Opini
Triliunan Dana Otsus Habis, Aceh Bangkrut?
Sekarang kondisinya makin parah dimana dana Otsus hanya 3,9 triliun, sedangkan tahun 2022 lalu Aceh masih menerima 7,5 triliun.
Belum lagi pembiayaan berbagai infrastruktur seperti jalan tol, waduk, dan pusat olah raga dan bantuan lainnya secara fisik maupun tunai melalui program keluarga harapan (PKH).
Akibat salah urus
Tentu saya sebagai penulis miris melihat kondisi Aceh saat ini yang juga belum bangkit dari masalah kemiskinan dan keterpurukan sosial akibat salah urus dari tahun 2006 hingga 2022, lalu penjabat (orang Aceh) sebetulnya mengurus apa 17 tahun lalu.
Kenapa kemudian kita timpa satu masalah pada gubernur seorang, seolah yang lain merasa pahlawan membantu rakyat keluar dari masalah kemiskinan dan masalah lainya.
Apakah gejala sosial Aceh memang bermasalah melihat orang lain (ku-eeh) atau kita sudah terlena dengan gaya medsos seolah pengaruh menilai pada orang lain tergantung apa yang viral di medsos. Inti masalah ada pada diri kita jika kita mau jujur.
Pertama masalah itu ada pada setiap pejabat kita. Pejabat Aceh selalu menutup diri, taat ibadah padahal senang dengan korupsi.
Masalah kedua tak ikhlas melihat orang lain maju, masalah lain marah ketika bukan kelompok kita yang jadi penguasa suatu wilayah.
Yang timbul hanya kelompok mereka yang benar, padahal sama-sama membawa lari uang rakyat Aceh melalui berbagai strategi yang berlalu maupun masa akan datang.
Siapa jamin di antara kita hasil pemilu nanti gubernur/wakil gubernur dan wali kota/wakil wali kota yang terpilih tidak melakukan korupsi dan lebih jorok lagi, ketika calon sudah menghabiskan 50 hingga 100 miliar rupiah dalam mengejar jabatan itu.
Apakah mereka juga akan kita maki dan sumpah serapah.
Lalu bagaimana ketika berakhir dana Otsus untuk Aceh, apakah ada jaminan kita tidak berkonflik kembali atau siapa yang berani jamin Aceh aman dan tenang sentosa?
Maka saya memberikan semacam pandangan bahwa maju dan mundurnya suatu wilayah tergantung masyarakatnya dan pemimpinnya dalam melihat suatu peluang dari berbagai sudut pandang.
Misalkan dari aspek investasi perikanan, kelautan, perkebunan, pertambangan dan lain sebagainya merupakan suatu keniscayaan yang harus di garap kembali.
Lalu dari postur anggaran juga harus diubah ke arah yang menjawab tantangan masa depan, bahwa kita semua butuh sandang, papan dan pangan merupakan sesuatu yang pasti perlu kita urus dari sekarang.
Konsep perbaikan harus kita munculkan dari berbagai aspek, jangan menggunakan cara-cara yang keliru asal ada bagian sudah beres.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.