Pilkada dan Suara-suara Etnis Tionghoa di Banda Aceh
Suara-suara etnis Tionghoa di Banda Aceh jelang Pilkada 2024, mulai dari sikap politik, hak hingga partisipasi dalam Pemilu mendatang.
Penulis: Sara Masroni | Editor: Muhammad Hadi
Sosok Mualem yang pernah menjabat sebagai Wakil Gubernur Aceh periode 2012-2017, ditambah menjadi Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Aceh membuatnya dekat masyarakat etnis Tionghoa.
"Apalagi saat di KONI dulu, beliau total support Barongsai untuk masyarakat etnis Tionghoa," kata Harianto.
Sementara mengenai politikus Irwan Djohan, sosok ini dianggap kerap menyentuh dan terlibat langsung dengan masyarakat etnis Tionghoa di Banda Aceh.
Anggota DPRA fraksi Partai NasDem ini dianggap mampu membangun komunikasi dengan kalangan mereka selama menjalani karier politiknya hingga sekarang.
Meski demikian, dari semua politisi yang muncul, termasuk kandidat bacalon yang bakal bertarung di Pilkada 2023, hingga saat ini dianggap belum ada yang menyuarakan etnis Tionghoa dalam visi-misinya.
Hal itu disampaikan Darmawan, Warga Gampong Laksana yang juga berasal dari etnis Tionghoa.
Tiga Bacagub Aceh yang mencuat seperti Mualem, Nasir Djamil dan Nezar Patria menurutnya belum ada menyuarakan aspirasi masyarakat etnis Tionghoa ke depan.
Meski demikian, di tingkat legislatif sosok Irwan Djohan dianggap sangat dekat dengan etnis Tionghoa, bukan hanya menjelang Pemilu, namun secara berkepanjangan. "Dia (Irwan Djohan) sering kelihatan," ungkap Darmawan.
Dia berharap, siapapun pemimpin Aceh ke depan harus menjadi sosok yang terus memperjuangkan toleransi dan ikut memerangi stigma yang mendiskreditkan etnis Tionghoa.
Baca juga: Pengakuan Gadis Hindu yang Sekolah di Aceh, Temannya Baik Semua dan Mau Bergaul
Menurutnya selama ini masih kurang nyaman disebut Cina sebagai olok-olokan beberapa orang bila berada dalam sebuah pertemuan.
Harapannya, pemerintah yang menduduki tampuk kepemimpinan khususnya di Aceh nanti, memperhatikan hal-hal semacam ini dan gencar memberikan edukasi ke masyarakat.
“Padahal kita, ayah kita, kakek kita lahir di Banda Aceh lho, kurang apalagi," kata pria yang akrab disapa Wawan itu.
Bahkan dikatakannya, kalau sewaktu-waktu ada perang besar yang melibatkan Indonesia dan Cina, pihaknya bisa jadi jauh lebih bersemangat di garda terdepan membela tanah air.
“Ya kita berjuang mati-matian ikut perang bela Indonesia, karena di sini tempat kita lahir dan dibesarkan," sambungnya.
Sementara Ketua Yayasan Hakka Aceh, Kho Khie Siong alias Akhie menyampaikan, beberapa permasalahan yang sedang dihadapi warga etnis Tionghoa jelang Pemilu mendatang.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.