Opini
PON Aceh-Sumut XXI dan Kebangkitan Ekonomi
Kemajuan teknologi sistem pembayaran ini dapat dimanfaatkan Aceh sebagai penopang daya ungkit ekonomi saat penyelenggaraan PON Aceh-Sumut XXI 2024.
Bangsa Aceh pada masa tersebut telah mengadopsi berbagai sistem pembayaran melalui berbagai jenis mata uang.
Aceh terletak di lokasi strategis perdagangan dan menjadi produsen komoditas global seperti lada, yang mendorong aktivitas perdagangan Aceh menjadi sangat maju pada masa itu. Menurut Sudirman (2018), sejak abad ke-12 hingga 13 Masehi, Aceh (Kerajaan Samudera Pasai) telah melakukan perdagangan dengan bangsa Tiongkok dan India menggunakan mata uang perak yang disebut Ketun.
Kemudian, pada saat Bangsa Portugis mendominasi perdagangan, Aceh mulai menggunakan mata uang Riyal atau Ringgit Meriam. Hingga akhirnya di masa Sultan Muhammad Malik Al-Zahir (1297 – 1326 M), dikeluarkan mata uang emas pertama di bekas Kerajaan Pasai berupa Deureuham. Mata uang tersebut pada saat ini diketahui menjadi salah satu mata uang tertua di Nusantara.
Sistem pembayaran melalui penggunaan mata uang yang mandiri juga berlanjut dengan berbagai inovasi yang dilakukan oleh Kerajaan Aceh, baik dari sisi bahan, spesifikasi, dan ragam mata uang, disesuaikan dengan kebutuhan pada masa itu. Mulai dari Duet Manok (uang tembaga adopsi dari bangsa Inggris), Keuh (mata uang timah), dan Kupang (mata uang dari perak).
Kerajaan Banda Aceh Darussalam pada masa Sultan Alaudin Riayat Syah Al-Kahhar (1537 – 1568 M) bekerja sama dengan Turki Ottoman untuk mengirimkan ahli-ahli pembuatan mata uang ke Aceh.
Inovasi ini dilanjutkan oleh Sultan Iskandar Muda dengan mendatangkan ahli pembuatan mata uang dari Prancis ke Aceh. Hal tersebut menggambarkan bahwa sejak dahulu Aceh sangat inovatif dalam hal sistem pembayaran.
Masyarakat Aceh siap
Dari uraian di atas, bisa disimpulkan masyarakat Aceh akan siap memanfaatkan PON untuk mendorong perekonomian dan budaya melalui digitalisasi. Banyaknya pengunjung yang datang ke Aceh harus dimanfaatkan dengan baik untuk mendorong perekonomian Aceh. Adanya momentum PON XXI ini diharapkan tidak hanya memberikan dampak positif pada saat penyelenggaraan, namun juga dirasakan pasca-acara melalui terciptanya citra positif Aceh.
Dengan demikian, dapat menegaskan citra Aceh sebagai salah satu daerah yang layak untuk kembali dikunjungi. Citra tersebut pada akhirnya menciptakan multiplier effect melalui aspek konsumsi dan investasi sehingga dapat mengangkat perekonomian masyarakat Aceh secara berkesinambungan.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.