Opini
Susu Formula dan Pelanggaran Kode Promosi
SAMPAI saat ini angka cakupan ASI Eksklusif di Indonesia masih belum mencapai hasil yang memuaskan. Data dari Kementerian Kesehatan Indonesia tahun 20
dr Aslinar Sp A M Biomed, Founder Aceh Peduli ASI dan Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh
SAMPAI saat ini angka cakupan ASI Eksklusif di Indonesia masih belum mencapai hasil yang memuaskan. Data dari Kementerian Kesehatan Indonesia tahun 2022, angka cakupannya berkisar 66 persen, dan di Aceh 55 % . Masih belum memadainya jumlah ibu yang menyusui bayinya, berkontribusi terhadap masih tingginya angka stunting di Indonesia. Selain itu maraknya promosi dalam pemasaran produk pengganti ASI seperti susu formula disinyalir juga sangat berpengaruh untuk menurunkan angka pemberian ASI.
Sejak tahun 1981 sudah dikeluarkan kode international pemasaran produk pengganti ASI yang saat itu lahir dilatarbelakangi karena keprihatinan terhadap semakin agresifnya pemasaran susu formula yang tidak etis dalam mempromosikan dan juga menyesatkan para ibu. Yang dimaksud dengan kode adalah kebijakan global yang mengatur standar minimal pemasaran produk pengganti ASI, botol susu/dot dan empeng. Kode diadopsi oleh WHO pada tahun 1981 melalui sidang WHA (World Health Assembly).
Dikeluarkannya kode tersebut bertujuan melindungi kegiatan menyusui. Bagaimana kode bisa diharapkan melindungi para ibu menyusui? Selama ini dengan adanya promosi susu formula misal berupa iklan, membuat para ibu menurun rasa percaya dirinya untuk menyusui bayinya. Ibu berpikir bahwa ASI-nya tidak berkualitas dan menganggap bahwa susu formula jauh lebih baik dari ASI.
Manfaat ASI
Benarkan demikian? ASI adalah cairan ajaib yang diciptakan Allah dan dianugerahkan kepada semua ibu di dunia ini. Dengan menyusu ke ibunya, bayi akan mendapatkan semua zat gizi yang dibutuhkannya berupa karbohidrat, lemak, protein dan berbagai vitamin.
ASI mengandung banyak faktor infeksi berupa immunoglobulin yang menjadi antibodi bagi kekebalan tubuh bayi dan pertahanan terhadap berbagai penyakit. Bayi juga akan terhindar dari berbagai risiko penyakit di masa mendatang di antaranya obesitas, asma, kanker. Selain itu, bayi yang mendapat ASI juga memiliki tingkat intelektual yang lebih tinggi.
Ibu yang menyusui bayinya akan terhindar dari banyak penyakit di antaranya kanker payudara, kanker endometrium, kanker tiroid, penyakit diabetes, stroke, penyakit jantung koroner, osteoporosis. Akan terbentuk bonding dan kasih sayang antara ibu dengan bayi. Menyusui juga lebih praktis dan secara nilai ekonomi, akan menghemat puluhan bahkan ratusan juta setiap tahunnya biaya yang dihabiskan untuk membeli susu formula.
Maka tidaklah benar bila ada pernyataan atau pemikiran bahwa susu formula mirip atau malah sama kandungannya dengan ASI, bahwa susu formula lebih berkualitas dari ASI, bahwa susu formula memudahkan ibu, bahwa susu formula membuat anak sehat dan cerdas. Itu hannyalah informasi dari iklan yang saat ini sangat banyak bertebaran baik berupa brosur yang disebarkan ke masyarakat, iklan yang tayang di televisi, iklan di market place, bahkan di media sosial seperti instagram dan facebook.
Di media sosial saat ini makin gencar para produsen susu formula menjalankan aksinya. Mereka menarik minat masyarakat khususnya para ibu, melalui tenaga kesehatan (nakes) baik itu dokter maupun nakes lainnya untuk menjadi narasumber instagram live misalnya. Berlindung di balik alasan edukasi, sebenarnya mereka sedang promosi. Dengan alasan ingin meningkatkan kesehatan anak, ikut serta menurunkan angka stunting dengan ilmu yang dibagikan oleh narasumber yang mereka danai, sebenarnya mereka sedang menjual produknya.
Praktik pemasaran
Saat ini masyarakat dengan mudahnya membeli susu formula. Di semua swalayan tersedia susu formula bahkan di warung kecil sekali pun mudah kita dapatkan. Masyarakat menganggap bahwa hal tersebut wajar saja dan biasa saja memberi susu formula kepada bayinya.
Namun tanpa disadari ternyata banyak sekali efek samping yang ditimbulkan akibat penggunaan susu formula tanpa indikasi medis. Termasuk juga tidak mempunyai ilmu tentang bagaimana cara menyiapkan, membuat campuran susu dengan air bahkan kebersihan botol yang kurang mendapat perhatian.
Nah, untuk mengatasi hal tersebut maka kode internasional pemasaran produk pengganti ASI harus benar-benar dijalankan. Kode ini bukan melarang penjualan susu formula. Namun mengatur bagaimana pemasaran yang etis yang tidak mengganggu para ibu menyusui.
Kode berkontribusi menciptakan gizi batita yang aman dan tepat. Kode bertujuan untuk melindungi dan mempromosikan ASI dan kegiatan menyusui dengan memastikan bahwa praktik pemasaran dan distribusi produk pengganti ASI yang tepat (diberikan hanya jika diperlukan/atas indikasi medis), memastikan bahwa informasi dan edukasi diberikan secara tepat dan objektif tentang pemberian makanan bayi dan anak (PMBA) serta memasarkan dan mendistribusikan produk pengganti ASI dengan baik dan etis.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.