ilmu praktisnya.
Begitulah dinamika perjuangan mahasiswa teknik di awalawal kampus berdiri.
Baca juga: PNL Gandeng Perusahaan Ima Montaz Sejahtera untuk Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka
Namun efek positifnya adalah para lulusan teknik ketika itu hampir semuanya mudah mendapat pekerjaan setelah menyelesaikan pendidikannya.
Kemungkinan besar selain karena peluang pekerjaan yang masih terbuka luas, juga disebabkan oleh bekal ilmu yang diberikan oleh para praktisi tadi.
Para lulusan ini begitu mudah untuk beradaptasi dengan dunia kerja setelah lebih banyak berinteraksi dengan kalangan praktisi ketika mereka masih kuliah.
Situasinya justru menjadi berbeda ketika sekarang jumlah dosen pengajar tetap di kampus sudah terpenuhi.
Masa belajar mahasiswa di dalam kampus tidak terganggu lagi.
Proses belajar mengajar dapat berlangsung normal dan sempurna sesuai dengan harapan kurikulum.
Namun kenyataannya, situasi yang kondusif ini ternyata memberikan efek lain pula.
Nuansa dunia kerja semakin menjauh dari keseharian para mahasiswa kita.
Mahasiswa malah sibuk berkutat di dalam kampus dan interaksi dengan dunia kerja sedikit sekali.
Baca juga: Dukung Program Kampus Merdeka, Umuslim Bireuen Kirim Tiga Mahasiswa ke Jepang
Walau sudah ada program Kerja Praktek dalam kurikulum ternyata masih belum cukup memberi bekal kepada mahasiswa untuk memenuhi tuntutan kompetensi dunia kerja.
Yah inilah tantangan zaman agaknya.
Ketika dunia kampus telah semakin memenuhi aktifitas internal di kampusnya, ternyata ini membuat mahasiswanya menjauhkan diri dari atmosfer dunia kerja.
Sehingga muncul kembali gagasan untuk menghadirkan para praktisi ini ke dalam kampus.
Jadilah program Praktisi Mengajar.
Praktisi Mengajar era sekarang tentunya sudah berbeda dengan era dulu ketika zaman darurat tenaga pengajar.
Namun konsekuensinya diharapkan akan sama, yaitu memberikan pengalaman langsung dunia kerja dari orang yang tepat yaitu para praktisi ini.
Yang dibutuhkan sekarang adalah kolaborasi yang menguntungkan antara para praktisi dan dosen di kampus untuk bersama-sama menyusun program pengajaran yang dapat memenuhi kaedah pendidikan yang benar sekaligus memberikan materi yang up to date tentang dunia kerja di lapangan.
Memang itu yang seharusnya terus dilakukan oleh kalangan dunia pendidikan di kampus dan dunia kerja di lapangan industri.
Hubungan yang tidak putusputusnya antara dosen di kampus dengan praktisi di lapangan akan memberikan dampak yang sangat menentukan kepada kompetensi mahasiswa yang menjadi sasaran objek pendidikan.
Mahasiswa akan mendapatkan bekal yang paripurna baik segi kandungan dasar keilmuan yang kuat, serta juga memiliki wawasan yang segar dan terbarukan akan dunia kerja yang akan digelutinya. (dandibachtiar@unsyiah.ac.id)
Baca juga: Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah Perbaiki Kurikulum Selaras Merdeka Belajar Kampus Merdeka
Baca juga: Berhadiah Rp 1 Miliar, Ini Pemenang Kompetisi Liga Kampus Merdeka Antar Prodi di UTU
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.