Breaking News

Opini

Mengapa Harus KDRT

Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang menyita perhatian publik yang korbannya adalah istri sedangkan pelakunya suaminya sendiri

Editor: bakri
zoom-inlihat foto Mengapa Harus KDRT
FOR SERAMBINEWS.COM
Dr H AGUSTIN HANAPI Lc, Dosen Hukum Keluarga UIN Ar- Raniry, Anggota Ikat-Aceh

Jika karena perselingkuhan, perlu disadari betul bahwa hal tersebut merupakan perbuatan fahisyah (keji) yang sangat tercela karena dapat merusak keturunan dan menimbulkan permusuhan.

Boleh juga memeriksa kondisi batin, ada apa, meskipun telah memiliki pasangan hidup namun nyatanya belum menemukan kenyamanan batin sehingga masih senang saja chattingan dengan lawan jenis yang bukan mahram, berarti bisa jadi ada sesuatu yang belum selesai dalam diri.

Sesuatu yang lumrah Perselisihan dan beda pendapat antara pasangan merupakan sesuatu yang lumrah terjadi, bagaikan sendok dan garpu, sering kali bersinggungan namun masih terus bekerja sama.

Perselisihan merupakan bagian dari seni dan bumbu kehidupan berumah tangga.

Perbedaan latar belakang pengasuhan, kebiasaan, karakter, nilai keluarga, adat istiadat, serta budaya, dan lainnya.

Maka, ketika terjadi masalah, anggaplah sebagai ujian atas kesabaran dan kematangan jiwa suami-istri, belajarlah bersabar atas ketidaksesuaian harapan atas sikap istri dan sebagainya, keduanya dituntut memiliki kedewasaan dan kematangan berpikir agar dapat menyelesaikan setiap masalah dengan elegan tanpa kekerasan.

Kasus KDRT merupakan ibrah yang sungguh berharga, terlebih bagi perempuan yang akan menikah agar berhati-hati.

Baca juga: Venna Melinda, Berat Badan Turun Usai Alami KDRT

Namun jangan memaknai pernikahan sebagai penderitaan atau berpikir bahwa tidak ada lelaki yang baik sehingga cemas dan takut berumah tangga.

Sebaiknya, sebelum memutuskan untuk menerima pinangan laki-laki kenali dan pelajari karakternya terlebih dahulu.

Baik dengan bertanya kepada orang terdekatnya tentang baik buruk akhlaknya, sisi emosinya dan lain sebagainya.

Atau juga mengamati semua media sosialnya dengan memperhatikan cara dia berkomunikasi lewat komentar atau statusnya, terbiasakah dia menyiyir dan berkata kasar kepada orang lain, meluap-luapkah emosi marahnya ketika merespons komentar kawannya yang berbeda pandangan.

Seringkah dia memposting hal-hal yang terkait dengan keluarga, adakah postingannya mencerminkan kehangatan hubungan keluarga atau lainnya.

Jika buruk dan jauh dari nilai diri dan keluarga yang dimiliki, maka jangan terima lamarannya, dan jangan pernah terlintas dalam benak bahwa ketika sudah menikah karakter buruk seseorang akan berubah dengan sendirinya bahkan dalam waktu yang singkat.

Selektiflah dalam memilih jodoh, mengedepankan pengamalan agama yang dimiliki oleh pribadi sang calon, perhatikan kondisi emosinya, bagaimana ekspresi marahnya, sabar dan syukurnya, tanggung jawab serta sikap lemah lembut dan kesopanannya.

Jangan gunakan akal untuk menilai sebab terkadang ia dapat mengecoh hati nurani.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved