Kupi Beungoh
Racun Viralitas pada Akalbudi
Anugrah paling terindah yang pernah Tuhan berikan kepada ummat manusia adalah akalbudi, maka gunakanlah secara kritis dan dalam.
Ruang tersebut banyak sekali juga secara keseluruhan mengubah secara radikal penegertian manusia tentang cinta, empati, fantasi, komunitas.
Eksistensi secara kuantitatif merupakan harga mati manusia pada abad 21, pengakuan oleh orang banyak bahwa dia ada dan hidup tanpa mengajak akalbudi untuk merenung dan berfikir.
Disinilah viralitas bermunculan. Sehingga kebenaran secara hakikat terdistraksi kepada kebenaran yang dangkal.
Indoensia atau aceh bahkan, merupakan negara yang sangat miskin secara literasi, artinya kemjuan tekhnologi yang di konsumsi oleh masyarakat Indonesia tidak dibarengi oleh kemajuan literasi atau IQ masyarakat indoensia, sehingga terpolarisasi juga mengalami ketimpangan proses penyerapan informasi anatara yang menggunakan akalbudi atau resionalitas. Sehingga viralitas menjadi racun.
Baca juga: Kita Rusak, Pusat Tak Mengembalikan 4 Pulau Milik Aceh
Hyperrealitas
Fenomena komunikasi pada zaman sekarang ini menjadi perhatian khusus bagi seorang filusuf strukturalis postmodern, Jean Baudrillard.
Menurut saya sendiri Hyperrealitas yang di maksudkan oleh Jean adalah suatu konsep realitas yang berpacu pada citranya sendiri tapi tidak pada relalitas sebenarnya, melainkan tanda-tanda virtual yang tidak memiliki eksistensi yang subtansial.
Hyperrealitas ialah orang lebih terpesona dengan kata dari pada makna atau dengan tanda dari pada penanda.
Indoensia merupakan negara paling aktif dalam mengkonsumsi simbul-silmbul virtual.
Dalam dimensi dunia maya manusia menciptakan banyak identitas, kendati mereka mengundang pengakuan atau afirmasi orang lain dalam dunia realitas, seperti terlihat cerdas, bijak, dewasa, anggun dll. merupakan hal yang irasional secara akalbudi manusia.
Ektasi komunikasi
Citra, fashion tanpa henti, gaya, barang yang telah menyita perhatian manusia sekarang dan kesadaaran masyarakat dalam komunitas.
Ektasi komunikasi menurut Jean Baudrillard adalah tidak adala lagi kedalaman bertukar informasi, selain hanya permukaan yang bersifat imanen, komunikasi yang fungsional saja.
Pada saat kondisi seperti ini, masyarakat terkungkung didalam ektasi komunikasi yang kacau, manusia yang menjadi cemburu terhadap segala banyak hal yang di pertontonkan dalam kehidupan sosialnya.
Komunikasi yang menghilangkan batas bagian dalam dan luar, ruang privasi tidak menjadi lagi rahasia.
| Tata Kelola dan Sistem Akuntansi Masa Sultan Iskandar Muda dalam Perspektif Good Governance Modern |
|
|---|
| BPJS Ketenagakerjaan Syariah di Bumi Serambi Mekkah |
|
|---|
| Menjaga Indonesia dari Paham Agama Keras |
|
|---|
| Kemandekan Investasi dan Industrialisasi di Aceh, Bagian I |
|
|---|
| Globalisasi dan Alam Gayo: Antara Kemajuan dan Ancaman Hijau |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/aceh/foto/bank/originals/Teuku-Muzwari-Irza-Penulis-Lepas-Pecinta-kupi-phet-Kader-Muda-NasDem-Aceh-Pe.jpg)