Opini
Indahnya Toleransi di Negeri Seribu Tenun
Pemerintah Kota Sabang mencatat hampir 29 ribu orang warga dari berbagai daerah menghabiskan waktu liburan ke “Pulau Weh”, 30% merupakan wisatawan lok
Ramahnya masyarakat Alor
“Hidden Paradise” julukan yang sangat pantas untuk Pulau Alor di pedalaman NTT, beragam potensi dimiliki pulau Alor pantai yang sangat eksotis nan indah membuat kagum siapapun yang melihatnya, mayoritas penduduk Alor beragama Kristen Protestan yaitu 60 % sedangkan agama Islam 30 %, minoritas agama muslim tidak menghambat ibadah dan tugas saya. walaupun awalnya sempat terpikirkan bagaimana nantinya saya beribadah?
Setiba di Puskesmas Maritaing alhamdulilah disambut baik oleh kepala Puskesmas maupun staf dan beberapa kepala desa lainnya yang sudah menunggu kedatangan kami, pada tahun 2012 Gubernur NTT resmikan Monumen Panglima Besar Patung Jenderal Sudirman di Desa Maritaing, yang menghadap dengan gagah ke arah garis batas laut negara Indonesia dengan RDTL serta alur laut Kepulauan Indonesia.
Keberadaan monumen Panglima Besar merupakan salah satu bukti dan tonggak sejarah menyatakan integritas NKRI, yang sekarang menjadi ikon wilayah perbatasan Indonesia-Timor Leste, apabila di malam hari kita bisa melihat gemerlap kelap kelip lampu di Kota Dili Timor Leste .
Dari awal datang saya merasakan kentalnya toleransi di negeri ini, di sini saya melihat menghargai orang tidak harus berkasta, berseragam ataupun berpangkat, tidak ada perbedaan dalam menghargai manusia di sini semua sama, baik anak-anak maupun dewasa baik, baik berpangkat maupun tidak. Semua mendapatkan hak yang sama, dari sikap saling menjaga menghargai apalagi kepada pendatang yang muslim sangat di terima di kalangan masyarakat, mulai dari anak-anak kalangan remaja dan orang tua sangat senang kita hadir di tengah mereka.
Dibuka dengan tari khas Alor yaitu “Lego-Lego” merupakan tari tradisional untuk menyambut tamu dan upacara adat serta acara pernikahan, tari lego-lego mengajak masyarakat hidup bersatu dan membangun kampung yang berbentuk melingkar dan saling bergandengan tangan yang maknanya saling bergotong royong dan saling mendukung dalam kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya diseduh sirih pinang merupakan tradisi yang turun temurun yang menjadi pembuka sebuah percakapan, panggilan buk bidan pun mulai terdengar di mana-mana, apalagi kalangan anak-anak bagaikan melihat pesawat ketika kita lewat, sapaan dengan keramahan logat khas timur “Kaka nona mo pi mana jadi” artinya (kakak mau kemana ??) dengan jawaban “Sa mo pi pasar mama tua” (Saya mau kepasar ibuk) panggilan mama tua di sini sebagai simbol menghargai orang yang lebih tua, dengan begitu kita merasa nyaman sehingga memudahkan dalam bertugas memberi pelayanan kesehatan di masyarakat.
Saat itu ketika bertugas kumandang azan berbunyi di “handphone” saya, teman non muslim langsung membawa saya menuju tempat wudhu dan menyiapkan tempat sholat dan menunggu sampai shalat selesai, saat bulan puasa tiba masyarakat sangat antusias memberikan apa yang mereka mampu seperti hasil kebun buah kelapa untuk persiapan berbuka.
Tak hanya bulan puasa hari-hari pun ketika bertugas ada saja pemberian masyarakat seperti ikan dan sayur sebagai mata pencaharian masyarakat setempat. Ketika berkunjung ke rumah teman non muslim disambut dengan baik oleh keluarganya. Ketika sholat sudah selesai orangtua teman memberikan sebuah Al-qur'an untuk bisa saya baca di rumah tersebut, ketika perbedaan saling menyatu maka indah sekali hidup ini.
Saya juga sangat berterima kasih kepada keluarga Bapak Mathias sebagai sekretaris Camat yang telah menjadikan saya sebagai anak angkat selama bertugas di wilayah kerja Puskesmas Maritaing, dan juga mama Ram di Kota Kalabahi yang menjadikan saya sebagai anak angkat yang telah memberikan tempat tinggal selama di Kota Nusa Tenggara Timur berhak mendapat julukan Provinsi dengan tingkat toleransi paling tinggi di Indonesia. Pengalaman ini mengajarkan saya indahnya Toleransi di Negeri Seribu Tenun.(*)
Baca juga: Dokter Boyke Beber Sikap Suami Sering Terjadi Hingga Membuat Istri Stres Saat Hamil & Berdampak Ini
Baca juga: Bintangi Film Indigo, Amanda Manopo Punya Indera Keenam
Efektivitas Dakwah Melalui Maulid di Aceh: Harmoni Tradisi, Spritualitas, dan Identitas Budaya |
![]() |
---|
Kecerdasan Intelektual dan Emosional Berdampak Terhadap Kinerja Aceh |
![]() |
---|
Lezatnya Kuah Beulangong, Benarkah Pemicu Hipertensi? |
![]() |
---|
Memahami Opini Publik di Era Digital |
![]() |
---|
Produk Cacat Reformasi, Mubazir Anggaran: daripada DPR Lebih Baik DPD RI Bubar |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.