Jurnalisme Warga
HUT Ke-25 Bireuen, Merajut Asa dan Merindukan Kehadirannya
Bireuen juga dikenal sebagai Kota Santri karena kabupaten ini memiliki pesantren terbanyak di Aceh dengan jumlah santrinya mencapai 51.000 orang.
Hal ini diperparah dengan kurangnya kesadaran wajib pajak dan retribusi. Belum lagi banyaknya tanah wakaf yang sangat potensial dalam wilayah kemasjidan Kabupaten Bireuen juga belum dimanfaatkan secara maksimal. Padahal. potensi ini bisa menjadi sumber pemasukan masjid sehingga mandiri sebagai pusat ibadah, pendidikan, dan pengembangan ekonomi umat.
Berikutnya, minimnya anggaran dari pusat yang dibawa pulang untuk Bireuen. Efeknya prioritas pembangunan seperti pembangunan jalan dan perawatan jalan tidak berjalan maksimal.
Dilema anggaran selama ini terjadi jika anggaran yang ada diprioritaskan khusus kepada infrastruktur, gaji tenaga sukarelawan, dan lain-lain. Akhirnya, SKPK revelan yang menangani masalah infrastruktur tidak akan berani berbicara banyak mengenai penguatan dan perbaikan infrastruktur di daerah-daerah zona merah untuk dianggarkan, mengingat postur anggaran secara keseluruhan terbilang minim.
Namun, yang membanggakan, di sektor olahraga, kontingen Bireuen mampu bertengger di peringkat 6 klasemen akhir Pekan Olah Raga Aceh (PORA) XIV Pidie pada tahun 2023. Tentu ini prestasi yang sangat luar biasa dalam bidang olahraga yang patut dipertahankan untuk event-event selanjutnya.
Ditambah perkembangan saat ini, tumbuh dan berkembangnya usaha kuliner di setiap sudut kota. Bireuen sangat berpeluang menjadi kota kuliner.
Bireuen juga memiliki potensi ekonomi yang cukup menjanjikan untuk dikembangkan menjadi kota perdagangan, kota jasa, kota pendidikan, kota teknologi, ataupun kota wisata.
Terdapatnya pusat-pusat perbelanjaan seperti mal dan toko grosiran, memungkinkan Bireuen dikembangkan menjadi kota belanja. Tentu ini menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah dalam menapaki usia yang ke-25.
Harapan ke depan
Pada Hari Ulang Tahun (HUT) Kabupaten Bireuen yang ke-25, banyak harapan yang digantungkan rakyat kepada pemerintah daerah. Tidak hanya sebatas maju dalam tataran fisik, tetapi lebih dari itu menyiapkan sumber daya manusia Bireuen yang unggul, berkualitas, berwibawa, berpikir moderat, serta religius secara perilaku dan tindakan.
Manajemen birokrasi yang partisipatif sangat diharapkan oleh masyarakat di era milenial ‘zaman now’. Pemimpin yang ‘low profile’ dan bisa berinteraksi langsung dengan masyarakat, menyerap aspirasi ‘wong cilik’ tanpa ada sekat dan jarak, merupakan idaman publik terhadap sosok pemimpin masa kini.
Saatnya kini fokus pada perbaikan dan penataan berbagai sektor pemerintahan untuk mengoptimalisasikan kembali peran dan fungsi pemerintah sebagai pelayan masyarakat.
Di samping itu, terus pula berupaya melakukan terobosan dan inovasi dalam meningkatkan PAD serta memfasilitasi masyarakat dalam mengembangkan potensi-potensi alam yang ada demi meningkatkan kesejahteraan keluarga dan masyarakat.
Hal ini harus diawali oleh ‘good goverment and clean governance’. Sebagai warga masyarakat tentu tidak berlebihan jika menitipkan harapan agar ke depan Bireuen lebih baik dan tidak menjadi penonton di rumahnya sendiri menyambut beroperasinya blok migas baru.
Pemimpin paling dibutuhkan
Setelah kita menyelami beberapa masalah utama di daerah ini, terlihat sangat jelas bahwa sumber utama problem pembangunan kita saat ini adalah tentang kondisi anggaran yang terbilang minim sehingga membuat prioritas lainnya terabaikan, pada akhirnya pembangunan itu bersiat parsial.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.