Kupi Beungoh

Korupsi, KPK, dan Perdamaian Aceh II “Ethno Nationalism”: Munawar Liza dan Egianus Kogeya

Ia mulai menguliahi saya tentang pengakuan Aceh kepada Belanda sebagai kerajaan,pada abad ke 17, ketika pediri kerajaan Belanda

Editor: Amirullah
SERAMBINEWS.COM
Prof. Dr. Ahmad Human Hamid, MA, Sosiolog dan Guru Besar Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. 

Ia menceritakan tentang awal OPM yang dipimpin oleh Peremenas Ferry Awom pada 1965, yang terus berjalan dengan bandul perpecahan dan persatuan sesama pemberontak Papua.

Ia menceritakan faksi luar negeri OPM Papua yang pro barat dan pro Marxis Leninis, dan wing bersenjata yang tingal dan beraksi di Papua.

Jhon bercerita tentang OPM yang sesungguhnya tak pernah “surut” , apalagi “pasang” dibandingkan dengan GAM yang kering pada 1976, namun kemudian “pasang” pada tahun 1989-1992, dan setelahnya “surut” Ia menyebutnya, begitu gema pergantian rezim dan angin demokrasi nasional berjalan, GAM justeru mengalami pasang nasionalisme etnis yang luar biasa.

“Pasang" nasionalisme Aceh itu mampu membuat ratusan ribu massa datang ke Banda Aceh menuntut referandum seperti yang terjadi di Timor Timor pada tahun 1999.

Pasang itu terus berlanjut menurut Jhon sampai saat kami duduk di cafe itu, dan juga mungkin akan “surut” suatu saat ketika kalah disapu habis,atau melalui perundingan dengan sejumlah konsesi politik.

Saat itu Jhon adalah profesor saya untuk topik nasionalisme etnis.

 

Ia menceritkan pahit getir perjuangan OPM yang nyaris tak berarti dibandingkan dengan GAM yang begitu dasyhat.

Namun ia ia juga menyebut bahwa telah datang generasi baru yang tahu sejarah penggabungan Papua Barat, yang bergabung dengan OPM, baik di dalam maupun luar negeri. Ia menyebut beberapa panglima lapangan yang dekat dengannya.

Salah satunya yangs saya sangat ingat ialah ketika ia menyebut nama Kelly Kwalik, kelak ia tertembak pada 2009 di Timika.

Memang ketika kami bertemu saat itu, nama Kelly Kwalik sangat populer, karena ia memerintahan penembakan di Freeport pada Agustus 2002, yang menyebabkan kematian dua warga negara AS, serta seorang warga Indonesia di ruas jalan antara kota Timika- Tembagapura.

Ketika Jhon menyebut Kelly Kwalik, saya berkesimpulan, Jhon telah pindah dari pegiat HAM dari wilayah non kekerasan kepada pejuang kemerdekaan OPM.

Ia menyatakan “kasus freeport” telah menjadikan nasionalisme etnis Papua tidak lagi kering, dan sedang menuju pasang. Akan banyak pengikut OPM, karena Kwalik telah menunjukkan bukti “we can”- kita bisa kepada anak muda.

Belakangan dari berbagai media, ternyata Jhon memang sangat dekat dengan Kelly Kwalik.

Ketika kami mau pisah, saya mengajukan pertanyaan usil kepada Jhon. Saya berucap “kapan Jhon OPM akan benar-benar “pasang” seperti di Aceh sekarang-maksudnya 2002.” Ya tunga aja, 10, 15, atau mungkin 20 tahun lagi” tukasnya.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved