Opini
62 Tahun USK Raih Hilirisasi, Perkuat Kumandang Cinta
SELAMA 62 tahun perjalanannya, Universitas Syiah Kuala (USK) telah meraih banyak kemajuan, baik secara kuantitas maupun kualitas.
Langkah ini adalah pilihan mutlak untuk menjawab tantangan hilirisasi. Sejauh mana mampu menjawab tantangan ini akan menjadi kunci kesuksesan USK ke depan. Sehingga universitas Jantong Hate Rakyat Aceh ini layak disebut sebagai pengemban pusat peradaban di wilayah Indonesia bagian barat.
Kumandang cinta
Selain menjawab tantangan hilirisasi, USK juga perlu mengasah kepekaan atau sensitivitas terhadap berbagai dinamika lingkungannya. Sensitivitas ini akan mampu mendorong USK menjadi salah satu lembaga pendidikan yang peduli akan jeritan masyarakat. Hal ini seirama dengan bunyi salah satu lirik Himne USK, yakni “Dari tanah Aceh berkumandang cinta kami untuk Indonesia dan umat manusia”. Lirik ini menunjukkan bahwa USK harus berfungsi sebagai mercusuar yang memancarkan gelora ilmu dan peradaban ke seluruh nusantara.
Melihat realitas kontekstual kekinian, suara akademisi USK untuk menyikapi beragam persoalan kemasyarakatan relatif masih senyap. Ini kontradiktif dengan kualifikasi sumber daya manusia (SDM) USK saat ini. Sebagian besar dosen USK sudah berkualifikasi doktor, dan sebagian dari mereka adalah profesor, yang secara akademik punya kemampuan mengkritisi aneka peristiwa lingkungannya.
Seharusnya guru besar tak hanya disibuki oleh publikasi jurnal bereputasi internasional dan terindek Scopus, doi, atau wos saja, tapi juga harus peka dan peduli terhadap dinamika lingkungannya. Pada diri guru besar melekat multifungsi. Para guru besar harus berfungsi lebih dari sekadar pembawa bendera keilmuan, melainkan juga harus menjadi panutan masyarakat akademik, pembawa perubahan, pencerahan bagi masyarakat, dan pemberdayaan nilai-nilai dan etika akademik.
Disfungsi para akademisi USK dalam menyikapi aneka peristiwa lingkungan, merupakan perkara yang belum sejalan dengan kultur akademik PTN-BH dan spirit kelahiran USK 62 tahun silam, khususnya harapan para pendirinya. Persoalan ini juga butuh pemikiran cerdas akademisi USK perlu mereformasi dan transformasi diri sehingga pola pandang terhadap dinamika lingkungannya berubah.
Meraih hilirisasi sebagai program strategis nasional PTN-BH adalah arena tarung yang harus dimenangkan akademisi USK. Jika arena tarung hilirisasi mampu dikuasai, maka kelak kumandang cinta pun akan terdengar ke seluruh pelosok negeri, sebagai wujud pemenuhan harapan dan cita-cita para pendiri USK 62 tahun lalu.
Harapan Kepada 17 Guru Besar UIN Ar-Raniry, Penuntun Cahaya Bagi Umat |
![]() |
---|
Humas dan Media di Era Digital, Ibarat Jembatan dan Jalan Membangun Komunikasi dan Citra Institusi |
![]() |
---|
Ayah, Pulanglah dari Warung Kopi, Semai Cinta di Rumah |
![]() |
---|
Haruskah Karya Anak Bangsa Terindeks Scopus |
![]() |
---|
Menyusui dan Dukungan Berkelanjutan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.