Opini

Krisis Rohingya, Tragedi Paling Memilukan di Abad Ke-21

Akar permasalahan ini bermula dari kebijakan pemerintah Myanmar yang tidak mengakui keberadaan Rohingya sebagai etnis asli Myanmar.

Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS.COM/FOR SERAMBINEWS
Darwis Syarifuddin, mahasiswa Pasca Sarjana Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) UIN Ar-Raniry dan peminat komunikasi internasional dan isu-isu global 

Kondisi di kamp-kamp pengungsian harus ditingkatkan, dan upaya harus dilakukan untuk memastikan bahwa anak-anak Rohingya memiliki akses ke pendidikan yang layak.

Ketiga, upaya harus dilakukan untuk mengadili para pelaku pelanggaran hak asasi manusia terhadap Rohingya di Pengadilan Pidana Internasional dan pengadilan lainnya.

Ini tidak hanya penting untuk memastikan keadilan bagi korban, tetapi juga untuk mencegah terjadinya kejahatan serupa di masa depan.

Akhirnya, masyarakat internasional harus mendukung upaya-upaya untuk mempromosikan rekonsiliasi dan perdamaian jangka panjang antara komunitas Rohingya dan penduduk lainnya di Myanmar.

Ini akan melibatkan dialog antar-komunitas, program-program untuk mengatasi prasangka dan ketakutan, serta upaya untuk membangun kembali kepercayaan dan saling pengertian.

Solusi yang adil dan berkelanjutan atas krisis ini tentu saja harus melibatkan repatriasi yang aman, terhormat, dan sukarela bagi pengungsi Rohingya.

Myanmar perlu menjamin kehidupan yang layak, memberi kewarganegaraan penuh, serta menjamin keamanan dan kebebasan beragama warga Rohingya yang kembali.

Diperlukan langkah-langkah untuk mendamaikan hubungan antara etnis Rohingya dan etnis Buddha lokal, penegakan supremasi hukum, serta upaya untuk mencabut kebijakan-kebijakan diskriminatif.

Namun mengingat arogansi rezim militer Myanmar, tekanan diplomatik serta sanksi ekonomi dari komunitas internasional menjadi sangat krusial.

Aktor-aktor kunci seperti ASEAN, Tiongkok, dan India perlu mengambil sikap yang lebih tegas dalam mendesak Myanmar untuk mengakhiri krisis kemanusiaan ini.

Langkah-langkah seperti pembatasan ekspor senjata, pembekuan aset militer, serta penghukuman terhadap tokoh-tokoh utama yang bertanggung jawab dalam pelanggaran HAM perlu ditempuh.

Di sisi lain, bantuan kemanusiaan untuk pengungsi Rohingya di Bangladesh juga harus terus digalang.

Komunitas internasional melalui badan-badan seperti PBB dan NGO kemanusiaan perlu menyediakan pangan, air bersih, fasilitas kesehatan, pendidikan, serta pemukiman yang layak bagi para pengungsi.

Regenerasi trauma psikologis melalui konseling dan upaya penegakan keamanan di kamp-kamp juga sangat dibutuhkan.

Dalam jangka panjang, negara-negara muslim kaya serta organisasi-organisasi Islam seharusnya dapat berperan lebih besar dalam upaya mengintegrasikan kembali pengungsi Rohingya di wilayah-wilayah yang aman, baik di negara asal mereka ataupun di negara-negara yang menerimanya.

*) Penulis mahasiswa Pasca Sarjana Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) UIN Ar-Raniry dan peminat komunikasi internasional dan isu-isu global

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved