Jurnalisme Warga
Kisah Intan Mahalia Meraih S-2 dari Pulau Simeulue
Banyak yang menganggap pekerjaan ini sepele dan tidak berharga. Mereka berpikir bahwa IRT hanyalah duduk-duduk di rumah tanpa melakukan apa-apa.
Terkadang saya harus bergadang untuk menyelesaikan tugas kuliah setelah anak-anak tidur. Suami saya, dengan dukungannya yang luar biasa, menjadi pilar penting dalam perjalanan akademik saya.
Di semester 3 perkuliahan, saya tertarik melakukan penelitian di SMA Negeri 1 Sinabang, sebuah sekolah populer di Simeulue. Awalnya, saya tidak pernah merencanakan untuk mengajar di sana. Namun, kehidupan seringkali memberi kita kejutan yang tak terduga.
Seiring waktu, saya mulai terlibat dengan siswa-siswa di sana. Mereka menerima saya sebagai guru dengan hangat dan antusiasme yang luar biasa, meskipun awalnya ada sedikit rasa tegang.
Satu hal yang sangat mengesankan adalah ketulusan dan keinginan mereka untuk belajar, di samping ngin mengerti lebih dalam tentang budaya dan warisan lokal mereka.
Perlahan-lahan, interaksi dengan siswa-siswa ini tidak hanya mengubah pandangan saya tentang pendidikan, tetapi juga tentang diri saya sendiri. Saya menyadari bahwa mengajar bukan hanya tentang transfer pengetahuan, melainkan juga tentang memberi inspirasi dan mendorong generasi muda untuk mengembangkan potensi mereka sepenuhnya. Hal ini menjadi inspirasi saya dalam menulis tesis sebagai syarat menjadi master.
Alhamdulillah, kuliah S-2 saya akhirnya rampung dan saya dinyatakan berhak menyandang gelar "M.Pd" pada 20 Juli 2024 dengan nilai yudisum "cum laude".
Tesis S-2 saya juga akan saya jadikan buku “The Development of English Reading Material Based on Local Folklore in Simeulue Island”. Buku ini sedang saya tulis dan dibimbing oleh guru besar UIN Sumatera Utara, Prof Dr Didik Santoso MPd yang insyaallah akan menjadikan Simeulue lebih dikenal melalui karya tulis.
Semua ini adalah kehendak Allah. Awalnya, saya merasa enggan untuk tinggal di Simeulue. Namun, dengan kehendak Allah, perjalanan batin saya mengarah kepada penemuan-Nya di sana. Ini menjadi titik awal bagi saya untuk menemukan Allah dalam setiap aspek kehidupan saya. Pengalaman ini begitu mendalam sehingga saya terinspirasi untuk menulis novel pertama berjudul "Kutemukan Allah di Pulau Simeulue", yang insyaallah akan dirilis tahun ini.
Selama tinggal di Simeulue, saya belajar banyak hal yang mengubah pandangan hidup saya. Salah satu pelajaran yang paling menyentuh hati saya adalah ayat 216 Surah Al-Baqarah, yang mengajarkan bahwa terkadang kita mungkin tidak menyukai sesuatu, padahal itu adalah yang terbaik bagi kita. Ini adalah rahasia dari Allah yang selalu memberikan yang terbaik untuk kita, meski kita mungkin tidak memahami pada awalnya.
Pengalaman ini juga mengajarkan saya bahwa tidak ada sosok yang dapat mencintai kita lebih dari cinta Sang Khalik yang tak terbatas.
Novel saya nantinya tidak hanya menceritakan tentang perjalanan pribadi saya di Simeulue, tetapi juga menyelipkan pesan-pesan mendalam tentang keimanan, kebijaksanaan, dan kebaikan yang saya temukan dalam menghadapi cobaan dan pilihan hidup. Semoga karya ini dapat menginspirasi dan memberkati pembaca, sebagaimana perjalanan spiritual saya yang telah memberkati dan menginspirasi diri saya sendiri.
Melestarikan Budaya lokal Melalui Festival Bungong Jeumpa |
![]() |
---|
Dampak Kehadiran Es Krim Pabrik terhadap Industri Rumahan |
![]() |
---|
Ilmu, Keakraban, dan Keteladanan, Seminggu Bersama Prof Irwan Abdullah |
![]() |
---|
Suara Lirih di Balik Bilik Suara |
![]() |
---|
Bu Nur, Sosok Guru Panutan SMAN 1 Baitussalam yang Purna Tugas Setelah 36 tahun Mengabdi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.