Pro Palestina

Netanyahu Takut Gerakan Mahasiswa di AS Ulang Kisah Kebencian-Pembantaian Yahudi Masa Nazi Jerman

Perdana Menteri Israel, Netanyahu takut kebencian terhadap umat Yahudi usai tersebarnya gerakan mahasiswa pro-Palestina di beberapa kampus di AS.

Penulis: Sara Masroni | Editor: Taufik Hidayat
SERAMBINEWS.COM/HAIM ZACH/GPO
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, diapit oleh Menteri Pertahanan Yoav Gallant (kiri) dan Kepala Staf IDF Letjen. Herzi Halevi, mengadakan penilaian keamanan di Tel Aviv. Netanyahu takut kebencian terhadap umat Yahudi usai tersebarnya gerakan mahasiswa pro-Palestina di beberapa kampus di AS ulang kisah saat Nazi Jerman. 

Columbia mengatakan pihaknya telah sepakat dengan perwakilan protes bahwa hanya siswa yang akan tetap berada di perkemahan dan mereka akan menyambut baik, melarang bahasa yang diskriminatif atau melecehkan.

Kebuntuan juga terjadi di universitas-universitas lain di AS, termasuk California State Polytechnic University, Humboldt, di mana pengunjuk rasa minggu ini menggunakan furnitur, tenda, rantai, dan pengikat untuk memblokir pintu masuk gedung dan membarikade diri mereka di dalam.

Perkemahan mahasiswa baru terus bermunculan, termasuk di Brown University di Rhode Island dan Harvard University di Massachusetts.

Di tempat lain, di Universitas Minnesota, anggota Partai Demokrat AS Ilhan Omar menghadiri protes pada Selasa malam, beberapa jam setelah sembilan pengunjuk rasa ditangkap di kampus ketika polisi merobohkan sebuah perkemahan di depan perpustakaan.

Ratusan orang berunjuk rasa pada sore hari untuk menuntut pembebasan mereka.

Putri Omar termasuk di antara demonstran yang ditangkap di Columbia pekan lalu.

Juga pada Selasa malam, polisi menangkap lebih dari 200 pengunjuk rasa yang memblokir lalu lintas di Brooklyn, dekat rumah Senator Chuck Schumer, selama demonstrasi non-perguruan tinggi yang menuntut gencatan senjata permanen di Gaza.

Protes ini diselenggarakan oleh Suara Yahudi untuk Perdamaian pada malam kedua Paskah.

Mahasiswa di beberapa protes menyembunyikan identitas mereka.

Di sebuah perkemahan yang terdiri dari sekitar 40 tenda di jantung kampus Universitas Michigan di Ann Arbor, hampir setiap mahasiswa mengenakan masker, yang diberikan kepada mereka saat mereka masuk.

Mahasiswa pengunjuk rasa menolak untuk mengidentifikasi diri mereka kepada wartawan, dengan alasan mereka takut akan pembalasan dari universitas.

Penyelenggara protes mengatakan beberapa mahasiswa yang berpartisipasi dalam protes sebelumnya di Michigan telah difitnah dan dihukum.

Namun beberapa mahasiswa yang lewat meneriaki para pengunjuk rasa agar melepas masker dan menunjukkan wajah mereka.

Di Universitas New York minggu ini, polisi mengatakan 133 pengunjuk rasa ditahan dan semuanya telah dibebaskan dengan panggilan untuk hadir di pengadilan atas tuduhan perilaku tidak tertib.

Lebih dari 40 pengunjuk rasa ditangkap Senin di sebuah perkemahan di Universitas Yale.

Harvard minggu ini membatasi akses ke Harvard Yard yang terkenal hanya bagi mereka yang memiliki identitas sekolah.

Para pengunjuk rasa mengatakan, mereka mendirikan sebuah kamp di halaman dengan 14 tenda dan sekitar 30 orang pada Rabu kemarin setelah demonstrasi menentang penangguhan Komite Solidaritas Palestina Sarjana Harvard di universitas tersebut.

Mahasiswa doktoral sastra, Christian Deleon mengatakan, dia memahami mengapa pemerintahan Harvard berusaha menghindari protes.

Namun ia mengatakan masih harus ada tempat bagi mahasiswa untuk mengekspresikan apa yang mereka pikirkan.

“Kita semua harus bisa menggunakan ruang seperti ini untuk melakukan protes, agar suara kita didengar,” katanya.

Ben Wizner, seorang pengacara di American Civil Liberties Union, mengatakan para pemimpin perguruan tinggi menghadapi keputusan yang sangat sulit karena mereka memiliki tanggung jawab untuk memastikan orang-orang dapat mengekspresikan pandangan mereka.

"Bahkan ketika orang lain menganggapnya menyinggung, sekaligus melindungi mahasiswa dari ancaman dan intimidasi," pungkasnya.

(Serambinews.com/Sara Masroni)

BACA BERITA SERAMBI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved