Jurnalisme Warga
Ali Basyah Amin, Ahli Ekonomi Regional Lulusan USK Pertama
MUHAMMAD Ali Basyah Amin, Prof. Dr. S.E., M.A., memulai kariernya sebagai asisten dosen Universitas Syiah Kuala (USK). Beliau fasih berbahasa Inggri
Prof. Dr. APRIDAR, S.E., M.Si., Guru Besar Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Universitas Syiah Kuala (USK) dan Ketua Dewan Pakar ICMI Orwil Aceh, melaporkan dari Banda Aceh
MUHAMMAD Ali Basyah Amin, Prof. Dr. S.E., M.A., memulai kariernya sebagai asisten dosen Universitas Syiah Kuala (USK). Beliau fasih berbahasa Inggris. Saat mengajar biasanya sering menyisipkan guyonan edukasi sehingga membuat mahasiswa merasa familier dalam ruang belajar. Tutur kata serta bahasa Inggrisnya yang begitu sempurna sehingga ia memperoleh kesempatan untuk melanjutkan pendidikan hingga meraih gelar “philosophy of doctor” (Ph.D) di Universitas Philadelphia, Pensylvania, Amerika Serikat. Kepintaran sisi akademik dengan kesantunan karakter yang mumpuni, menjadikan beliau selalu rendah hati serta jauh dari perilaku sombong.
Sebagai Ketua Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Aceh, Ali Basyah sangat menjaga dan menghormati kredibilitas dan integritas diri. Beliau merupakan sosok teladan yang selalu dijadikan sebagai contoh tokoh aktivis paripurna, dengan tingkat kesalehan yang tinggi dan memiliki prestasi akademik baik, serta peka terhadap kehidupan sosial masyarakat. Kesibukan yang luar biasa, tidak pernah menghalangi beliau untuk bersilaturahmi dalam setiap kegiatan.
Untuk membiayai hingga menyelesaikan pendidikan S-1 di Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala (FEB-USK), beliau rela bekerja sebagai pegawai rendahan di Perusahaan Listrik Negara (PLN) Banda Aceh. Kerja keras yang selalu diiringi dengan doa telah mengantarkan beliau hingga dapat melanjutkan pendidikan magister (S-2) di Manila, Filipina. Pria berkulit sawo matang ini sering tertawa lepas dengan terkekeh-kekeh bila sedang mendengar anekdot di setiap pertemuan, menjadikan majelis pertemuan bagaikan komunitas yang penuh dengan rasa kekeluargaan.
Saat bergabung sebagai Dosen Fakultas Ekonomi USK banyak sudah prestasi yang telah beliau ukir dan pengabdian kepada masyarakat beliau lakukan, selain penelitian yang memang menjadi kewajiban sebagai dosen. Di berbagai kesibukan sebagai dosen beliau selalu melaksanakan tugas dengan penuh disiplin. Perilaku positif yang beliau tunjukkan semasa hidupnya membuat mahasiswa terbiasa untuk hadir tepat waktu. Seperti kuliah pada pukul 14.00 WIB misalnya, merupakan waktu yang sangat mengundang kantuk, tetapi dengan gunyonan akademik yang segar dan ilmiah dari Ali Basyah Amin membuat para mahasiswa--sebagaimana saya juga rasakan--tidak merasa bosan, apalagi mengantuk.
Muhammad Ali Basyah Amin pernah dipercayakan sebagai Rektor USK periode 1990 hingga 1995. Ia merupakan guru besar generasi pertama di Fakultas Ekonomi USK yang memimpin "Universitas Jantung Hati Rakyat Aceh". Di masa kepemimpinan beliau, atmosfer akademik terasa sangat kental. Suasana yang begitu adem tersebut, menjadikan kampus sebagai barometer peningkatan Indeks Pendidikan Masyarakat (IPM) Aceh.
Ekonomi Regional merupakan mata kuliah utama yang beliau ajarkan di Program Studi Ekonomi Pembangunan. Kajian terhadap penetapan lokasi yang sangat ekonomis dan strategis merupakan pilihan yang dapat meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan masyarakat. Provinsi Aceh yang diapit dua samudra, yaitu di timur oleh Selat Malaka dan di sebelah barat oleh Samudra Hindia. Posisi yang sangat strategis tersebut belum dimanfaatkan dengan optimal oleh para pengambil kebijakan, ungkap beliau.
Posisi Aceh yang berada di gerbang jalur perdagangan dunia, seharusnya dimanfaatkan serta dijadikan sebagai pusat perdagangan dunia. Sejarah telah membuktikan, Aceh hampir lima abad yaitu sejak abad 13 hingga 18 dikenal sebagai jalur rempah Nusantara serta pusat perdagangan dunia. Dengan yang dilakoni Kerajaan Aceh di masa tersebut, menjadikan bangsa Aceh disegani oleh masyarakat dunia. Sehingga, pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat menyejahterakan masyarakat.
Sejak kemerdekaan, jalur perdagangan dunia telah berpindah ke negara tetangga yang kecil, yaitu Singapura. Di Aceh masih tersisa denyut perdagangan sedikit, yaitu di Pelabuhan Sabang. Perputaran roda ekonomi yang sedikit menopang ekonomi masyarakat, juga dipadamkan agar pertumbuhan ekonomi Batam bisa berputar lebih kencang lagi. Untuk memuluskan kebijakan tersebut, Pemerintah Aceh lebih mementingkan program nasional tersebut ketimbang kesejahteraan masyarakat Aceh sendiri. Toleransi luar biasa tersebut menjadikan ekonomi Aceh secara bertahap turun, bahkan sempat meraih trofi sebagai daerah termiskin di Sumatra.
Sebagaimana ilmu ekonomi regional yang diajarkan oleh Ali Basyah Amin, momentum strategis tersebut seharusnya oleh pemerintah dijadikan sebagai landasan utama dalam membangun Aceh yang lebih bermartabat ke depan. Kebijakan menutup Pelabuhan Sabang yang menjadi harapan Pemerintah Singapura agar mereka menjadi pelabuhan utama di depan pintu gerbang jalur perdagangan dunia, perlu ditinjau kembali dengan memberdayakan Badan Otoritas Sabang lebih optimal.
Di sisi lain, perkembangan Pelabuhan Singapura yang begitu luar biasa sehingga mereka merasakan semakin sesak apa yang mereka lakonkan terhadap perdagangan dunia. Hasil produk dari berbagai negara, transaksinya mereka yang atur sehingga produser dan pengguna sangat tergantung pada jalur perdagangan yang mereka buat.
Belenggu yang membuat perangkap terhadap ekonomi Aceh sehingga tidak bisa berkembang perlu dicarikan penyaluran yang efektif.
Untuk majunya perekonomian Aceh pada tataran internasional, maka pengembangan beberapa pelabuhan besar seperti Kreung Raya, Kreung Geukueh, Meulaboh, dan Langsa menjadi suatu keharusan. Pengiriman berbagai komoditas seperti CPO, cangkang sawit, gabah, kopi, kelapa, jagung, dan masih banyak lagi, serta berbagai barang dagangan saatnya memanfaatkan fasilitas tol laut yang sekarang masih diberikan insentif oleh pemerintah pusat.
Begitu juga terhadap hasil tambang yang begitu banyak serta melimpah, tetapi belum mampu dikelola dengan baik untuk membuat masyarakat lebih sejahtera. Pengiriman barang melalui jalan darat, selain membuat macet dan cepatnya rusak jalan raya sudah saatnya dialihkan ke jalur laut yang Allah Swt siapkan untuk orang-orang yang berpikir bijak.
Pelabuhan Kreung Raya (Aceh Besar) dan Krueng Geukueh (Lhokseumawe) yang memiliki fasilitas internasional tersebut baru digunakan sekitar 10 persen. Pelabuhan Singapura yang bekerja 24 jam setiap harinya dengan antrean kapal yang begitu signifikan, tetapi Aceh sebagai tetangga seberang lautan yang memiliki area lebih luas serta masih memiliki ribuan hektare untuk perluasan, tidak berupaya maksimal dalam pemanfaatan pelabuhan.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.