Kupi Beungoh

Loyalitas dan Fanatisme yang Tidak Berguna 

Islam sebagai agama yang paripurna bagi umat manusia yang mempunyai konsep universalitas terhadap segala lini kehidupan manusia.

Editor: Agus Ramadhan
FOR SERAMBINEWS.COM
Muhammad Azizan (Pemuda PAS Aceh Timur- Mahasiswa Hukum Mu'amalah, Institut Agama Islam Coet Kala Langsa) 

Oleh : Muhammad Azizan
(Pemuda PAS aceh timur, mahasiswa fakultas syariah IAIN Langsa)

SERAMBINEWS.COM - Islam sebagai agama yang paripurna bagi umat manusia yang mempunyai konsep universalitas terhadap segala lini kehidupan manusia.

Islam juga mengajarkan hal-hal yang semestinya dilakukan oleh manusia dalam kehidupan sehari-harinya dengan sesama manusia dan hubungan vertikalnya dengan Tuhan.

Teori-teori dalam islam mampu mengakomodir kehidupan manusia baik dalam ranah personal ataupun nonpersonal.

Konsep hukum Islam juga bisa menjadi rujukan di beberapa negara seperti Brunei Darussalam, Arab Saudi, Republik Chehnya dan lain lainnya.

Dalam beramal dan beraktivitas, islam sangat menekankan ilmu pengetahuan bagi setiap pelakunya, islam tidak merelakan umatnya untuk semena-mena dalam melakukan sesuatu.

Perbedaan antara benar dan salah harus diperhatikan dengan seksama sebelum melakukan suata perkara, sebagaimana pada dasarnya telah diatur batasan-batasannya dalam konsep islam.

Bahkan islam juga mewajibkan setiap umatnya yang laki-laki dan perempuan untuk berilmu pengetahuan ukrawi dan duniawi, oleh karena itu islam tidak akan mentolerir apapun perbuatan umat yang mengatas namakan agama bila tanpa didasari oleh ilmu pengetaan.

Ilmu pengetahuan sangat penting bagi setiap manusia dalam beragama maupuan bernegara.

Islam menempatkan orang yang berpengetahuan diatas rata-rata dari kebanyakan manusia pada umumnya, selaras seperti apa yang telah disampaikan dalam Al-qur’an surah al-Mujadalah ayat 11.

Dari sini, dapat dipahami bahwa segala lika-liku perjalanan kehidupan, manusia harus menentukan langkah dan pilihannya sesuai dengan ilmu pengetahuan, tidak boleh hanya dengan mengikuti arus ke arah tertentu yang berpotensi membawaki dirinya ke dalam jurang kesalahan.

Manusia terkadang bisa tersesat dalam kehidupan disaat loyalitas dan fanatismenya mengalahkan ilmu pengetahuan yang ada dalam dirinya, sehingga tidak jarang kita melihat penyesalan dan kekecewaan yang timbul dalam kehidupan sehari-hari dari perbuatan dan langkah yang dipilih oleh manusia itu sendiri.

Terlebihnya lagi manusia memiliki sifat gegabah dalam menentukan keputusan yang berpengaruh bagi kehidupannya, namun hal ini bisa diatasi dengan sempurna seandainya manusia mampu menepis loyalitas dan fanatismenya terlebih dahulu dengan mengedepankan pikiran dan ilmu pengetahuan.

Sehingga keputusan yang akan dipilih oleh manusia murni merupakan buah hasil dari pemikiran jernih dan ilmu pengetahuan yang akan menghantarkan dirinya ke fase yang lebih baik dari sebelumnya.

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sering kali dihadapkan kepada beberapa pilihan yang membutuhkan ilmu pengetahuan untuk menentukan yang terbaik diantaranya.

Yang terbaik tidak terpilih dari sekedar loyalitas dan fanatisme terhadap sesuatu, ilmu pengetahuan adalah pemeran utama dalam menentukan yang terbaik.

Maka seandainya loyalitas dan fanatisme dalam menentukan pilihan dijadikan sebagai acuannya niscaya akan menimbulkan ketimpangan yang beruntun di kemudian hari.

Oleh karena itu rasio pikiran yang ada pada manusia harus dimaksimalkan dengan sempurna untuk mengisi daya ilmu pengetahuan demi menghindari ketimpangan yang akan menjadi penyesalan dan kekecewaan di kemudian hari.

Loyalitas dan fanatisme pada dasarnya merupakan hal yang wajar pada manusia.

Loyalitas dan fanatisme terkadang muncul ketika seseorang terhasut dari suatu histori perkara yang digaung-gaungkan secara terus menerus.

Dalam loyalitas dan fanatisme juga terdapat nilai ta’zim yang tinggi terhadap sesuatu yang menurutnya dianggap sudah benar.

Namun demikian esensi dari sebuah kebenaran tidak dapat ditentukan oleh sekedar loyalitas maupun fanatisme, di sini kita membutuhkan ilmu pengetahuan sebagai dasar dalam menetapkan suatu kebenaran.

Perkataan yang masuk melalui telinga tidak semestinya dianggap benar secara mentah oleh manusia.

Loyalitas dan fanatisme akan memperburuk sesuatu ketika disalah gunakan oleh manusia, yang semestinya hal itu ditentukan oleh ilmu pengetahuan.

Maka sangat penting bagi manusia untuk menepis loyalitas dan fanatismenya terlebih dahulu dalam menetukan sesuatu yang benar.

Manusia harus bisa membedakan benar dan salah dengan berlandaskan ilmu pengetahuan, tidak terpengaruhi oleh segala bentuk loyalitas dan fanatisme.

Indonesia sebagai negara demokrasi, setiap rakyatnya memiliki kesempatan untuk menentukan pilihannya dengan bebas.

Kultur demokrasi memiliki konsep yang menghidangkan kebebasan (freedom) kepada setiap individual dengan seluas-luasnya.

Dalam negara demokrasi masyarakat berhak menggaungkan aspirasi dan keinginan secara bebas yang dilindungi oleh hukum, tidak ada paksaan yang harus diikuti oleh masyarakat baik dalam bentuk loyalitas ataupun fanatisme.

Kebebasan berpendapat dan berekspresi merupakan amanah Undang-Undang Pasal 28 dan Pasal 28E ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan "setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat".

Dari hal ini dapat dipahami bahwa kebebasan dalam menentukan sikap dan pilihan itu mutlak merupakan hak absolut setiap rakyat yang ada di indonesia.

Loyalitas dan fanatisme terhadap sesuatu secara berlebihan tidak boleh dibiarkan tumbuh menjadi racun bagi masyarakat dalam kehidupan.

Ia terkadang dapat mempengaruhi hal-hal yang salah menjadi benar, saat semuanya sudah dibutakan dengan loyalitas dan fanatisme maka kesempitan akal pikiran untuk mengakses ilmu pengetahuan menjadi semakin sulit.

Banyak yang menggunakan loyalitas dan fanatisme sebagai sebuah alat perang ideologi untuk mempertahankan kepentingan tertentu.

Terlebihnya lagi, saat seseorang mampu membuat orang lain terjebak dalam lingkaran loyalitas dan fanatisme maka akan dimanfaatkan untuk dijadikan sebuah kekuatan yang bisa dikendalikan ke arah tertentu.

Mereka yang akan dijadikan garda terdepan sebagai penghalang yang rela mengorbankan harta benda bahkan nyawa sekaligus hanya untuk sebuah ilusi yang diciptakan oleh para oknum-oknum bejat.

Kekuatan yang terbentuk dari loyalitas dan fanatisme sangat kerap disalah gunakan oleh para oknum untuk melancarkan suatu serangan atau kemenangan dalam sebuah pergulatan di dunia realita.

Menentukan sebuah pilihan harus berdasarkan ilmu pengetahuan yang mendominasikan dalam pikiran.

Pengetahuan harus digunakan untuk memilih sebuah kebenaran tatkala dihadapkan dengan beberapa pilihan, kita tidak akan bisa memastikan yang terbaik tanpa berdasarkan ilmu pengetahuan.

Loyalitas dan fanatisme yang berlebihan sering kali terjadi pada masyarakat awam yang notabenenya memiliki kapasitas ilmu yang rendah.

Oleh karena itu,  masyarakat harus bisa menghindari hal ini dengan menerapkan pola pikiran yang bagus.

Salah satu cara yang mudah untuk diaplikasikan adalah dengan mengikuti orang yang berilmu pengetahuan dalam menentukan sebuah pilihan.

Orang yang berpengetahuan tidak akan terjebak dalam loyalitas dan fanatisme yang berlebihan karena mereka mampu memilih yang terbaik berdasarkan ilmu pengetahuan.

Sudah semestinya masyarakat mengikuti orang yang berilmu pengetahuan tinggi seperti para ‘ulama, pakar ilmu pengetahuan, dan orang yang mempunyai kapasitas ilmu diatas rata-rata dikalangan mereka sendiri.

Loyalitas dan fanatisme dari masyarakat harus ditempatkan pada sesuatu yang dilegalkan oleh ilmu pengetahuan.

Inilah salah satu bentuk untuk memperbaiki keadaan sosial dalam kehidupan masyarakat.

Segala sesuatu harus ditetapkan dan dipilih berdasarkan ilmu pengetahuan.

Sampingkan loyalitas dan fanatisme yang berlebihan, jadikan ilmu pengetahuan sebagai penentunya.  (*)

 

 

*) PENULIS adalah Muhammad Azizan (Pemuda PAS Aceh Timur- Mahasiswa Hukum Mu'amalah, Institut Agama Islam Coet Kala Langsa)

KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved