Kupi Beungoh

Tu Sop: Ulama dan Pemikir Perubahan

Kini ia telah tiada, telah bertemu Tuhan Yang Maha Kuasa. Benar, bahwa Ayah adalah seorang hamba Allah, manusia biasa, pastidan tentu tidak luput dari

Editor: Ansari Hasyim
FOR SERAMBINEWS.COM
Munawir Umar, Imam Masjid Al-Hikmah Kota New York, USA 

Oleh: Munawir Umar Muhibbin Tgk H Muhammad Yusuf A Wahab (Tu Sop) 

KAMI awali tulisan ini dengan mengutarakan sebuah hadis Nabi mulia,ia bersabda, ‘Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu dengan cara mencabutnyalangsung dari manusia, akan tetapi Dia mencabut ilmu dengan mewafatkan paraulama, hingga ketika Dia tidak meninggalkan seorang alim (di muka bumi) makamanusia menjadikan orang-orang jahil sebagai pemimpin, lalu mereka ditanya,maka mereka memberikan fatwa tanpa ilmu, mereka sesat dan menyesatkan.’ (HR.Tirmidzi). 

Bagi kita semua, Ayah adalah bagian dari ungkapan baginda Nabitersebut, ayah adalah emas-berlian bagi bangsa Aceh. Ayah adalah suluh, penerang, pemberantas kejahilan, kemiskinan dan kebodohan. Ayah juga sebagaipewaris misi dakwah Nabi Muhammad dengan segudang wawasan dan ilmu pengetahuan.

Kini ia telah tiada, telah bertemu Tuhan Yang Maha Kuasa. Benar, bahwa Ayah adalah seorang hamba Allah, manusia biasa, pastidan tentu tidak luput dari salah dan dosa (ghairma’shum). Benar pula bahwa Ayah adalahseorang aktivis sosial yang terkadang panggilan kita tak sengaja terabaikanolehnya, baik di jalan atau tempat umum keramaian lainnya. Juga benar bahwa Ayah adalah manusia dengan segudang kecakapan dan bahasa, terkadang ada bahasa dan gurauan yang kurang berkenan di pendengaran dan hati kita. 

Tetapi jugasepenuhnya benar, bahwa dalam diri Ayah mengalir narasi-narasi agama yang kitayakini bahwa itu mendominasi darah Ayah, karena itu ia disebut ulama sebagai ‘warasatul anbiya’.Tidaklah berlebihan jika kami berkata -sesuai apa yang di saksikan-bahwa pulasetiap langkah yang ia lepas selalu mengarah pada tujuan kebaikan dan perbaikandirinya dan umat. Setiap kata yang diucapkan hampir mendominasi nasihatmenyentuh sanubari dan jiwa kita. 

Sosok Tu Sop

Tu Sop atau Ayah Sop; Demikian sapaan akrab Tgk. H. Muhammad YusufA Wahab, menawarkan pada kita pemikiran progresif, solutif, arif, visioner,bijaksana, dan mempersatukan. Menampilkan tutur bahasa penuh hikmah dankelembutan yang menentramkan. Ikhlas dalam pergerakan membangun dan memperbaikiperadaban. 

Ia adalah pemikir bangsa, gagasannya cemerlang seolah memberi ruangcahaya harapan yang selama ini redup. Paling tidak, secercah harapan telah diciptakan untuk perbaikan ke depan. Narasi kebaikan terus digaungkan dalam berbagai panggung dan kesempatan penuh keikhlasan. Kepeduliannya kepadamasyarakat bawah pun begitu terlihat pada gerak bantuan dengan wujud bantuanrumah yang diberikan melalui lembaga Barisan Muda Umat (BMU). 

Seolah adaperpaduan pada dirinya antara ucapan dan perbuatan untuk memberikan perhatiankepada umat. Demikian pula dengan visi dan misi yang ia tawarkan seolahmemberikan keyakinan pada kita selaku murid, masyarakat, bahwa itu adalahsebuah agenda perubahan. Solusi yang ia berikan pula memberikan warna optimisme tanpa ilusi dan keputusasaan. Tidak sekedar solusi yang ia gaungkan, tapi begitu arif dan mengerti betul realitas sosial yang sedang melanda bangsa kita.

Bagi Ayah, kebijaksanaan menjadi ukuran atas semua yang ditawarkan. Sebab semuagagasan yang ada tidak akan pernah berarti tanpa ada persatuan dan kesatuan yang menyejukkan. Geraknya memberikan aroma kesejukan dan positivisme untuk perbaikan peradaban di masa mendatang. Pergaulannya pun tidak mengenal batasusia, mulai dari usai muda hingga tua bahkan lintas golongan dan ormas yang ada. 

Ulama dan Pemikir

Keberadaan Tu Sop bukanlah sekedar menjadi ulama bagi satukalangan, tapi ia adalah ulama merangkap ‘Ayah Bangsa’, milik kita semua. Hal tersebut terekam dalam sebuah ungkapan Ayah dalam sebuah orasi -kurang lebih-,‘…bahwa bila kehadiran kami dalam agenda politik Aceh hanya untuk kebermanfaatan satu kalangan, maka hari ini juga saya akan mundur dari panggung ini…’. 

Ayah adalah seorang pemikir, pejuang untuk perubahan karakter dan akhlakbangsa yang dalam beberapa dekade ini merosot dan mengalami degradasi dankemunduran, bahkan lari dari nilai dan tuntunan Al-Quran. Maka, Aceh sangat kehilangan seorang pemikir besar itu, Aceh juga kehilangan seorang ulama dengansegudang pemikiran brilian dan aksi nyata untuk kehidupan. 

Tentu kepergiannya menyisakan isak tangis dan meninggalkan dukamendalam bagi kita semua masyarakat Aceh. Ada banyak harapan dan aspirasi umatjuga agama yang telah dan akan dititipkan kepadanya. Ia diharapkan menjadibagian dari regulator kepemimpinan Aceh di periode mendatang dengan narasiperubahan dan perbaikan yang dibawa. 

Namun itulah takdir Tuhan, apa saja yangtelah ditetapkan Allah, itulah keputusan terbaik baik seorang hamba.Barangkali, dunia dengan segala hingar bingar dan gemerlapnya, tidak layak bagiAyah, maka Allah jemput ia di waktu dan momentum yang tepat, agar ia ada ditempat yang paling tepat. 

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved