Opini
Konsep Politik Aceh Mengetuk Pintu Langit
Selama ini sepertinya pemerintah pusat tidak begitu ikhlas berdamai dengan Aceh. Sebagaimana perdamaian sebelumnya sejak DI/TII pimpinan Daud Beureueh
"Sekiranya penduduk suatu negeri beriman dan bertaqwa sungguh Kami akan membukakan untuk mereka berbagai keberkahan dari langit dan dari bumi. Akan tetapi, mereka mendustakan (ayat-ayat Kami). Maka Kami siksa mereka disebabkan oleh apa yang selalu mereka kerjakan." (Q.S. Al-A'raf: 96).
Aceh membutuhkan sosok pemimpin atau pasangan pemimpin yang sesuai kriteria sebagaimana yang telah disebutkan oleh para indatu kita untuk bisa menjalankan amanah menegakkan syariat Islam. (Baca: Kriteria Gubernur Menurut Wali Neugara Tgk Hasan di Tiro, Serambinews 1/7/24 ).
Sosok pemimpin atau pasangan pemimpin dari kalangan ulama dinilai paling tepat untuk bisa menjalankan program politik untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan menjalankan amar makruf dan nahi mungkar. Aceh telah Allah karuniakan hasil alam yang melimpah. Semua ini harus dikelola dengan menggunakan potensi kultural dan syariat Islam untuk kesejahteraan masyarakat secara berkeadilan.
Melalui peningkatan kualitas pendidikan berbasis Islam, ilmu pengetahuan dan pembinaan seluruh aparatur pemerintah dan masyarakat diharapkan sebagai syarat utama menuju kebangkitan Aceh. Calon pemimpin di Aceh harus paham bahwa amanah menjalankan amar makruf dan nahi mungkar merupakan tugas utama penguasa.
Orang alim dari kalangan ulama sudah saatnya kembali menjadi bagian dari eksekutor kebijakan dan aturan dengan dipilih sebagai gubernur atau wakil gubernur Aceh ke depan. Bukan hanya sebatas memberikan nasehat dan ceramah agama karena status ulama sesungguhnya sebagai penerima warisan tugas-tugas kenabian untuk memimpin umat dan agama.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.