Berita Banda Aceh

Ulama dan Pimpinan Dayah Ikut Workshop Pemberdayaan dan Pemenuhan Hak Perempuan

Sejumlah pimpinan dayah, ulama, dan tokoh masyarakat di Aceh mengikuti workshop dalam mendukung pemberdayaan dan pemenuhan hak-hak perempuan

Penulis: Yarmen Dinamika | Editor: Muhammad Hadi
FOR SERAMBINEWS.COM
Pemuka agama dan tokoh masyarakat ikut workshop untuk mendukung pemberdayaan dan pemenuhan hak-hak perempuan dalam perdamaian dan pembangunan Aceh di Ayani Hotel, Banda Aceh, Selasa (31/10/2023). 

Laporan Yarmen Dinamika | Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Sejumlah pimpinan dayah, ulama, dan tokoh masyarakat di Aceh mengikuti workshop dalam mendukung pemberdayaan dan pemenuhan hak-hak perempuan dalam perdamaian dan pembangunan Aceh.

Workshop tersebut berlangsung di Ayani Hotel Banda Aceh, Selasa (31/10/2023).

Kegiatan ini diselenggarakan oleh Pemerintah Aceh melalui Dinas Dayah dan Pendidikan Aceh, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPPA) Aceh, Flower Aceh dengan dukungan Nurani Perdamaian/Nonviolent Peaceforce dan Kedutaan Besar Belanda.

Dalam sambutannya, Kepala Bidang Pembinaan Sumber Daya Manusia Dinas Pendidikan Dayah Aceh, Andriansyah, mengatakan bahwa workshop ini merupakan wadah untuk mediskusikan tentang isu-isu perempuan dan anak di Aceh.

Baca juga: Dilantik Kapolri, Wakapolda Aceh Naik Pangkat Jadi Jenderal Bintang Satu

Ia berharap agar perempuan di Aceh mendapatkan hak yang sama dengan laki-laki tanpa mengurangi harkat dan martabatnya sebagai perempuan dan sesuai dengan ajaran Islam.

“Kami sangat mendukung terlaksananya kegiatan ini dan berharap di akhir kegiatan ini nanti kita dapat memperkuat komitmen dan kerja sama antara pemuka agama, tokoh masyarakat, perwakilan kelompok perempuan, dan masyarakat sipil dalam upaya pemberdayaan dan pemenuhan hak perempuan di Aceh,” kata Andriansyah.

Dalam pertemuan itu, Tiara Sutari AR, perwakilan dari Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Aceh, memaparkan data kekerasan terhadap perempuan dan anak di Aceh selama periode 2017-2022 yang mencapai 1.029 kasus.

Ia menekankan bahwa kekerasan terhadap perempuan dan anak tidak hanya berdampak buruk bagi korban, tetapi juga bagi keluarga, masyarakat, dan pembangunan daerah.

“Kami berupaya untuk memberikan perlindungan, pelayanan, pemulihan, dan pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak di Aceh.

Kami juga menggandeng berbagai mitra strategis seperti pemuka agama, tokoh masyarakat, media massa, lembaga swadaya masyarakat, akademisi, dan sektor swasta,” kata Tiara.

Baca juga: Respons Pernyataan GeRAK, Jubir: Harusnya Askhalani Paham Antara Undangan dan Pemanggilan

Tgk Daud Hasbi, Pimpinan Dayah Inshafuddin, mengajak para peserta workshop untuk bersinergi dalam mewujudkan Aceh yang damai, sejahtera, dan makmur.

Ia menegaskan bahwa tidak ada ajaran Islam yang mengajarkan kekerasan. Ia juga mengharapkan agar hukum nasional dan hukum Islam dapat berjalan secara beriringan tanpa saling bertentangan.

“Kami harus menjaga harmoni antara syariat Islam dan hukum nasional. Kami juga harus mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan dalam menyelesaikan masalah-masalah sosial di Aceh,” tutur Tgk Daud Hasbi.

Sementara itu, Kabid Pembinaan SDM Dinas Pendidikan Dayah Aceh mengatakan, sesuai surat edaran gubernur bahwa kepala instansi yang membidangi pendidikan dayah dan para pimpinan dayah se-Aceh diimbau agar lebih aktif melakukan upaya pencegahan terhadap segala bentuk kekerasan yang terjadi di dayah.

Hasil diskusi dari pelatihan ini adalah pentingnya pembuatan modul bagi calon pengantin secara komprehensif yang mencakup materi tentang hak-hak perempuan dan anak, kesehatan reproduksi, pengasuhan anak, manajemen keuangan keluarga, serta perdamaian dan toleransi.

Baca juga: Penganut Mazhab Syafi’i Wajib Tahu, UAS: Makmum Mesti Baca Al-Fatihah Setelah Imam Membacanya

Kemudian, terkait persiapan materi khutbah Jumat yang akan disampaikan oleh para pemuka agama di Aceh, materi tersebut bertujuan untuk menyebarkan pesan-pesan tentang pentingnya pemberdayaan dan pemenuhan hak-hak perempuan di Aceh.

Direktur Flower Aceh, Riswati, mengatakan bahwa workshop ini menjadi ruang silaturahmi dan diskusi DPPPA dan Dinas Dayah dan Pendidikan Aceh dengan pimpinan dayah dan ulama, tokoh masyarakat, perwakilan Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia (APDESI), perwakilan kelompok perempuan dan organisasi masyarakat sipil (OMS) di Aceh mengenai upaya pemberdayaan dan pemenuhan hak hak perempuan di Aceh.

Sekaligus untuk meneguhkan komitmen dan kerja sama multipihak dalam upaya pemberdayaan dan pemenuhan hak-hak perempuan di Aceh, termasuk mencegah dan menangani kekerasan terhadap perempuan dan anak, serta mendukung keterlibatan perempuan dalam proses perdamaian dan pembangunan berkelanjutan di Aceh.

Peserta workshop terdiri atas pimpinan dayah, tokoh ulama, tokoh masyarakat, APDESI, dan perwakilan masyarakat sipil.

Workshop ini dipandu oleh Ketua Pusham Universitas Syiah Kuala, Khairani Arifin yang juga anggota perkumpulan Flower Aceh.(*)

Baca juga: Tiba di Bandara Jakarta, Haji Uma Jemput dan Kawal Langsung Pria Saksi Kunci Kasus Imam Masykur

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved