Kupi Beungoh
PUASA ITU MENAHAN DIRI, Termasuk Dari Belanja Yang Berlebihan
Puasa itu berarti menahan diri dari segala apa juga yang membatalkan puasa, semenjak terbit fajar sampai terbenam matahari, dengan disertai niat.
Oleh: Dr. Ainal Mardhiah, S.Ag, M.Ag
Kebiasaan ibu-ibu ni, setiap menjelang Ramadhan atau Lebaran, dengan semangat luar biasa berburu belanja murah, baik di pasar murah, maupun di pasar yang tidak murah (pura-pura murah) namun di kemas murah, dalam bentuk diskon besar-besaran, sehingga sangat menggoda bagi para ibu-ibu.
Ibu-ibu bisa lupa diri dengan yang namanya diskon, bisa lupa uangnya sudah di lembaran terakhir namun belum berhenti belanja, ada yang berhutang, lalu setelah dibeli dibiarkan tidak di gunakan.
Sampai di rumah menyesali sebagian barang yang di beli, bukan karena kebutuhan, tapi kemauan alias lapar mata.
Dalam hal persiapan menyambut Ramadhan, juga sering kali terjadi hal demikian, ada pemubazziran dalam belanja, ini dapat dilihat dari sebagian barang yang di belanjakan melebihi uang yang ada sampai berhutang atau setelah dibeli mubazzir, tidak digunakan, lebih parah lagi, terbuang dan tidak dibagikan kepada orang lain.
Baca juga: YANG KITA ANGGAP TIDAK BAIK, Sering Kali Baik Menurut Allah
Dalam Kitab Fikih Sunnah, jilid 3 bab Puasa, Sayyid Sabiq mengatakan bahwa puasa itu menurut bahasa berarti menahan.
Menurut istilah, Puasa itu berarti menahan diri dari segala apa juga yang membatalkan puasa, semenjak terbit fajar sampai terbenam matahari, dengan disertai niat.
Rasulullah SAW, mengatakan bahwa:
Barang siapa berpuasa pada bulan Ramadhan dan mengetahui batas batasnya, dan ia menjaga diri dari segala apa yang patut di jaga, dihapuskanlsh dosanya yang sebelumnya. (HR. Ahmad).
Baca juga: Belajar Dari Kisah Nabi Musa AS: Melawan Kesombongan Dengan Kesombongan, Namun Tetap Rendah Hati
Belanja untuk menyambut bulan suci Ramadhan, meski dengan maksud baik, untuk persiapan menyambut Ramadhan, namun jika terdapat pemubazziran di dalamnya, apalagi sampai ada yang terbuang tidak di makan itu adalah dilarang.
Ini adalah pekerjaan syaitan, sebagaimana disebutkan dalam ayat Al Qur'an berikut ini yang artinya.
Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya." (QS. Al Isra: 27)
Ini penting diingatkan karena boros itu berakhir dengan penyesalan, sebagaimana disebutkan dalam Ayat Al Qur'an berikut ini:
“Janganlah engkau jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu (kikir) dan jangan (pula) engkau mengulurkannya secara berlebihan sebab nanti engkau menjadi tercela lagi menyesal.” (Al Isra ayat 29).
Baca juga: Kebaikan Itu: Pertama Di Paksa, Lalu Terbiasa, Kemudian Menjadi Kebutuhan
Oleh karena itu, dalam berbelanja hendaknya di liat faktor faktor berikut ini:
1. Belanja Karena Butuh, Bukan Karena Mau.
Belanja karena butuh, seperti kita belanja karena pakaian kita sudah koyak, suda jelek, sudah rusak, atau jika ingin dengan desain yang baru, pakaian yang lama disumbangkan dulu kepada orang lain yang membutuhkan, baru kemudian dibelikan atau dijahit yang baru, artinya pakaian yang ada terpakai, bukan tersimpan.
Belanja makanan karena butuh, seperti belanja bahan pokok, dibeli untuk kebutuhan sesuai dengan kemampuan, jika yang punya kelebihan uang bisa belanja untuk sebulan, yang tidak ada dapat belanja untuk per hari, sesuai keuangan yang dimiliki setiap diri.
Sebagian orang, ada yang harus membeli barang, meski masih ada yang lama dan masih bagus di rumah, karena kebutuhan pekerjaan, untuk memantasksn diri, dengan pekerjaannya, dengan jabatan dan status sosial pasangan, jika ini keadaan, maka ini belanja karena kebutuhan.
Sedangkan, belanja karena kemauan bukan kebutuhan, itu seperti belanja orang-orang setiap ada model pakaian baru, jilbab baru, tas baru, dia bersegera untuk membelinya, jika tidak ada uang, tetap membeli dengan cara berhutang atau dengan kredit, kemudian tidak terpakai, kalau pun di pakai, jarang.
Dalam hal persiapan berbuka puasa, sering didapati juga keadaan demikian. Ketika siang hari berbelanja segala jenis makananan, sampai penuh meja, gak muat di meja yang besar, ditarok di meja yang kecil, yang tidak muat di meja, di tarok di atas lantai, sebagian di lemari pendingin, ketika malam sampai waktunya berbuka puasa, hanya sedikit yang sanggup dihabiskan, sisanya terbuang. Dan ini sering terjadi, hampir di semua rumah muslim, yang punya kelebihan harta.
Tujuan puasa untuk menahan diri, untuk ikut merasakan keprihatinan, kesusahan yang dialami oleh orang-orang yang tidak mampu, kurang teraplikasi dengan baik, melainkan hanya menahan diri dari lapar dan haus saja yang bisa di dapatkan, jika demikian keadaannya.
Seorang muslim, ketika hendak belanja termasuk dalam bulan Ramadhan, melihat kebutuhan, apa kebutuhan hari ini, berapa kebutuhan yang harus di beli, lalu beli sesuai kebutuhan, agar tidak mubazzir nantinya.
Sebagai contoh, dalam satu keluarga ada 5 orang anggota keluarga, yang dibutuhkan lauk untuk 5 orang, untuk dua kali makan, yaitu waktu berbuka dan waktu sahur.
Lauk untuk 5 orang, jika ayam/ikan/daging, cukup 10 potong ayam/ikan/daging, ditambah sedikit sayur dan dan sedikit kue untuk berbuka puasa beserta minuman yang manis, agar kuat dan segar kembali.
Dengan demikian bagi seorang muslim, suatu barang baru dibeli jika butuh, jika tidak butuh tidak dibeli, demikian semestinya akhlak seorang muslim dalam berbelanja, jika untuk disimpan tidak pernah digunakan jangan dibeli. Beli barang yang memang dibutuhkan.
Baca juga: Olah Raga di Tempat Umum, Kenapa Dengan Celana Pendek?
2. Tidak Berhutang Untuk Yang Bukan Kebutuhan Pokok.
Belanja itu sesuai dengan dana yang ada, tidak sampai berhutang. Untuk yang bukan kebutuhan pokok ada uang baru beli, jika tidak ada, sabar. terutama yang tidak membahayakan kehidupan jika tidak dibeli.
3. Berhenti Belanja Sebelum Lembar Uang Yang Terakhir.
Jika seseorang itu memiliki uang, untuk 1 hari anggaran yang ada 100 rb rupiah, maka dengan 100 rb tersebut, sudah ada untuk lauk berbuka dan sahur, juga sudah ada kue dan minuman berbuka.
Jika tidak cukup, untuk hal-hal tertentu, seperti minuman, bisa dibuatkan minuman di rumah seperti teh dan lainnya. Jangan mengambil anggaran untuk esok hari hanya untuk memenuhi keinginan hari ini, yang kemudian setelah dibeli, belum tentu mampu dihabiskan.
4. Jangan mengukur Diri Dengan Isi Kantong Oang Lain.
Sebagai contoh, untuk sebulan Ramadhan, ibu-ibu disarankan untuk dapat menyusun menu berbuka puasa, disamping agar tidak membosankan, juga bersemangat bagi anggota keluarga menunggu waktu berbuka puasa.
Menu yang disusun tentunya sesuai dengan selera dan keuangan setiap rumah tangga, yang penting anggota keluarga dapat menikmati makanan yang disediakan dengan rasa bahagia.
Jika makanan itu bagi orang yang punya uang hal biasa, bisa dengan mudah dapat dibeli, bagi
yang uang terbatas, dapat membelinya sekali kali atau berusaha membuat sendiri. Jangan juga memaksa diri, setiap hari membeli, jika keuangan terbatas.
Wa'alaikumsalam, moga bermanfaat
*) PENULIS Dr. Ainal Mardhiah, S.Ag, M.Ag adalah Dosen Tetap Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN Ar Raniry Banda Aceh.
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.
BACA TULISAN KUPI BEUNGOH LAINNYA DISINI
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.