Kupi Beungoh
Implementasi Logika Dasar dalam Membangun Pola Komunikasi
Logika yang mempelajari cara bernalar yang benar pada dasarnya menggunakan pengetahuan sebagai premisnya.
Oleh: Salwa Arrohim Tinendung
KOMUNIKASI membutuhkan ketepatan arah dalam proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain, komunikasi juga berfungsi untuk memberi tahu, mengubah sikap pendapat perilaku baik secara lisan maupun tak langsung.
Dalam definisi tersebut, terdapat tujuan komunikasi yaitu untuk memberikan dan menggambarkan pemahaman, mengubah sikap (attitude), pendapat (opinion), atau perilaku (behavior).
Effendy dalam buku Ilmu Komunikasi Teorik Dan Praktek tahun 2009 menyatakan, bahwa proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan).
Pemikiran tersebut dapat berupa gagasan, informasi, opini dan lain-lain yang muncul dari benak dan perasaan atau pengalaman seseorang, yang dalam hal ini merupakan nilai empiris yang ada dalam proses komunikasi.
Berkaitan dengan hal tersebut, komunikasi dapat berlangsung secara efektif apabila dilaksanakan melalui kesamaan kapasitas dan perspektif antar kedua belah pihak yang terlibat dalam komunikasi.
Dalam hal itu, perlu adanya strategi komunikasi yang memperhitungkan faktor pendukung dan penghambat komunikasi.
Faktor-faktor tersebut diantaranya menyangkut aspek kebahasaan yang didukung kemampuan menalar, berpikir secara logis, sistematis dan strategis. Sehingga komunikasi verbal yang terbangun dapat dikembangkan sehingga berada pada tingkatan yang mudah dipahami.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Mustofa (2016) bahwa komunikasi verbal pada dasarnya membutuhkan kemampuan berpikir praktis yang dapat mempertajam proses diskursus yang terjadi (Imron Mustofa, 2016).
Dari pendapat tersebut, kemudian menjadi bukti pentingnya aspek logika dalam wacana komunikasi yang sejalan dengan tujuan yang mengikutinya.
Logika yang mempelajari cara bernalar yang benar pada dasarnya menggunakan pengetahuan sebagai premisnya.
Dalam hal itu, artikulasi dari suatu keputusan pada term ilmu logika adalah suatu pernyataan akal dan pemikiran tentang penyesuaian dan ketidaksesuaian pada sebuah gagasan.
Artikulasi tersebut dapat menjadi faktor yang berpengaruh dalam komunikasi karena akan berdampak pada perspektif seseorang dalam memahami arah komunikasi yang terjadi.
Dengan adanya keterkaitan mengenai logika dan komunikasi verbal tersebut, maka ilmu logika merupakan salah satu faktor utama dalam proses komunikasi.
Di sisi lain, logika tidak pernah terlepas dari adanya ketetapan penalaran.
Ketetapan penalaran tersebut berfungsi untuk menghindari kesalahan dalam proses penarikan kesimpulan.
Dalam konteks komunikasi, penalaran juga dapat menghadapkan proses komunikasi yang dapat memberikan langkah dalam membentuk argumentasi.
Sehingga metode penalaran dapat digunakan dalam proses komunikasi untuk meninjau pemaknaan dalam berlangsungnya proses komunikasi.
Untuk itulah, penelitian ini berpendapat bahwa terdapat keterkaitan antara penalaran dalam logika dalam membangun komunikasi.
Terdapat keterbaruan analisis dalam penelitian ini, yaitu pertama dalam aspek objek kajian, penelitian ini mengambil penalaran logika deduktif dan induktif dalam membentuk proses komunikasi.
Kedua, penalaran dalam logika memiliki nilai yang fundamental dalam proses komunikasi verbal yang berkaitan dengan penarikan kesimpulan.
Sehingga rumusan masalah dalam artikel penelitian ini yaitu, “Bagaimana Implementasi Penalaran Deduktif dan Induktif sebagai Logika Dasar dalam Membangun Komunikasi?”.
Sementara manfaat secara teoritis, kajian dalam penelitian ini diharapkan menjadi landasan teori bagi penelitian serupa yang akan datang.
Melalui implementasi penggunaan logika dasar, diharapkan mampu mengarahkan kompetensi berpikir kritis, yang nantinya dapat digunakan dalam proses komunikasi yang mereduksi kesesatan berpikir secara cerdas dan bijaksana.
PEMBAHASAN
Penalaran ilmiah yang menghendaki pembuktian secara ilmiah pada dasarnya merupakan kebenaran rasional yang mengidentifikasi kebenaran rasional dan faktual.
Penalaran yang terbagi atas penalaran induktif dan deduktif merupakan diskursus keilmuan logika yang bersandar pada kerangka berpikir tertentu.
Selanjutnya, Aristoteles menghubungkan keilmuan logika dengan istilah silogistik.
Istilah tersebut mengandung unsur abstraksi/premis mayor dan definisi atau premis minor.
Keduanya dibutuhkan dalam membangun konsep yang berisi fakta-fakta dan kesimpulan.
Dalam fungsinya, penalaran kemudian dibutuhkan dalam kegiatan berpikir yang dilakukan melalui ukuran-ukuran dan metodologi yang konkrit.
Dengan kata lain, penalaran dapat digunakan sebagai indikator yang mengindikasikan suatu penjelasan dan penafsiran.
Sehingga penalaran sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari karena dapat menjembatani proses berpikirnya seseorang dengan perspektif yang memiliki makna melalui suatu objek yang mengandung tafsiran.
Analisis Penggunaan Penalaran Induktif dan Deduktif dalam Komunikasi
Sebagaimana diketahui logika sebagai cara berpikir, penalaran dalam logika kemudian merupakan cara yang digunakan dalam mengungkapkan sebuah makna.
Penalaran deduktif yang didefinisikan sebagai suatu kerangka cara berpikir yang bertolak dari asumsi yang bersifat umum hingga mencapai sebuah kesimpulan yang bermakna khusus.
Penalaran deduktif dalam kaitannya dengan komunikasi verbal dapat dilihat dari pola komunikasi dasar yang mana terbangun atas argumentasi-argumentasi dasar menjadi argumentasi yang lebih spesifik.
Misalnya seperti berlangsungnya perumusan argumentasi seseorang dalam pembukaan diskusi yang akan menghasilkan ketetapan dalam kesimpulan.
Sedangkan dalam penalaran induktif yang dicirikan sebagai generalisasi atas masalah-masalah spesifik yang dimasukkan ke dalam permasalahan umum atau universal.
Dalam penalaran induktif, kesimpulan yang dihasilkan merupakan hasil dari pengamatan empiris yang dimiliki oleh seseorang.
Dalam kaitannya dengan komunikasi verbal, penalaran induktif merupakan metode yang memungkinkan seseorang untuk mengelaborasikan pengamatan empiris terhadap sesuatu yang dapat didefinisikan.
Sehingga penalaran induktif dalam komunikasi dapat berupa penjelasan-penjelasan yang dapat mengarah pada kesimpulan.
Penggunaan kedua penalaran dasar dalam komunikasi tersebut kemudian memiliki kesamaan untuk membangun argumentasi logis dari proses komunikasi yang terjadi.
KESIMPULAN
Komunikasi yang diketahui merupakan salah satu aspek penting dalam membangun hubungan sosial pada prosesnya membutuhkan logika.
Hal tersebut dikarenakan komunikasi merupakan proses penyampaian gagasan argumentatif yang bertujuan untuk menghindarkan proses diskusi pada kesesatan berpikir.
Untuk itulah, penalaran atau metode berpikir ilmiah dalam komunikasi dapat menghasilkan kebenaran kesimpulan pada proses komunikasi melalui penalaran dalam logika.
Metode penalaran induksi dan deduksi kemudian dapat digunakan sebagai cara yang dapat menjembatani asumsi dasar dan kesimpulan dalam argumentasi pada proses komunikasi yang terbangun.
Tujuan dari adanya penggunaan metode penalaran tersebut adalah untuk mendapatkan kebenaran faktual dan rasional dalam komunikasi yang dapat dipertanggungjawabkan.
REFERENSI
Effendy, O. U. (2022). Ilmu Komunikasi Teorik Dan Praktek. Remaja Rosdakarya,.
Imron Mustofa. (2016). Jendela Logika dalam Berfikir: Deduksi dan Induksi sebagai Dasar
Penalaran Ilmiah. Pemikiran Dan Pendidikan Islam, 6(2), 122–142.
Kusbandrijo, B. (2019). Dasar-dasar logika. Prenada Media.
Saifuddin, A. F. (2015). Logika Antropologi Suatu Percakapan (Imajiner) Mengenai Dasar Paradigma. Kencana.
Setiadi, A. (2016). Pemanfaatan Media Sosial untuk Efektifitas Komunikasi. Cakrawala: Jurnal Humaniora Bina Sarana Informatika, 16(2).
PENULIS adalah Mahasiswi Prodi Ilmu Komunikasi, Universitas ANDALAS di Kota Padang, Sumatera Barat.
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.
BACA TULISAN KUPI BEUNGOH LAINNYA DISINI
Integritas dan Sistem Bercerai, Korupsi Berpesta |
![]() |
---|
Kemudahan Tanpa Tantangan, Jalan Sunyi Menuju Kemunduran Bangsa |
![]() |
---|
Memaknai Kurikulum Cinta dalam Proses Pembelajaran di MTs Harapan Bangsa Aceh Barat |
![]() |
---|
Haul Ke-1 Tu Sop Jeunieb - Warisan Keberanian, Keterbukaan, dan Cinta tak Henti pada Aceh |
![]() |
---|
Bank Syariah Lebih Mahal: Salah Akad atau Salah Praktik? |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.