Jurnalisme Warga

Siekameng, Aplikasi Digital di SMAN 1 Matangkuli

Siekameng adalah "Sistem Elektronik Kehadiran dan Administrasi Mengajar." Ini aplikasi untuk menccatat kehadiran kepala sekolah, guru, dan tenaga kepe

Editor: mufti
ist
BAIHAKI, Redaktur Thejurnal.id, melaporkan dari Matangkuli, Aceh Utara 

BAIHAKI, Redaktur Thejurnal.id, melaporkan dari Matangkuli, Aceh Utara

8 Februari lalu saya manfaatkan liburan selama empat hari sampai Minggu dengan kembali lagi ke Kabupaten Aceh Utara. Pada Jumat (9/2/2024) saya berkesempatan mengunjungi beberapa sekolah.

Momen kali ini saya manfaatkan mengunjungi salah satu sekolah yang menerapkan digitalisasi, yakni SMA Negeri 1 Matangkuli. Salah satu "sekolah penggerak" di Aceh Utara.

Oktober 2022, saya pernah mengunjungi sekolah ini untuk pertama kali dan mengangkat satu judul pada Rubrik Jurnalisme Warga di Harian Serambi Indonesia, media  terbesar di Aceh.

"Bukulah Sajian Aplikasi Digital di SMAN 1 Matangkuli" adalah judul yang saya tuliskan saat itu. Bukulah artinya "Buku Tamu Leumah Wajah."

Pada kunjungan kali ini, saya menemukan "Siekameng" juga aplikasi digital yang diterapkan di sekolah ini. Penggunaan bahasa Aceh pada aplikasi digitalisasi merupakan ide kreatif dan familier di telinga masyarakat Aceh.

Siekameng adalah "Sistem Elektronik Kehadiran dan Administrasi Mengajar." Ini aplikasi untuk menccatat kehadiran kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan di SMA Negeri 1 Matangkuli.

Seperti biasa, saya kembali bertemu dengan Kepala SMA Negeri 1 Matangkuli, Khairuddin MPd, salah satu kepala sekolah termuda di Aceh Utara yang idenya sangat kreatif memajukan sekolahnya.

Mantan juara 1 guru berprestasi tingkat Provinsi Aceh ini menceritakan, ia benar-benar merinding saat mendengar pemaparan Kepala Sekolah Penggerak Angkatan I SMA Negeri 2 Cibinong, Provinsi Jawa Barat, Elis Nurhayati.

Sekolah ini pernah dikunjungi dan diberi penghargaan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim MBA.

Selain bangunannya bagus, sekolah ini juga berbasis digital yang terintegrasi dalam satu sistem "Smavo Card."

Digitalisasi di SMA Negeri 2 Cibinong sebenarnya hampir semuanya ada di SMA Negeri 1 Matangkuli. “Hanya saja, kami tidak terintegrasi dalam satu sistem,” kata Khairuddin.

“Kami masih berdiri terpisah-pisah. Sistem-sistem tersebut berbasis electronik, memggunakan handphone atau laptop, serta internet dan noninternet,” terangnya.

Beliau juga menyebutkan berapa sistem digital di SMA Negeri Matangkuli, yaitu sistem presensi guru dan siswa, Siekameng (Sistem Elektronik Kehadiran dan Administrasi Mengajar), buku tamu digital, Bukulah (Buku Tamu Leumah Wajah), sistem pemilihan ketua OSIS tanpa kertas, E-Seumilang (Electronic Seumileh Langsung).

Selain itu ada pula sistem data berbasis Cloud (sering banjir, data jangan di kertas), Anget (Arsip u Langet), perpustakaan digital SMA Negeri 1 Matangkuli, Digilib (Digital Library) SMANTALI.

Berikutnya, ujian sekolah berbasis komputer/tablet, ASBD (Asesmen Sekolah Berbasis Digital) dan ‘learning management system’, dan kelas digital (meski sedang banjir harus tetap belajar di rumah) yang disebut E-Meureunoe.

Khairuddin menuturkan, SMA Negeri 2 Cibinong menggandeng pengembang (developer) untuk sistem digital, mulai dari kehadiran guru dan siswa, perpustakaan digital, kantin bayar tanpa uang cetak, dan pelayanan kesehatan digital.

Semuanya dalam satu QR Code, bahkan bisa top up e-money. Tentu saja dengan harga puluhan juta atau bahkan ratusan juta rupiah untuk membangun sistem digital seperti ini.

Syukurnya di Jawa Barat, sekolah tanpa SPP. Pemerintah provinsi menyediakan bantuan operasional provinsi (BOP) sebagai penopang bantuan operasional sekolah (BOS).

Jadi, sumber dana mereka besar, tinggal memberi inovasi. Demikian juga dengan SMA Negeri 1 Matangkuli tak akan mundur meski banjir datang dan surut.

“Kami memanfaatkan platform gratisan atau jikapun butuh dana, masih jangkauan rendah sekali dari BOS kami,” ujar Khairuddin.

Intinya, dalam keterbatasan, SMA Negeri 1 Matangkulu ingin leluasa bergerak melalui digitalisasi sekolah.

Kreator Siekameng

Muhibbudin SPd, guru bidang studi Pendidikan Kimia di SMA Negeri 1 Kluet Timur, Kabupaten Aceh Selatan, menjadi tim kreator Siekameng ini.

Dia adalah bagian penting dari tim pengembang informasi dan teknologi (IT) guru dan tenaga kependidikan (GTK) Dinas Pendidikan Aceh.

Muhibuddin juga tim IT di SMA Negeri 1 Matangkuli meski beliau bertugas di SMA Negeri 1 Kluet Timur, Aceh Selatan.

Khairuddin yang juga tim IT GTK Disdik Aceh ini menceritakan, pihaknya menjadi tim narasumber pada pelatihan guru inti Aceh di Blangkejeren.

Pada saat bersamaan, “Kami juga menjadi tim pelaksana asesmen kompetensi guru dan kepala sekolah jenjang SD dan SMP di Kabupaten Gayo Lues,” tambahnya.

Di SMA Negeri 1 Matangkuli, Muhibbudin membantu untuk mendesain aplikasi Siekameng. Tidak sulit di era digitalisasi saat ini satu orang di utara dan satunya lagi di selatan.

Di tim pengembang IT Disdik Aceh, Muhibudin tercatat sebagai spesialis pada sistem pelayanan dan pengolahan nilai setelah ujian dengan sistem CBT-nya.

"Sistem ini juga saya adopsi untuk SMA Negeri 1 Matangkuli dan sekolah lainnya di Aceh," kata Khairuddin.

Manfaat Siekameng ini, selain untuk memindai (scan) kartu identitas, aplikasi ini juga harus pindai Gate atau Geo Location SMA Negeri 1 Matangkuli.

Tujuannya, agar tidak bisa pindai kehadiran dari rumah. Lokasi sentral dari Geo Location itu titik nol dari meja dan hanya radius 200 meter saja dari meja kepala sekolah.

Bahkan, kendattipun kepala sekolah paling dekat rumahnya dari sekolah, tidak terbaca pindai dari rumah.

Alat monev

Aplikasi Siekameng ini, menurut kepala sekolah, bisa jadi senjata makan tuan. Pasalnya, sistem ini bengis sekali, tidak mengenal pimpinan, tidak mengenal siapa yang memegang sistem.

Khairuddin merasa gembira, sebab 52 orang GTK sanggup berhadir lebih pagi di SMA Negeri 1 Matangkuli setelah beberapa hari menggunakan Siekameng.

Kelak jika sudah jadi kebiasaan datang dan pulang tepat waktu, menjaga jam mengajar, Siekameng tak perlu lagi digunakan.

Salah satu fitur pada Siekameng adalah jurnal pembelajaran. Kepala sekokah bisa mengetahui meski tidak memantau langsung, guru mengajar materi apa, dan siapa saja siswa yang tidak hadir.

Hari ini di antaranya, guru bahasa Inggris memanfaatkan aplikasi Meutuwah Nanggroe melalui s.id/meutuwah23.

Ribuan soal yang ada pada aplikasi tersebut dapat dibahas bersama siswa kelas XII, sebagai persiapan bagi mereka menuju perguruan tinggi negeri.

Di kelas lain, kata Khairuddin, ia memantau guru biologi menuntaskan ujian praktik dengan peserta didik. Ujian praktik tidak hanya sekadar menilai keterampilan siswa, tetapi juga menghasilkan produk yang membuat belajar sangat menyenangkan.

Aplikasi Siekameng memudahkan kepala sekolah untuk monitoring dan evaluasi(monev)  pengajaran guru.

Demikian juga halnya seperti disampaikan Faisal Rizal SE SPd, salah seorang guru SMA Negeri 1 Matangkuli, bahwa aplikasi Siekameng digital ini sangat bermanfaat bagi guru dan tendik di sekolahnya.

Kemajuan teknologi dewasa ini tentu tidak terlepas dari digitalisasi. Setiap sekolah hendaknya menciptakan aplikasi yang sesuai dengan pembelajaran masa kini.

"SMA Negeri 1 Matangkuli yang lokasinya berada di daerah dan sering mengalami banjir bisa menciptakan aplikasi digital. Seharusnya sekolah lain pun bisa menciptakannya," ucap Faisal.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved