Luar Negeri

15 Orang Tewas Kerusuhan dan Penjarahan di Papua Nugini, Dipicu Pemotongan Gaji Polisi dan Tentara

Kerusuhan bermula pada Rabu (10/1) ketika ratusan polisi, tentara, sipir, dan aparatur sipil negara mogok kerja usai gaji mereka dipotong.

Editor: Faisal Zamzami
AFP/ANDREW KUTAN
Massa yang terlibat rusuh menjarah pertokoan di Port Moresby, Papua Nugini pada Rabu (10/1) waktu setempat. 

Aksi rusuh itu menyebar hingga ke kota Lae yang berjarak 300 kilometer dari Port Moresby. Kedua kota itu merupakan dua kota terbesar di Papua Nugini.

 
Komisioner Kepolisian Papua Nugini David Manning, dalam pernyataan pada Kamis (11/1) waktu setempat, melaporkan bahwa sedikitnya 15 orang tewas akibat kerusuhan di kedua kota tersebut.

Baca juga:Rusuh di Papua Nugini Tewaskan 15 Orang, Penjarahan-Pembakaran Marak
Rumah sakit terbesar di Port Moresby melaporkan pihaknya merawat 25 orang yang mengalami luka tembak dan enam orang lainnya yang luka-luka akibat serangan pisau.

Marape dalam pernyataannya menanggapi situasi terkini di negaranya, menyampaikan permohonan maaf kepada rakyatnya. Dia juga menegaskan bahwa melonjaknya "pelanggaran hukum" tidak akan ditoleransi.

"Saya ingin berbicara hari ini, berbicara kepada masyarakat, dan berbicara kepada negara. Ini adalah negara Anda dan juga negara saya. Melanggar hukum tidak akan mencapai hasil tertentu," tegas Marape saat berbicara dalam konferensi pers, seperti dilansir AFP, Kamis (11/1/2024).

Dalam pernyataannya, Marape menyebut kerusuhan terburuk telah mereda pada Kamis (11/1) pagi waktu setempat. Namun dia mengakui "ketegangan masih terasa di sana" di beberapa bagian wilayah Port Moresby.

Rekaman AFPTV menunjukkan para pelaku penjarahan menyerbu pertokoan melalui jendela kaca yang pecah.

 Mereka membawa barang-barang yang dijarah dengan kotak kardus, troli belanja dan ember plastik. 

Salah satu penjarah bahkan terlihat membawa lemari pendingin berukuran besar dengan bahunya.

Sejumlah gedung dan beberapa mobil dibakar, dengan kepulan asap hitam pekat menyelimuti ibu kota pada Rabu (10/1) malam waktu setempat.

Sebelumnya dilaporkan bahwa sekelompok orang yang berkumpul di luar kantor PM di Port Moresby nekat merusak gerbang keamanan dan membakar mobil polisi yang diparkir di luar kompleks.

Salah satu warga Port Moresby, Maho Laveil, menuturkan bahwa perdamaian "sebagian besar telah pulih" pada Kamis (11/1) petang waktu setempat.

"Mereka mengusir para penjarah, menghentikan pembakaran gedung," tuturnya kepada AFP.

 

Baca juga: Tangkapan Ikan Tongkol Capai 100 Ton/Hari di PPS Lampulo, Harga Anjlok, Ini Reaksi Kepala DKP Aceh

Baca juga: KIP Aceh Jaya Temukan 116 Surat Suara Rusak

 

Baca juga: Tiap Pengajian, Waled Nu Minta Santri Tertib Berlalu Lintas, Polisi Diminta Tertibkan Knalpot Brong

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved