Berita Aceh Utara

Bendungan Krueng Pase Mangkrak, Air tak Bisa Dialiri, Petani Aceh Utara Hilang Pendapatan Rp 1,5 T

Jumlah itu berdasarkan hasil kalkulasi Dinas Pertanian dan Pangan Aceh Utara. Jumlah areal sawah di delapan kecamatan itu mencapai 9,174 hektare (Ha).

Penulis: Jafaruddin | Editor: Mursal Ismail
Pemkab Aceh Utara
Pj Bupati Aceh Utara, Dr Mahyuzar, Senin (24/7/2023), meninjau proyek Rehabilitasi Bendung Daerah Irigasi Krueng Pase di Gampong Leubok Tuwe, Kecamatan Meurah Mulia, berbatasan dengan Gampong Maddi, Kecamatan Nibong, Aceh Utara 

Jumlah itu berdasarkan hasil kalkulasi Dinas Pertanian dan Pangan Aceh Utara. Jumlah areal sawah di delapan kecamatan itu mencapai 9,174 hektare (Ha). 

Laporan Jafaruddin I Aceh Utara

SERAMBINEWS.COM,LHOKSUKON – Petani dari delapan kecamatan di Aceh Utara yang selama ini memanfaatkan irigasi Krueng Pase kehilangan pendapatan dalam tiga tahun terakhir mencapai Rp 1,5 triliun. 

Sebab areal sawah yang mereka miliki, sejak tahun 2020 hingga kini tidak bisa aliri air untuk digarap lantaran pembangunan bendungan mangkrak.

Jumlah itu berdasarkan hasil kalkulasi Dinas Pertanian dan Pangan Aceh Utara. Jumlah areal sawah di delapan kecamatan itu mencapai 9,174 hektare (Ha). 

Masing-masing di Kecamatan Tanah Luas 2.237 Ha, Meurah Mulia 1.768 Ha, Syamtalira Bayu 1.419 Ha, Syamtalira Aron 1.293 Ha, Nibong 618 Ha, Tanah Pasir 452 Ha dan Matangkuli 384 Ha.  

Rata-rata produksi padi per hektare mencapai 5,5 ton, jika dikalikan dengan harga Rp 5.000 per kilogram per hektare, maka mencapai 27,5 juta. 

Artinya dalam sekali panen petani di Aceh Utara kehilangan pendapatan Rp 250 miliar lebih. Dalam setahun petani menggarap sawahnya dua kali dan sampai sekarang sudah enam kali musim tanam tidak bisa menggarap sawahnya.

Baca juga: Ingat! Penggunaan Zat Berbahaya untuk Makanan dan Obat-obatan Hukumnya Haram, Fatwa MPU Aceh

Seperti diketahui bendungan irigasi yang selama ini dimanfaatkan petani di delapan kecamatan di Aceh Utara plus satu kecamatan di Lhokseumawe, Kecamatan Blang Mangat, adalah peninggalan Kolonial Belanda. 

Bendungan itu di Desa Leubok Tuwe, Kecamatan Meurah Mulia, Aceh Utara

Pada tahun 2007, mercu bendungan peninggalan Belanda tersebut pernah runtuh, sehingga petani di Aceh Utara saat itu juga tidak menggarap sawahnya selama hampir setahun lebih.

Pada tahun 2021, bendung irigasi Krueng Pase dibangun yang baru di Desa Lubok Tuwe berbatasan dengan Desa Maddi, Kecamatan Nibong dengan dana Rp 44,8 miliar dari APBN. 

Sebelum dibangun proyek tersebut, warga dari delapan kecamatan di Aceh Utara sudah tidak mengaliri air ke sawahnya.

“Sejak ambruk pada Desember 2020, petani tidak ke sawah,” ujar Kepala Distan Aceh Utara Erwandi MSi, kepada Serambinews.com, Rabu (26/7/2023). 

Baca juga: Satpol PP Bentrok dengan Pedagang HP Second, BEM FH Unimal Minta Aparat Kedepankan Sikap Humanis

Selama pembangunan irigasi itu, sebagian petani menggarap sawahnya dengan tadah hujan. 

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved