Citizen Reporter

ISAD Selenggarakan Simposium Bahas Jalan Keluar Ragam Persoalan Dakwah di Aceh Masa Kini

Aceh dulunya dianggap sebagai mercusuar dalam pergerakan dakwah Islam di kawasan Asia Tenggara. Tapi peran itu dewasa ini dianggap kian melemah.

|
Editor: Agus Ramadhan
FOR SERAMBINEWS.COM
ISAD Selenggarakan Simposium Bahas Jalan Keluar Ragam Persoalan Dakwah di Aceh Masa Kini 

Selain itu, Guru Besar UIN Ar-Raniry lainnya,  Prof. Dr. Syamsul Rijal, M.Ag dalam ulasannya menyampaikan bahwa dalam perspektif masa lalu, sebenarnya Aceh adalah gerbong/penggerak penyebaran dakwah Islam di Nusantara dimana hal itu tercermin dari 9 wali songo di Jawa itu, 6 di antaranya memiliki garis dakwah yang berasal dari Aceh.

Kata Prof, Syamsul, begitu  juga di era awal kemerdekaan yang digerakkan oleh Abuya muda Wali, Mudi Mesra dan Dayah di Aceh yang secara khusus memproduksikan banyak ulama pendakwah.

“Kedepan Aceh mesti beradabtasi kembali dengan peran dakwah dalam tantangan kemanusiaan dalam berinteraksi dengan dunia luar. Hal ini telah memiliki kultur yang diawali pascatsunami yang  mempengaruhi kultur budaya Aceh modern saat ini,"

"Maka ke depan transpormasi dakwah islam harus masuk ke seluruh tatanan kehidupan, berupa Pendidikan, ekonomi, budaya, politik dan sosial.  Maka dunia Pendidikan islam itu diawali semenjak kandungan, karena masa paling awal yng dulu diajarakan dalam peradaban di Aceh dalam ayunan.

Sementara itu, Ketua Majelis Tastafi Banda Aceh, Tgk. H. Umar Rafasanjani, Lc. MA menyampaikan bahwa di masa lalu dakwah di Aceh bergerak secara massif sehingga masyarakat Aceh begitu bangga dengan keislamannya dan siap mati dalam membela Islam.

Makanya, kata Tgk Umar Rafsanjani, oleh Belanda, Aceh itu dianggap memiliki sifat “superiroty complek”, perasaan menganggap dirinya sebagai bangsa terbaik, atau dalam Alquran disebut dengan “Khairu Ummah”.

Hal ini, sebut Tgk. Umar, membuat perlawannya Aceh terhadap penjajah itu senantiasa bergelora dahsyat dimana orang Aceh siap mati demi hidup dalam kemuliaan Islam.

Kendala Utama Pendakwah Aceh adalah Soal Bahasa

Sementara itu, Pendakwah terkenal Aceh Ust. Masrul Aidi, Lc yang juga menjadi salah satu narasumber dalam ulasan panjangnya mengatakan bahwa kendala utama para pendakwah di Aceh adalah soal bahasa.

Ustaz Masrul Aidi dalam ulasannya banyak mengisahkan tentang perjalanan  hidupnya sebagai pendakwah yang dimulai sejak beliau belajar di Dayah BUDI Lamno.

Ustaz Madrul mengatakan dirinya  mulai belajar menjadi pendakwah sudah kami mulai semenjak Aliyah di usia muda, dengan kebiasaan memberikan ceramah.

Dimasa itu ia masih saat belajar di Bekasi sudah diberikan kesempatan untuk berceramah karena di mimbar saat itu di Bekasi.

Dalam kesempatan itu saya  saya memahami bahwa menjadi pendakwah seolah-olah telah dapat berdiri di mimbar untuk berceramah dengan dengan lucu dan guyonan.

Namun ketika saya di Mesir hampir tidak ada yang berceramah dengan gaya-gaya yang lucu. Sejak dari itu adalah memiliki kelebihan khusus dengan Bahasa awam dan maraji’ (referensi).

“Sepulang dari Mesir saya membagikan cerita dengan guru-guru di Aceh seperti Abu Daud Zamzami dan Abu Nasir Wali., mendapatkan tantangan dakwah, karena adanya terjadi pergeseran karena ada “lokasir” yang berkotak-kotak dengan keadaan dakwah dengan bahasa yang lucu yang menjadi polarisasi,” ujar Ustaz Masrul Aidi.

Ustaz Masrul Aidi melanjutnya, “Namun ada dakwah yang tidak sebatas lucu-lucu, namun juga ada materi. Namun ada focus materi dan lucu. Maka dalam posisi seperti ini, kalau kedepan kita perlu memperhatikan persoalan kerakyatan yang harus tercapai dengan baik.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved