Jurnalisme Warga
Pesatnya Inovasi Nilam oleh ARC USK hngga Kolaborasi dengan Eropa
MoU ini bertujuan untuk mendukung dan memperkuat agroindustri di Aceh, khususnya komoditas nilam. Nilam (Pogostemon cablin benth) adalah suatu semak t
PIPI MURFIZA, S.Pd., alumnus Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Bina Bangsa Getsempena Banda Aceh, melaporkan dari Banda Aceh
Atsiri Research Center Universitas Syiah Kuala (ARC-USK) adalah pusat riset khusus tentang atisiri Aceh.
ARC USK diresmikan pada tanggal 8 Desember 2016 di Darusalam, Banda Aceh. Peresmian ARC disertai dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara USK dengan Korean Intellectual Property Office (KIPO), Korea Invention Promotion Association (KIPA), Aceh Patchouli Forum, dan Bappeda Aceh.
MoU ini bertujuan untuk mendukung dan memperkuat agroindustri di Aceh, khususnya komoditas nilam. Nilam (Pogostemon cablin benth) adalah suatu semak tropis penghasil sejenis minyak atsiri (minyak nilam). Tanaman ini umum dimanfaatkan bagian daunnya untuk diekstraksi minyaknya dan diolah menjadi parfum, bahan dupa, minyak atsiri, antiserangga, dan digunakan pada industri kosmetik. Dalam perdagangan internasional, minyak nilam dikenal sebagai minyak patchouli (dari bahasa Tamil 'patchai' berarti hijau dan 'ellai' bermakna daun, karena minyaknya disuling dari daun). Aroma minyak nilam dikenal ‘berat’ dan ‘kuat’ dan telah berabad-abad digunakan sebagai wangi-wangian (parfum) dan bahan dupa atau setanggi pada tradisi Timur. Harga jual minyak nilam termasuk yang tertinggi apabila dibandingkan dengan minyak atsiri lainnya. Saat ini di Aceh harganya mencapai Rp 1.600.000 per kg.
Tumbuhan nilam berupa semak yang tingginya bisa mencapai satu meter. Tumbuhan ini menyukai suasana teduh, hangat, dan lembab. Mudah layu jika terkena sinar matahari langsung atau kekurangan air. Untuk spesies tertentu bunganya menyebarkan aroma wangi yang kuat, bijinya kecil. Perbanyakan biasanya dilakukan secara vegetatif.
Dr Syaifullah Muhammad ST, MEng, Kepala Atsiri Research Center (ARC) Pusat Unggulan Iptek Perguruan Tinggi (PUIPT) Nilam Aceh USK, dalam Focus Group Discussion (FGD) Digitalisasi Ekosistem Rantai Nilai Nilam Aceh mengatakan, industri nilam Aceh masa lalu berada pada jalur budi daya, penyulingan untuk menghasilkan minyak nilam (crude patchouli) dan ekspor.
Dalam jalur ini ruang inovasi untuk nilai tambah lokal hampir tidak ada, atau sangat kecil. Nilai tambah hampir seluruhnya diambil oleh penguasa luar negeri. Keberhasilan ARC bertransformasi menjadi Pusat Unggulan Iptek Perguruan Tinggi (PUIPT) pada 2019 telah menjadikan ARC salah satu rujukan nasional untuk inovasi hulu-hilir industri nilam. Produk atsiri/minyak nilam dan berbagai produk turunan seperti body lotion, body butter, minyak wangi, pewangi pakaian, softener pelembut, dan sabun cuci piring, sabun mandi cair, sabun batang, dan sabun mandi batang/padat. Keseluruhan produk ini memiliki kandungan dari unsur minyak nilam, yang siap bersaing di pasaran. Selain produk turunan nilam juga terdapat produk pupuk kompos sisa terna nilam dari hasil penyulingan, sehingga menjadikan sikim nilam ini sebagai industri 'zero waste' yang semua unsurnya dapat dimanfaatkan.
Kandungan dari atsiri nilam Aceh Jaya sudah dilakukan uji lab. Ternyata memiliki kandungan seperti patchouli alkohol, methanozulene, cyclohexane, caryopyllene, a-Guaiene, 7-methanoazuelene, aciphyllene, dan azulene.
"Patchouli alkohol sendiri berfungsi sebagai zat pengikat atau penahan laju penguapan komponen volatil, sedangkan zat lainnya berfungsi sebagai antiinflamasi, antijamur, antiseptik, dan agen antikanker,” kata Syaifullah. Beberapa intervensi hulu-hilir secara fundamental telah dilakukan oleh ARC. Di antaranya, pengembangan bibit unggul nilam di berbagai kabupaten, pengembangan pupuk organik, biopestisida, budi daya dengan sistem fertigasi (fertilisasi-irigasi) dan permaculture (lahan permanen).
Ada juga khusus teknik panen dan pengeringan, pengembangan ketel inovasi untuk menghasilkan minyak mentah nilam (crude patchouli) dengan kualitas ekspor, purifikasi secara distilasi molekuler dalam menghasilkan hi-grade patchouli, pengembangan berbagai produk turunan, pemanfaatan limbah, pengembangan start up inovasi nilam, pengembangan market dan kemitraan bisnis dalam dan luar negeri.
ARC-USK bahkan membentuk sayap bisnis Koperasi Inovasi Nilam Aceh (Inovac) dan PT U-Green Aromatics International, PT Biona Ceudah Rupa, dan PT Focustindo Cermerpang Bogor.
Menurut Dr Syaifullah, industri nilam Aceh saat ini kian berkembang pesat. "Dari awalnya hanya empat kabupaten yang menanam nilam, kini sudah ada 17 kabupaten yang kembali menanam nilam. Harga minyak nilam di tingkat petani juga semakin baik. ARC USK juga telah menjalin kolaborasi dengan lembaga riset internasional, seperti Fraunhofer Jerman, untuk mengembangkan produk skincare dan kosmetika berbasis minyak nilam. Minyak nilam berhasil dipurifikasi dari pengotor (impurities) sehingga membuahkan intermediate product berupa hi-grade patchouli pada range persentase Patchouli Alhokol (PA) yang variatif," ujarnya.
"Kami juga meningkatkan kerja sama dengan Dewan Atsiri Indonesia melalui berbagai program capacity building dan bisnis, serta berupaya menjadi pusat riset dengan reputasi internasional, khususnya dalam riset dan inovasi nilam," tambah Dosen Fakuktas Teknik USK ini. Pada tahun 2019, USK melalui ARC, telah menjadi pusat unggulan Iptek bertaraf nasional dan menjadi center of excellence nilam (patchouli) satu-satunya di Indonesia.
ARC juga menjalin kemitraan dengan berbagai perguruan tinggi swasta nasional, seperti baru-baru ini menandatangani kerja sama dalam pengembangan produk inovasi dengan holding company BLST IPB.
Potensi sumber daya manusia yang dimiliki oleh ARC membuka peluang kolaborasi dengan berbagai institusi baik dari unsur pemerintah, dunia usaha, masyarakat, dan media.
Informasi lainnya, ARC setiap tahun memberikan penghargaan kepada stakeholder pentahelix dari kalangan perguruan tinggi, pemerintah, dunia usaha, masyarakat, dan media yang berjasa dalam pengembangan ekosistem industri nilam, khususnya di Aceh.
ARC mampu menjadi konseptor, implementor sekaligus integrator dari proses inovasi hulu-hilir nilam Aceh sehingga tercipta ekosistem berkelanjutan yang berdampak pada ekonomi masyarakat. Pencapaian tersebut pun menarik perhatian berbagai institusi nasional dan internasional yang berkunjung langsung ke ARC. Rabu, 27 Maret 2024, para pakar dari Bank Dunia dan Kedutaan Australia berkunjung ke ARC setelah acara seminar yang diselenggarakan oleh USK dengan tema “Outreach Event on the Indonesia Economic Prospects December 2023 Edition–Climate Action for Development”, di Aula FMIPA USK. Acara ini membahas perkembangan terkini dalam perekonomian Indonesia, prospek ekonomi, dan dampak perubahan iklim terhadap ekonomi. Khususnya minyak nilam merupakan komodias lokal Aceh yang telah menjadi minyak nilam terbaik dunia yang dapat dijadikan bahan baku parfum, sehingga komoditas ini telah diekspor hingga ke Prancis, seperti ke Kota Grasse sebagai kota kiblat parfum dunia. Grasse sebagai ibu kota produsen parfum dan secara tradisional mengimpor bahan baku minyak atsiri dari berbagai negara, termasuk Aceh, Indonesia.
Minyak nilam merupakan salah satu hasil dari komoditas perkebunan yang bernilai ekspor tinggi dan menyumbangkan devisa bagi Indonesia. Minyak atsiri, termasuk nilam, memiliki berbagai macam manfaat seperti parfum, minyak aromaterapi, minyak gosok, pengharum ruangan, penolak serangga, antiseptik, pestisida hayati, dan lainnya. Beruntung, kita di Aceh kini memiliki ARC yang telah mengangkat dan memuliakan nilam Aceh ke tempat terhormat sehingga dikenal dan dimanfaatkan luas oleh pasar global.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.