Luar Negeri

Belum 24 Jam Gencatan Senjata, Perang Kembali Meletus di Sudan, 270 Orang Tewas

Militer dan RSF sedianya melaksanakan gencatan senjata selama 24 jam yang dimulai Selasa (18/4) pukul 18.00 waktu setempat.

Editor: Faisal Zamzami
Twitter
Baku tembak antara pasukan paramiliter Rapid Support Forces (RSF) dan angkatan militer negara di Afrika Utara itu pecah pada Sabtu (15/4/20123) yang diwarnai pembakaran 2 pesawat di bandara . 

Kedua belah pihak dipimpin oleh dua jenderal yang merebut kekuasaan dalam kudeta tahun 2021, panglima militer Sudan dan wakilnya, yang memimpin Pasukan Reaksi Cepat paramiliter yang kuat.

Ledakan dan tembakan senjata berat mengguncang ibu kota Sudan pada hari kelima pertempuran pada Rabu setelah gencatan senjata yang ditengahi internasional berantakan. 

Kegagalan gencatan senjata menunjukkan dua jenderal saingan yang berjuang untuk menguasai negara itu bertekad saling menghancurkan dalam konflik yang berpotensi berkepanjangan.

Tanpa tanda-tanda istirahat, rakyat Sudan yang putus asa dan ketakutan mulai melarikan diri setelah terperangkap selama berhari-hari di rumah mereka akibat kekerasan, kata para saksi mata. 

Penduduk dari berbagai lingkungan di Khartoum mengatakan kepada The Associated Press, mereka melihat ratusan orang, termasuk perempuan dan anak-anak, membawa barang bawaan, beberapa pergi dengan berjalan kaki, yang lainnya berkerumun di dalam kendaraan.

“Khartoum menjadi kota hantu,” kata Atiya Abdalla Atiya, sekretaris Sindikat Dokter yang masih berada di ibu kota.

Pertarungan para jenderal untuk mendapatkan kekuasaan membuat jutaan orang Sudan terlibat baku tembak, karena pasukan mereka bertempur sejak Sabtu dengan senapan mesin berat, artileri, dan serangan udara di lingkungan perumahan Khartoum, kota tetangga Omdurman, dan kota-kota besar lainnya di negara itu.

Sedikitnya 270 orang tewas dalam lima hari terakhir, kata PBB. Tetapi, jumlah korban kemungkinan lebih tinggi, karena banyak mayat ditinggalkan di jalanan, tidak dapat dijangkau karena bentrokan.

 
Gencatan senjata 24 jam seharusnya berlaku sejak matahari terbenam pada Selasa (18/4) hingga matahari terbenam hari Rabu (19/4). Itu adalah upaya paling konkret untuk membuat jeda yang diharapkan dapat diperluas menjadi gencatan senjata yang lebih lama.

Gencatan senjata sehari itu terjadi setelah Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken berbicara secara terpisah melalui telepon dengan dua rival, pemimpin angkatan bersenjata Jenderal Abdel Fattah Burhan dan kepala Pasukan Dukungan Cepat paramiliter Jenderal Mohammed Hamdan Dagalo. 

Mesir, yang mendukung militer Sudan, dan Arab Saudi serta Uni Emirat Arab yang memiliki hubungan dekat dengan RSF, juga meminta semua pihak untuk mundur.

Tetapi, pertempuran berlanjut setelah dimulainya gencatan senjata dan sepanjang malam. Masing-masing pihak saling menyalahkan atas kegagalan gencatan senjata tersebut.

Bentrokan sengit antara tentara dan RSF dilaporkan Rabu pagi di sekitar markas militer di pusat Khartoum dan bandara terdekat, serta di sekitar gedung televisi pemerintah di seberang sungai di Omdurman. Bom dan artileri terdengar di sekitar kota.

Sebuah bangunan tinggi di pusat kota terbakar dengan puing-puing yang terbakar jatuh dari lantai atasnya, menurut rekaman oleh jaringan berita Al Arabiya.

“Pertempuran meningkat di pagi hari setelah baku tembak sporadis di malam hari,” kata Tahani Abass, seorang advokat hak asasi terkemuka yang tinggal di dekat markas militer. “Pengeboman dan ledakan mengguncang rumah kami.”

Baca juga: Terlambat Datang Shalat Idul Fitri, Haruskah Mengulang Takbir? Ini Penjelasan UAS

Baca juga: VIRAL Pria Hajar Pengguna Sepeda Motor hingga Kejang, Pelaku Tak Terima Tersenggol Saat Berkendara

Baca juga: Dukung Indonesia Emas 2045, Kementerian Perhubungan Buka SIPENCATAR

Kompas.tv: Gencatan Senjata Hanya Bertahan Beberapa Menit, Pertempuran Kembali Meletus di Sudan, 270 Tewas

Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved