Kupi Beungoh
Ketika Belanda Menjajah Aceh
Bukti yang paling menarik adalah jatuhnya istana raja Aceh ke tangan Belanda yang dalam sejarah sedikit sekali dibicarakan.
Kita tidak akan mampu merencanakan masa depan yang gemilang tanpa kita ketahui sejarah indatu baik itu sejarah kesuksesan, kegagalan atau kekonyolan yang pernah dilakukan indatu kita sehingga kita mecawo-cawo sampai hari ini.
Baca juga: Aceh dan Kepemimpinan Militer (VI) - Sultan Al Mukammil, "Repertoar Raja Boneka”
Baca juga: Aceh dan Kepemimpinan Militer (XI) Benarkah “Masa Emas Aceh” Iskandar Muda Sekedar Mitos?
Kisah Kekecewaan Uleebalang
Menurut sebuah kisah terdapatlah sebuah kelompok uleebalang kala itu yang merasa kecewa kepada Sultan, karena Sultan telah mengangkat uleebalang baru dan memberikan tanah kepada uleebalang baru tersebut dengan mengurangi wilayah kelompok uleebalang yang merasa kecewa.
Kekecewaan tersebut memuncak karena Sultan tidak mau menegosiasi lagi keputusannya.
Merasa jasa dan keberadaan mereka tidak dihargai lagi oleh Sultan Aceh, kelompok uleebalang tersebut melakukan pertemuan rahasia dengan Belanda.
Intinya para kelompok uleebalang tersebut akan memberi informasi kepada Belanda bagaimana cara menguasai istana Sultan, namun dengan syarat mereka harus diangkat sebagai Sultan baru di Aceh.
Dalam perjalanannya, Belanda berhasil merebut istana Sultan, namun apa mau dikata Belanda tidak mampu memenuhi janjinya untuk menjadikan kelompok uleebalang tersebut menjadi Sultan dan penguasa baru di Aceh.
Namun mereka diberikan bintang jasa oleh Belanda yang disematkan di dada sebelah kiri mereka.
Mereka itu menjadi kaki tangan penjajah dan dilindungi oleh Kompeni Belanda, sedangkan kelompok uleebalang lainnya mati-matian berjuang untuk mempertahankan Aceh sebagai nanggroe meurdehka.
Teuku Umar, Teuku Raja Sabi, Pocut Bharen, Cut Nyak Dhien, Cut Meutia dan lainnya terus saja berjuang sampai syahid.
Dalam catatan sejarah, Belanda pernah mengakui bahwa perang Aceh adalah perang yang sangat melelahkan dan menghabiskan banyak anggaran.
Hanya Perang Aceh yang tidak mengenal jabatan dan posisi korbannya.
Perang Aceh telah memakan korban hingga selevel jenderal di pihak Belanda.
Baca juga: Aceh dan Kepemimpinan Militer (I) - Dari Klasik Hingga Kontemporer
Namun pada kenyataannya, Belanda tidak mampu menguasai Aceh seperti daerah lain di Nusantara, dimana mereka dapat duduk manis menikmati hari dengan kopi dan teh.
Menjadikan pribumi sebagai lamiet untuk mengurus kehidupan mereka.
perang belanda di aceh
apakah aceh pernah dijajah belanda
kupi beungoh
Serambinews
Uleebalang
sejarah Aceh
September Pendidikan Aceh: Hardikda, Darussalam, dan Jejak Abadi Prof. Safwan Idris |
![]() |
---|
CSR Sektor Ekstraktif dan Imajinasi Kesejahteraan Aceh |
![]() |
---|
Prospek Legalisasi Ganja untuk Terapi Medis |
![]() |
---|
Misteri Tambang KPPA: Emas, Asing dan Negara yang Bungkam |
![]() |
---|
UU Perampasan Aset Tak Kunjung Tiba, DPR Bela Rakyat atau Bela Koruptor? |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.