Ramadhan Mubarak

Ramadhan, Bulan Peningkatan Etos Kerja

Mengingat begitu tingginya nilai ibadah dan amal salih di bulan Ramadan, sudah semestinya kaum muslimin memanfaatkan hari dan waktu-waktu Ramadhan

Editor: mufti
For Serambinews.com
Prof. Dr. H. Syahrizal Abbas, MA, Ketua DPS PT. Bank Aceh 

Prof. Dr. H. Syahrizal Abbas, MA, Ketua DPS PT. Bank Aceh

Bulan Ramadhan adalah bulan penuh keutamaan (fadhilah) bila dibandingkan dengan bulan-bulan lain dalam kalender Hijriyah. Salah satu keutamaan Ramadhan adalah pelipatgandaan pahala terhadap orang yang beribadah dan beramal salih di bulan ini. Bulan Ramadhan adalah kesempatan emas bagi kaum muslimin meningkatan ibadah dan amal salih, karena Allah Swt berjanji memberikan pahala yang berlipat ganda bagi orang yang beribadah dalam bulan yang penuh ampunan dan kemuliaan.

Hal ini didasarkan pada Hadis Rasulullah Saw yang artinya: “Barangsiapa yang pada bulan itu mendekatkan diri kepada Allah Swt dengan satu kebaikan (sunnah), maka nilainya seperti orang melakukan perbuatan yang diwajibkan pada bulan lainnya. Dan barangsiapa yang melakukan suatu kewajiban pada bulan itu, nilainya sama dengan 70 kali lipat dari kewajibannya yang dilakukan pada bulan lainnya. Keutamaan sedekah adalah sedekah pada bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari-Muslim).

Berdasarkan hadis ini dapat dipahami bahwa setiap orang yang melakukan perbuatan baik (amal salih) akan dilipatgandakan pahala oleh Allah Swt. Perbandingannya adalah kalau seseorang melaksanakan suatu ibadah sunnah di bulan Ramadhan, maka nilainya adalah sama dengan nilai melaksanakan ibadah wajib pada bulan lain.

Demikian pula, orang yang melakukan ibadah wajib pada bulan Ramadhan, maka nilai pahalanya adalah sama dengan 70 kali lipat dari nilai ibadah wajib yang dilaksanakan pada bulan lain di luar Ramadhan. Hadis ini juga menegaskan keutamaan dan tingginya nilai pahala, bagi orang yang bersedekah pada bulan Ramadhan. Jelasnya, bulan Ramadhan adalah bulan yang memberikan kesempatan bagi kaum muslimin mendulang pahala berlimpah dari amal ibadah yang dilakukannya sekecil apa pun.

Mengingat begitu tingginya nilai ibadah dan amal salih di bulan Ramadan, sudah semestinya kaum muslimin memanfaatkan hari dan waktu-waktu Ramadhan, untuk senantiasa berbuat kebajikan (amal salih) yang mendatangkan kemaslahatan bagi dirinya, keluarga dan masyarakatnya. Konsepsi ideal ini ternyata belum sepenuhnya dimanfaatkan secara baik oleh sebagian kaum muslimin  dalam bulan suci Ramadhan.

Sebagian kaum muslimin masih memandang bahwa selama Ramadhan, harus mengurangi volume, waktu kerja dan aktivitas sehari-hari. Masih terdapat pemahaman kalau bulan Ramadhan hanya berfokus pada ibadah puasa, zikir, iktikaf dan tarawih saja, dengan tidak memberikan perhatian pada peningkatan produktivitas kerja yang mendatangkan kebaikan (amal salih). Bahkan ada orang yang membatasi kerja dan bahkan menghentikan pekerjaannya selama bulan Suci Ramadhan. Alasannya adalah menghormati dan menghargai bulan Ramadhan.

Pemahaman dan perilaku sebagian kaum muslimin seperti ini tentunya tidak tepat, karena menghargai dan memuliakan Ramadhan adalah mengisi hari-hari Ramadhan dengan penuh aktivitas ibadah dan amal salih. Peningkatan kualitas dan kuantitas ibadah spiritual seperti  salat, puasa, zakat, zikir, berdoa, iktikaf, salat tarawih, membaca Alquran dan ibadah lainnya harus terus menerus diupayakan selama Ramadhan.

Demikian pula ibadah sosial seperti infak, sadakah, zakat, membantu fakir miskin, memberi panganan berbuka bagi orang berpuasa dan berbagai amal kebajikan lainnya, tidak boleh berhenti dilakukan selama Ramadhan. Hal yang sama juga berlaku terhadap dakwah, kegiatan pendidikan, layanan kesehatan, kegiatan pemerintahan, layanan perbankan, kegiatan ekonomi, pertanian, perdagangan dan berbagai layanan publik serta upaya mencari rezki yang halal harus terus menerus dilakukan selama bulan suci Ramadhan. Aktivitas ini semua adalah bagian dari amal salih.  

Pembatasan aktivitas dalam bulan Ramadhan hanya dengan ibadah ritual, ternyata tidak sejalan dengan sunnah Rasul Saw, praktik sahabat dan tradisi para ulama salaf lainnya. Fakta sejarah menunjukan bahwa Nabi Saw selama Ramdhan amat meningkat kualitas dan kuantitas ibadahnya, bukan hanya ibadah spiritual, tetapi juga ibadah sosial lainnya. Intensitas dakwah dan pengajaran yang diberikan Nabi Saw kepada sahabatnya selama bulan Ramadhan cukup luar biasa, dan jauh berbeda bila dibandingkan dengan ibadah yang sama pada bulan lain di luar Ramadhan.

Bahkan Nabi Saw pernah dikomentari oleh seorang sahabat tentang kedermawanannya di bulan Ramadhan. Dia melihat tingkat intensitas luar biasa kedermawanan Nabi di bulan Ramadhan, dan hal ini jauh berbeda dengan kedermawanan Nabi Saw di luar Ramadhan. Jihad, dakwah, aktivitas ekonomi dan perdagangan tetap dilakukan oleh Nabi Saw dan sahabat di bulan suci Ramadhan. Tindakan yang sama juga diikuti oleh para tabi’in, tabi’i tabi’in dan para ulama setelah mereka.

Peristiwa jihad pertama dan terbesar dalam sejarah Islam terjadi di Bulan Ramadhan yaitu Perang Badar. Perang yang amat dahsyat ini terjadi ketika kaum muslimin berada dalam kondisi berpuasa yaitu menahan lapar, dahaga dan menahan hal-hal lain yang membatalkan ibadah puasa. Sejarah mencatat jumlah pasukan kaum muslimin yang ikut dalam Perang Badar sekitar 300 orang, sedangkan kaum kafir Quraisy berjumlah 1.000-1.500 orang. Data ini menunjukan bahwa perbandingan jumlah pasukan kaum muslimin dengan kaum kafir Quraisy sangat jelas tidak berimbang.

Demikian pula halnya dengan persenjataan, keahlian berperang dan dukungan logistik juga menunjukan ketidakseimbangan antara pasukan kaum muslimin dan pasukan kafir Quraisy. Kalau kita menggunakan logika perang secara rasional, maka Perang Badar hampir dapat dipastikan akan dimenangkan oleh kaum musyrikin Mekah. Namun, faktanya Perang Badarnya akhirnya dimenangkan oleh kaum muslimin.

Kemenangan kaum muslimin dalam Perang Badar didasarkan pada semangat iman, jihad, dan doa Rasulullah Saw beserta pasukan kaum muslimin dalam bulan Suci Ramadhan. Fakta sejarah ini menggambarkan bahwa generasi awal Islam telah menjadikan Ramadhan sebagai ladang menunaikan tugas mulia berjihad di jalan Allah Swt.

Lapar dan dahaga tidak menyurutkan sedikitpun semangat kaum muslimin untuk menegakan agama Allah Swt. Puasa telah mendorong semangat mereka untuk lebih dekat kepada Allah Swt dengan menjalankan jihad fi sabilillah.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved