Jurnalisme Warga

Sensasi Kamping di Pinggir Krueng Peusangan

Kami memanfaatkan liburan panjang ini untuk menikmati keindahan alam dan merasakan sensasi harmonisasi dengan alam.

Editor: mufti
For Serambinews.com
JON DARMAWAN, M.Pd., Guru SMAN 7 Lhokseumawe, Mahasiswa S3 Teknologi Pendidikan Unimed, Pengurus IGI, JSDI, dan Pemuda ICMI Aceh, melaporkan dari Takengon, Aceh Tengah 

Kami tidak memanfaatkan fasilitas alat bakar makanan yang diberikan pengelola. Kami hanya mengandalkan api unggun untuk memasak makanan. Api unggun kami biarkan tetap menyala dan kami mengelilinginya.

Kebersamaan dan keakraban terjalin erat. Kami merasakan bahwa Takengon tidak sedingin dulu. Padahal, sudah larut malam, tetapi tubuh kami masih belum merasakan kedinginan yang menusuk kalbu.

Akan tetapi, saat mendekati waktu subuh, rasa dingin itu mulai menghampiri kami. Dinginnya sangat terasa sehingga kami harus menambah selimut, meski sudah pakai jaket.

Takengon sendiri pada dasarnya sudah dingin dibanding daerah lain di Aceh karena ketinggiannya mencapai sekitar 1.500 m di atas permukaan laut. Hal ini terjadi akibat penurunan tekanan udara yang dikenal dengan pendinginan adiabatik, kelembaban udara, penyerapan energi matahari oleh Bumi yang sedikit di dataran tinggi, dan radiasi panas yang dilepas permukaan Bumi lebih efisien karena udara yang lebih tipis dan kurangnya penghalang seperti vegetasi yang padat.

Pelepasan radiasi ini mencapai puncaknya menjelang subuh sehingga suhu udara turun drastis. Saking dinginnya, mulut kami mengeluarkan asap saat bernapas.

Saat menyentuh air untuk berwudu, dinginnya keterlaluan serasa sedang memegang es. Saya memperhatikan permukaan sungai yang berkabut, seolah-olah air sungai tersebut baru mendidih sehingga mengeluarkan asap. Sekeliling tempat tersebut juga terlihat kabut yang tebal. Kabut tersebut perlahan pergi meninggalkan alam yang asri nan indah.

Saya menikmati momen langka ini untuk dikenang dan dihayati sebagai bukti kebesaran Allah Swt.

Pada pagi sekitar pukul 07.00 WIB, kami berangkat ke kawasan Lukup Badak untuk berarung jeram. Kami sudah memesan tempat sehari sebelumnya dan mengambil giliran pertama.

Oleh karena itu, pada pagi hari kami langsung menuju tempat arung jeram. Kami memesan titik strat arung jeram di Ayu Adventure. Sambil menunggu petugas menyiapkan perlengkapan dan peralatan, kami menikmati keindahan di tempat ini.

Di dalam kawasan Ayu Adventure terdapat taman bunga dengan pemandangan gunung dan Krueng Peusangan. Kami segera mengabadikan momen tersebut.

Terdapat pula tempat penginapan di tengah kolam besar. Pemandangan yang ditawarkan bak lukisan yang sangat indah. Sangat cocok untuk spot foto maupun selfie. Kemudian kami sudah dipanggil untuk memulai arung jeram.

Kami memakai helm, baju pelampung, dan memegang pengayuh sebagai prosedur keelamatan. Kami mengambil paket arung jeram timgkat ‘family’ karena terdapat anak-anak di bawah umur 13 tahun. Kami menyusuri Krueng Peusangan sambil mengayuh. Pemandu arung jeram sesekali memfoto atau mengambil video aktivitas arung jeram kami.

Sepanjang jalur arung jeram, kami disuguhi pemandangan yang sangat indah dan cantik. Terdapat sawah-sawah warga yang dialiri air menggunakan kincir air sederhana. Terlihat pula kuda yang sedang merumput di persawahan warga. Sesekali arus yang kami lalui membuat perahu karet bergoyang. Inilah sensasi arung jeram yang kami idam-idamkan.

Kami berhenti di terminal arung jeram berdekatan dengan PLTA Peusangan yang sedang dibangun. Kami sudah ditunggu mobil yang akan membawa kami pulang ke Lukup Badak.

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved