Opini
Genosida Gaza di Depan Mata Dunia
Pada faktanya, pernyataan ini menjadi angin lalu karena Amerika Serikat dan sekutunya terus memberikan dukungan tanpa syarat kepada pemerintah zionis
Bagi penganut politik apartheid seperti Israel, hak-hak dasar bangsa Palestina lebih rendah, tidak setara dan tidak layak diberikan hak-haknya, atau bahkan dianggap tiada alias nihil. Perampasan hak-hak asasi manusia secara sistematis ini adalah bukti valid dari kejahatan perang yang semakin meluas dan mendapatkan momentumnya. Pembunuhan di luar pengadilan terhadap para pengunjuk rasa yang meminta pengakhiran blokade berlaku tanpa batas kepada siapa pun.
Warga Palestina dikucilkan dalam pengungsian permanen, diusir dari rumah mereka oleh para pengungsi yang awalnya mereka mohon pertolongan di tahun 1948. Sebagaimana yang diakui oleh Mohammad Hadid, yang diusir oleh pengungsi Israel yang kebanyakan berasal dari Eropa bersama ibu dan keluarganya. Padahal baru dua hari sebelumnya para pengungsi Yahudi itu diberi makan dan tempat tinggal sementara oleh keluarga besar Hadid.
Efek Deklarasi Balfour tahun 1917 sungguh menjadi fundamental dalam mengurai peristiwa politik apartheid, pendudukan dan genosida di Palestina, sejak dari peristiwa Nakba 1948, Perang Arab Israel 1967 dan blokade darat, laut dan udara Gaza sejak tahun 2007 oleh Israel dan Mesir.
Bukan masalah agama
Duka Gaza dan genosida terbuka di media masa yang saat ini sedang kita saksikan adalah duka dunia. Dalam peradaban masyarakat modern, apa yang kita lihat sekarang secara langsung adalah “film horror“ paling menakutkan sejak perang dunia kedua.
Yang lebih menyakitkan lagi bahwa ini adalah bukan semata produk sinematik tapi kenyataan pahit dari kegagalan peradaban yang selama ini diagungkan. Yang terjadi di Gaza adalah kejahatan kemanusiaan dan pelanggaran nyata hak-hak asasi manusia.
Dukungan dan suara simpati ke Gaza semakin nyata disuarakan di seluruh penjura benua. Demonstrasi besar-besaran lintas agama terjadi di Eropa, Amerika Latin, Australia, Asia dan Afrika. Ilusi mitologi Zionis yang dikritisi oleh Ilan Pappé yang selama ini disembunyikan, perlahan tapi pasti terumbar ke publik.
Direktur Komisariat Tinggi PBB untuk HAM, Craig Mokhiber mengundurkan diri. Pemerintah Bolivia, Chile, Jordania, Libya, Irlandia, Turki, Kuwait, Spanyol dan Turki meminta Israel diadili di Mahkamah Internasional. Pemrotes Yahudi Anti Zionis di Amerika Serikat dan berbagai negara Eropa menyuarakan agar uang pajak yang mereka bayarkan tidak boleh digunakan “atas nama” mereka untuk membiayai perang Israel di Gaza.
Afrika Selatan menarik diplomatnya dari Israel sebagai protes atas tindakan mereka ke Gaza. Raksasa perusahaan digital komersial China, Alibaba akhirnya menghapus peta Israel dari jejak digital mereka sebagai pembalasan atas penghapusan Palestina dari Google Map. Kampanye global mendukung Palestina dengan emoji semangka juga semakin meluas.
Di saat yang sama, kampanye boikot produk global yang mendukung Israel juga memberikan dampak signifikan dimana saham McDonald, dan Starbucks misalnya jatuh ke level terendah sejak 27 Oktober 2023 (CNBC, 3 Nov 2023). Terakhir, 2 Juta manusia Indonesia berkumpul di Monumen Nasional Jakarta, tanpa pernah menanyakan agama apa mereka, bahwa genosida di Gaza harus dihentikan.
Indonesia juga sangat tegas sikapnya melalui Menlu Retno Marsudi dan Presiden Jokowi bahwa OKI harus membela dan melakukan Palestina, karena itulah tujuan OKI didirikan. Indonesia sebagaimana dalam Pembukaan UUD 1945 akan menentang segala bentuk penjajahan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Oleh karena itu penjajahan apalagi genosida di dunia harus dihapuskan.
Noam Chomsky dalam wawancaranya dengan Z Magazine, mengatakan bahwa apa yang terjadi di Gaza adalah penyiksaan melalui kejahatan perang kriminal Israel. Ia menambahkan bahwa kekejaman zionis Israel tersebut menjadi tanggung jawab kita bersama sebagai manusia dan warga dunia. Kita harus menentang segala yang disebutkan Israel di media bahwa mereka sudah “bersikap baik” dengan membunuh lebih dari dua anak-anak Palestina setiap pekannya, sebuah pola tindakan berulang.
Apa yang terjadi di Gaza, adalah pelanggaran berat terhadap hukum internasional dan resolusi Dewan Keamanan PBB. Ini akan terus terjadi selama didukung oleh Washington dan ditoleransikan oleh Eropa atas nama kita semua. Suatu hal yang akan mempermalukan kita semua selamanya. Mempermalukan rasa kemanusiaan kita?
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.