Salam

Publik Menunggu Sikap USK dan UIN Ar-Raniry

Dalam maklumat yang dibacakan Senin (5/2/2024), civitas akademik kampus tersebut menyerukan gerakan penyelamatan reformasi dan demokrasi Indonesia.

Editor: mufti
Serambinews.com / Zaki Mubarak
Menjelang Pemilu 2024, Civitas Akademik Unimal menyerukan Gerakan Penyelamatan Reformasi dan Demokrasi Nasional berlangsung di kampus setempat Desa Buket Indah Kota Lhokseumawe, Senin (5/2/2024). 

UNIVERSITAS Malikussaleh (Unimal) Lhokseumawe menjadi yang pertama dan hingga Rabu (7/2/2024) hari ini masih menjadi satu-satunya universitas di Aceh yang berani menyuarakan aspirasinya terkait situasi politik menjelang Pemilu 2024.

Dalam maklumat yang dibacakan Senin (5/2/2024), civitas akademik kampus tersebut menyerukan gerakan penyelamatan reformasi dan demokrasi Indonesia.

Mereka menyorot proses menuju Pemilu yang dilalui dengan berbagai masalah, mulai dari pelanggaran etik, hukum, dan mo-ral politik. Belum lagi terkait banyaknya pelanggaran yang terja-di selama kampanye, yang tidak kunjung dieksekusi oleh KPU dan juga Bawaslu.

“Atas dasar itulah, kami para akademisi Universitas Mali-kussaleh ikut menyatakan keprihatinan atas keberlangsung-an politik Bangsa ini. Kami sebagai bagian dari gerakan me-nengah intelektual menyerukan penyelamatan reformasi dan demokrasi dengan beberapa butir petisi,” ujar Teuku Kemal Fasya selaku inisiator sebagaimana diberitakan Serambi, Sela-sa (6/2/2024).

Bagaimana dengan kampus-kampus lainnya di Aceh? Hingga hari ini, kampus-kampus lainnya terlihat belum bersuara. Terba-ru, sejumlah akademisi yang bernaung dalam Musyawarah Pe-kerja Kampus Aceh (MPKA) yang menyuarakan keprihatinannya. Tetapi tentu saja itu bukan mewakili kampus, tetapi mewakili pribadi para akademisi.

Sosiolog Aceh yang juga Guru Besar Universitas Syiah Kuala (USK), Prof Ahmad Humam Hamid dalam sebuah podcast di Yo-uTube Serambinews.com secara khusus menyorot sikap USK dan UIN Ar-Raniry yang masih belum bersuara, sebab kedua kampus itu merupakan kampus terbesar di Aceh.
“Mereka mungkin mencari inovasi dari provinsi syariah ini. Mungkin persoalan aspirasi mengenai keadaan terakhir negeri ini dianggap fardhu kifayah, jadi cukup dikerjakan oleh sejumlah kampus di tempat lain, dianya nggak usah,” ujarnya.

Meski terkesan menyindir, Humam tetap berharap agar kam-pus-kampus di Aceh tidak diam dengan kondisi negara seka-rang ini. “Kampus-kampus yang lain sudah sangat tidak bisa menerima. Apakah kampus USK, UIN Ar-Raniry masuk ke dalam kelompok yang masih bisa menerima?” tanya Humam.
“Apakah USK dan UIN Ar-Raniry adaptif terhadap nurani bang-sa atau adaptif terhadap kekuasaan? Kalau adaptif terhadap kekuasaan, maka dia tergolong kelompok yang masih bisa me-nerima hal-hal yang sangat tidak bisa diterima oleh kampus-kampus lain,” pungkasnya.

Untuk diketahui, hingga Rabu hari ini, sudah 30 kampus seluruh Indonesia yang mengeluarkan pernyataan sikap. Di antaranya ada UGM, UI, Unand, Unhas, Unpad, IPB, Unair, UTS, dan USU.
Karena itu, kita sepakat dengan Prof Human, publik Aceh saat ini memang sedang menunggu-nunggu sikap USK dan UIN-Arraniry, dua kampus yang menjadi jantung hati dan kebangga-an rakyat Aceh.

Memang, diam itu sendiri sebenarnya juga merupakan ba-gian dari sikap. Tetapi bisa saja, diam itu dimaknai berbe-da. Bisa jadi seperti disampaikan Prof Humam, diam karena menganggap itu bagian dari fardu kifayah atau malah seba-liknya, diam karena mendukung proses demokrasi yang se-dang berjalan saat ini.

POJOK

Bansos dinilai tak efektif atasi kemiskinan
Eits, ini bukan soal kemiskinan, tetapi pemilu, hehehe...

2024, kapal tol laut layani rute Tanjung Priok-Aceh
Syukurlah, asal jangan lima tahun sekali berlayar

MPU keluarkan taushiyah kriteria memilih pemimpin
Semoga masyarakat tidak lagi binggung tentukan pilihan

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved