Kupi Beungoh
Mudik, Antara Rindu dan Kenangan Masa Lalu
Rindu itu energi. Mampu menggerakkan jiwa raga untuk berkorban apa saja. Maka tak heran, berbagai persiapan jauh-jauh hari sudah dilakukan
Oleh: Nelliani, M.Pd*)
Satu hal yang dirindu di penghujung Ramadhan yaitu pulang kampung atau mudik.
Sebenarnya kegiatan mudik tidak hanya menjelang Idul Fitri saja, saat libur tahun baru atau libur semester bagi pelajar dan mahasiswa sering dilakukan.
Namun, mudik lebaran punya kesan berbeda, ada kerinduan yang sukar dijelaskan dengan kata-kata.
Kerinduan berkumpul bersama orang tua, sanak saudara dan handai taulan, pada kampung halaman yang jauh di mata, rindu ziarah dan semua kenangan masa kecil yang sulit dilupa.
Rindu itu energi.
Mampu menggerakkan jiwa raga untuk berkorban apa saja.
Maka tak heran, agar bisa mudik berbagai persiapan jauh-jauh hari sudah dilakukan.
Mulai dari menyiapkan dana lebih, membeli oleh-oleh, membetulkan kendaraan, memesan tiket sampai menentukan moda transportasi agar nyaman di perjalanan.
Jika tiba waktunya mudik, hati senang tak terkira.
Macet dimana-mana, berpanas-panas di jalanan merupakan hal biasa.
Tak perlu marah-marah apa lagi saling menyalahkan.
Hadapi dengan senyuman dan penuh rasa syukur karena sebentar lagi akan berjumpa dengan orang-orang kesayangan.
Bagi yang menggunakan kenderaan pribadi haruslah hati-hati, jangan ngebut.
Bila lelah, baiknya berhenti dan beristirahat sejenak mengisi tenaga supaya bugar lagi.
Ingat kata pak polisi, “keselamatan lebih utama”.
Keselamatan itu penting mengingat tahun ini jumlah pemudik melonjak.
Hal itu membuat mobilitas jalan raya semakin tinggi dengan potensi kecelakaan semakin besar.
Kementerian Perhubungan memprediksi pergerakan masyarakat selama musim mudik lebaran 2023 mencapai 123,8 juta orang.
Jumlah ini meningkat 14,2 persen dibandingkan dengan prediksi pergerakan masyarakat saat Idul Fitri 2022 lalu yang hanya 85,5 juta orang. (dephub.go.id/07/03/2023).
Agar perjalanan aman, nyaman dan penuh makna, diharapkan pemudik menjaga kesehatan, mengecek kelaikan kenderaan serta berbagai persiapan lainnya.
Baca juga: Mobil Pemudik Terjun ke Jurang Sedalam 15 Meter, Gegara Pakai Google Maps Demi Hindari Macet
Baca juga: Presiden Rusia Vladimir Putin Mengucapkan Selamat Idul Fitri kepada Umat Islam
Rindu dan Kenangan
Kenapa moment mudik selalu dinanti?
Karena mudik bukan sekedar cerita balik kampung.
Mudik adalah tentang rindu dan kenangan.
Secanggih apa pun teknologi, tidak mampu mengobati rindu.
Rindu hanya bisa ditebus dengan bertemu dan berkumpul secara fisik bukan basa basi virtual yang kering makna.
Pulang ke rumah tua, dimana tempat dilahirkan dan dibesarkan.
Setiap sudutnya menjadi saksi bagaimana hari-hari dilalui dengan beragam kisah suka duka.
Menyusuri tempat-tempat yang pernah menjadi sejarah betapa indahnya masa kecil.
Semua itu menjadi kenangan yang melekat di hati.
Selebihnya, tentang cara kita menghargai kampung halaman, mencintai tempat lahir dan segala kenangan yang ada di dalamnya.
Yang utama, mudik lebaran sebagai media menjalin silaturahmi.
Islam sangat menganjurkan umatnya menyambung tali silaturahmi.
Terdapat banyak keberkahan dan kebaikan di dalamnya.
Sebagaimana sabda Rasulullah, “Barang siapa ingin diluaskan rezekinya dan dipanjangkan umurnya maka sambunglah tali silaturrahmi" (HR. Bukhari-Muslim).
Silaturahmi merupakan sarana saling memaafkan, menyambung yang terputus hingga merekatkan kembali hubungan yang renggang.
Silaturahmi itu indah dan membahagiakan.
Bisa berjumpa setelah sekian lama tidak bersua.
Ajang nostalgia masa lalu.
Saling berbagi pengalaman hidup di tanah rantau.
Menghapus gesekan dan percikan konflik dalam suasana penuh kemaafan.
Kebahagiaan yang sama juga dirasakan oleh anak-anak.
Mereka gembira menerima angpau dari kakek, nenek, paman serta kerabat.
Bukan masalah besar kecilnya nominal yang diberi, namun lebaran merupakan moment unik berbagi rezeki sekaligus mengajarkan mereka arti peduli.
Dan yang paling ditunggu, kesempatan menikmati hidangan spesial hari mulia seperti timphan, kue bhoi, keukarah, seupet atau aneka peganan khas Aceh yang jarang ditemukan pada hari-hari biasa.
Bagi penulis mungkin juga sebagian lainnya, mudik memberikan makna berbeda.
Mudik seperti terapi psikologis untuk mengasah kearifan jiwa.
Bertemu dan berbagi cerita, yang tua menawarkan sejarah masa lalunya, yang muda menghadirkan harapan masa depannya.
Semua itu memperkaya cara kita agar lebih bijak menyikapi kehidupan yang penuh dinamika.
Berjalan menyusuri kampung, menikmati suasana pedesaan yang menenangkan batin dengan pola kehidupannya yang sederhana, mengajarkan kita nilai-nilai kesederhanaan.
Hidup bersahaja saja, tidak berlebihan, tidak banyak mengeluh.
Merasa cukup atas apa yang dimiliki.
Suatu konsep hidup yang mulai langka pada masyakarat urban dewasa ini dimana orang-orangnya senang berjibaku dengan beragam tuntutan yang membuat manusia tak ubahnya ibarat mesin.
Pada dimensi lain, mudik merupakan kesempatan menemukan jati diri.
Sejatinya, kita kecil berasal dari kampung, suatu tempat yang jauh dari kesan megah dengan ragam fasilitas yang memanjakan.
Melakukan apa yang biasa dikerjakan anak-anak kampung.
Bermain layangan di sawah, memancing di sungai, mengaji di surau, membantu orang tua bertani dan berternak.
Semua dilakukan dengan suka cita.
Bermain di alam adalah kebahagiaan yang tidak bisa dibeli. Keringat dan panas sebagai teman sehari-hari.
Tidak takut kotor, tidak takut hitam.
Itulah yang membuat kreativitas terasah tanpa batas.
Belum mengenal teknologi, tidak ada smartphone, game online atau media sosial yang melalaikan.
Tak ada gengsi apa lagi berlagak sok kota.
Pepatah menyatakan, “mengenal diri sendiri awal dari kearifan”.
Artinya, dengan mengenal identitas diri, akan menuntun seseorang senantiasa bersikap dan berperilaku yang mencerminkan nilai-nilai kebaikan, bijaksana dan empati.
Jika sekarang berada di posisi “sukses”, begitu istilah orang kota, bukan alasan menyombongkan diri.
Mudik bukan ajang pamer pencapaian atau status sosial.
Karena mulanya, siapalah kita tanpa bantuan dan dukungan orang lain.
Baca juga: Mudik Lebaran? Ini Tuntunan Shalat Musafir, Lengkap Shalat Jamak hingga Qashar, Niat dan Tata Cara
Baca juga: Mustajab! Ini Bacaan Doa Mudik Lebaran, Amalkan Agar Selamat Sampai di Kampung Halaman
Ayo Mudik
Pemerintah telah mendukung keamanan dan kenyamanan mudik lebaran tahun ini dengan melengkapi berbagai sarana dan fasilitas.
Selain itu, disediakan pula mudik gratis oleh beberapa lembaga dan swasta ke berbagai daerah tujuan.
Jika ada kesempatan dan kemudahan, bersegeralah.
Pulanglah untuk mengobati rasa rindu.
Ketika balik nanti, akan ada banyak semangat baru, inspirasi baru sebagai bekal menghadapi tantangan hidup selanjutnya.
*) PENULIS adalah Guru SMA Negeri 3 Seulimeum, Aceh Besar. Alamat: Jl. Mireuk Taman, Desa Seuleu, Darussalam. Kab. Aceh Besar. Email: nellianimnur@gmail.com
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.
Baca Artikel KUPI BEUNGOH Lainnya di SINI
Integritas dan Sistem Bercerai, Korupsi Berpesta |
![]() |
---|
Kemudahan Tanpa Tantangan, Jalan Sunyi Menuju Kemunduran Bangsa |
![]() |
---|
Memaknai Kurikulum Cinta dalam Proses Pembelajaran di MTs Harapan Bangsa Aceh Barat |
![]() |
---|
Haul Ke-1 Tu Sop Jeunieb - Warisan Keberanian, Keterbukaan, dan Cinta tak Henti pada Aceh |
![]() |
---|
Bank Syariah Lebih Mahal: Salah Akad atau Salah Praktik? |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.