Konflik Palestina vs Israel
Israel Hadapi Situasi Sulit, Ada Potensi Perang Saudara hingga Serangan Balasan Iran Menghantui
telah memperingatkan bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tidak akan mengorbankan pemerintahannya untuk melindungi warga Israel.
Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Eddy Fitriadi
WSJ menyatakan bahwa meskipun Israel tidak yakin apakah operasi pembalasan akan segera terjadi, mereka tetap akan berhati-hati.
Laporan tersebut juga mengutip pernyataan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin yang mengatakan bahwa skuad Kapal Induk USS Abraham Lincoln, yang saat ini berada di Laut Cina Selatan, tengah bergerak cepat menuju Timur Tengah.
Masa Depan Suram Menanti Israel
Majalah Foreign Affairs telah melukiskan gambaran suram tentang masa depan Israel setelah perang di Gaza.
Mereka meramalkan potensi kehancuran Israel dan masa depan yang gelap yang ditandai oleh ketidakstabilan internal dan meningkatnya isolasi global.
Majalah tersebut berpendapat bahwa Operasi Banjir Al-Aqsa yang dilakukan oleh perlawanan Palestina pada tanggal 7 Oktober 2023, menghantam pendudukan Israel pada saat terjadi pergolakan internal yang mendalam.
Hal ini menyoroti perpecahan yang mendalam dalam masyarakat Israel, yang diperburuk oleh dorongan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk melakukan reformasi peradilan yang kontroversial yang bertujuan untuk secara signifikan membatasi kewenangan Mahkamah Agung atas tindakan pemerintah.
Usulan perubahan hukum ini memicu protes yang meluas, yang menunjukkan bahwa negara tersebut terpecah belah secara politik.
Menurut Foreign Affairs, konflik yang sedang berlangsung dengan Gaza hanya berfungsi untuk memperparah perpecahan politik di Israel.
Majalah tersebut memperingatkan bahwa pendudukan Israel dapat berada di ambang transformasi menjadi negara yang terpecah-pecah,
dengan kelompok-kelompok keagamaan dan nasionalis sayap kanan yang berpotensi membangun pemerintahan de facto mereka sendiri, khususnya di permukiman Tepi Barat.

Dalam skenario yang lebih mengerikan, Foreign Affairs berspekulasi bahwa pendudukan Israel mungkin menghadapi konflik sipil yang penuh kekerasan, yang mempertemukan para ekstremis agama bersenjata dengan lembaga-lembaga resmi negara.
Selain itu, kehadiran pasukan keamanan yang bersaing dan melemahnya pengawasan parlemen diperkirakan akan melemahkan aparat keamanan Israel secara keseluruhan, yang berpotensi menyebabkan runtuhnya struktur pemerintahannya.
Meski perang saudara yang sebenarnya belum terjadi, Foreign Affairs memperingatkan bahwa langkah Israel saat ini kemungkinan besar akan berujung pada ketidakstabilan berkepanjangan dan keruntuhan ekonomi, yang berpotensi menyebabkan kegagalannya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.