Cahaya Aceh

Menikmati Taman Edelweis di Puncak Burni Telong hingga Lautan Awan, Ini Persiapan dan Rute Pendakian

kehadiran Edelweis yang biasanya mulai tumbuh di ketinggian 1800 mdpl sekaligus menandakan kami hampir di puncak Burni Telong.

Penulis: Firdha Ustin | Editor: Yeni Hardika
SERAMBINEWS.COM/FIRDHA USTIN
Keindahan alam dari atas puncak Burni Telong dan potret bunga edelweis yang belum mekar di ketinggian. 

Cuaca pagi itu sedikit berkabut, hembusan angin terasa dingin yang turun dari ketinggian Burni Telong. Kumpulan kabut yang menyelimuti hijaunya pohon kopi, memberikan suasana sejuk sembari menikmati secangkir kopi Arabika khas Tanah Gayo.

Minggu, 20 Oktober 2024 lalu, penulis Serambinews.com berhasil menaklukkan puncak Burni Telong. Semua persiapan menuju puncak Burni Telong, mulai dari persiapan akomodasi, konsumsi hingga fisik yang prima sudah dipersiapkan.

SERAMBINEWS.COM - Burni Telong merupakan salah satu destinasi wisata petualangan yang terletak di Kabupaten Bener Meriah. Destinasi wisata ini terkenal dengan spot pendakian terbaik yang ada di wilayah provinsi Aceh.

Kawasan ini baru saja disirami hujan pagi itu. Dinginnya suhu menyelimuti perjalanan kami menuju pos registrasi pendakian Burni Telong.

Sepanjang perjalanan, mata kami disuguhkan dengan keindahan sebuah desa yang begitu asri, bersih dan indah. Pedesaan ini berada di kaki gunung Burni Telong.

Berjalan sedikit lagi, suguhan bentangan alam yang luas dengan hamparan kebun kopi yang siap dipanen milik warga setempat.

Di sela-sela pohon kopi yang tertata rapi, terdapat pula sebuah pohon berbatang kurus menjulang tinggi, pohon ini tampak indah selain karena daunnya yang rindang tetapi juga batang pohon yang diselimuti lumut dengan bulu daun yang sangat halus.

Kami tertuju pada keindahan batang-batang itu, hingga membuat mata kami berkedip karena kesilauan, ternyata matahari sudah mulai menampakkan diri, sepertinya ini menandakan pendakian kami direstui oleh 'alam'.

Data dari instansi Pemerintah Bener Meriah, disebutkan pada hari ke-4 lebaran Idul Fitri 1445 Hijriah ada sekitar 300 wisatawan berlibur kaki gunung Burni Telong.

Tak heran, banyaknya wisatawan yang berlibur ke kaki gunung Burni Telong bukan hanya karena keindahan alam yang menakjubkan tetapi juga akses jalan yang relatif mudah.

Gunung Burni Telong memiliki ketinggian 2624 Meter di Atas Permukaan Laut (MDPL).

Gunung ini memiliki ciri khas tersendir mulai dari vegetasi flora dan faunanya, rute pendakian, daya tarik di puncak, hingga medan pendakian yang menguji stamina dan adrenalin, menjadi sebuah cerita yang luar biasa ketika bisa menaklukkan puncaknya.

Baca juga: Mengulik Sejarah Kherkof Peucut di Aceh: Jejak Kolonialisme dan Perjuangan

Pendakian Dimulai

Penulis Serambinews.com bersama 20 orang tim pendaki lainnya tergabung dalam komunitas Atjeh Rimba, peserta pendakian mayoritas berasal dari Bireun, Banda Aceh, Lhokseumawe dan Blang Pidie, kami semua tiba di pusat registrasi sebelum melanjutkan pendakian ke Puncak Burni Telong.

Semua peserta pendakian harus melapor ke pusat registrasi termasuk kelengkapan data diri.

Sebelum memulai pendakian, kami menyusun ulang packing-carrier agar mudah dibawa oleh tiga orang porter gunung yang telah kami sewa.

Porter ini tidak hanya mengangkut barang bawaan, tetapi juga sebagai guide untuk menunjukkan jalan dan tempat-tempat menarik di gunung. 

Rute Pendakian

Dari pusat registrasi, pendaki akan berjalan dengan medan menanjak melewati kebun kopi milik warga, perjalanan memiliki estimasi waktu sekitar satu jam menuju pintu rimba. 

Pintu rimba merupakan gerbang awal pendakian yang berada dalam batas hutan antara ladang dan hutan heterogen sebagai pintu masuk.

Dari pintu rimba menuju selter satu memiliki estimasi perjalanan satu jam.

Di selter ini, terdapat sumber air, banyak pendaki yang berhenti sejenak sekaligus mengambil air untuk stok selama pendakian. 

Waktu menunjukkan pukul 11.40 WIB, kami melanjutkan perjalanan menuju selter dua dengan estimasi waktu dua jam. Sementara dari selter dua ke selter tiga memakan waktu satu setengah jam lagi.

Para pendaki umumnya bermalam di selter tiga. Ada banyak lokasi tanah yang datar sehingga memudahkan pendaki membentangkan peralatan campingnya.

Saat tiba di selter tiga, kami bertemu dengan kelompok pendaki lainnya, bahkan masih ada lima kelompok lagi yang tiba saat waktu menjelang maghrib.

Keindahan bentang alam yang ditawarkan gunung Burni Telong membuat siapa yang pernah mendakinya 'jatuh cinta'.

Seorang pendaki asal Banda Aceh, M Fiqram (24) mengaku pendakian ini merupakan kali keempat pendakian dirinya ke puncak Burni Telong.

Baca juga: Pasi Bakelok Jadi Destinasi Wisata Favorit di Kepulauan Banyak Aceh Singkil

Bukan tanpa alasan, gunung Burni Telong tidak hanya memberikan rasa ketenangan tetapi juga sebagai wadah menyalurkan hobinya yang suka mendaki sejak delapan tahun lalu.

"Karena memang hobi sejak lama mendaki gunung, jadi yang paling dekat dan salah stau gunung yang bagus di Aceh adalah Burni Telong, jadi kenapa tidak untuk mendaki lagi," katanya saat ditemui di Burni Telong. 

Bermalam di Shelter 3

Suara serangga saling bersahutan, hari semakin gelap, pun suhu semakin dingin.

Jaket yang kami kenakan rasanya masih kurang memberikan rasa hangat.

Seperti aktivitas para pendaki lainnya saat berada di perkemahan, kami mulai menghidupkan api unggun, makan malam, menjalin kebersamaan, meminum secangkir kopi hangat, tertawa bahagia, bahkan bermain games seru-seruan.

Ada banyak rasa serta kebahagiaan yang tak ternilai saat saya mendaki Burni Telong, mulai dari bertemu orang-orang baik, menemukan flora dan fauna serta menikmati indahnya ciptaan Tuhan yang terus menambah rasa syukur. 

Waktu menunjukkan pul 12.00 WIB, menandakan kami harus tidur sebelum melakukan pendakian ke puncak keesokan harinya pada pukul 04.00 WIB dini hari. 

Menuju Puncak Burni Telong

Perjalanan menuju puncak Burni Telong dimulai pukul 04.00 WIB dini hari dengan estimasi waktu pendakian empat-lima jam perjalanan.

Dinginnya suhu udara Burni Telong sekilas tidak terasa karena mobilitas akitivitas menanjak yang kami lakukan seolah memberikan kehangatan tersendiri pada tubuh. 

Saat kami berhasil menghabiskan waktu satu jam perjalanan, mata kami melihat ke arah belakang, ternyata pemandangan begitu indah saat kami melihat suguhan gemerlap lampu kota Takengon.

Beberapa dari kami berhenti sejenak menikmatinya atau bahkan berfoto dengan latar lampu tersebut.

Saat matahari mulai terbit, remang-remang cahaya menerangi perjalanan kami.

Kali ini, perjalanan sedikit lebih sulit karena selain medan yang dilalui menanjak, tapi juga tekstur bebatuan kerikil kecil dan pasir, seolah kami menaiki dua langkah tapi kaki bakal turun satu langkah. 

Perjalanan di atas ketinggian ini memang memakan waktu lebih lama untuk tiba di puncak, di sinilah baru terasa pentingnya mempersiapkan fisik yang matang mengingat medan menuju puncak Burni Telong sangat menguji fisik.

Usai melewati jalanan tersebut, nantinya pendaki akan dihadapkan lagi dengan sebuah batu besar dan tinggi dengan kemiringan hampir 90 derajat. 

Bagaimanapun batu tersebut harus dilalui agar bisa sampai di puncak. Berbekal sebuah utasan tali yang terikat di pohon, akhirnya kami pun berhasil melalui batu tersebut secara begantian dan penuh kehati-hatian.

Baca juga: Manis dan Lembutnya Roti Selai Samahani, Ikon Kuliner yang Wajib Dicoba Jika Bekunjung ke Aceh

Pertama Kali Melihat Taman Edelweis 

Ini merupakan kali pertama mayoritas dari kami melihat bunga Edelweis, atau bunga keabadian secara langsung di atas ketinggian, kehadiran Edelweis yang biasanya mulai tumbuh di ketinggian 1800 mdpl sekaligus menandakan kami hampir di puncak Burni Telong.

Bunga dengan nama latin Leontopodium Alpinum, atau biasa disebut Bunga Edelweis ini dapat dengan mudah ditemukan di ketingian Burni Telong.

Bunga edelweiss memiliki tampilan yang mudah dikenali, yakni berwarna putih, kelopak kecil, dan batang pendek.

Edelweiss memiliki daun kecil dan kabur, tetapi kelopak bunga putihnya sangat mirip wol.

Bunga edelweiss memiliki aroma ringan dan manis mirip dengan bunga eceng gondok. Hampir semua varietas mekar putih dengan dedaunan abu-abu hingga hijau.

bunga edelweis di puncak Burni Telong
Pengunjung menemukan bunga edelweis saat menuju puncak Burni Telong.

Meski senang bisa melihat langsung, namun menurut penuturan Abizar (26), ternyata ada waktu-waktu tertentu untuk bisa melihat lautan bungan Edelweis bermekaran di puncak Burni Telong yakni pada masa musimnya.

"Bunga-bunga Edelweis tumbuh saat musim hujan berakhir saat sinar matahari sedang insentif, di antara April hingga September," kata dia yang juga seorang guide setempat.

Tiba di Puncak Burni Telong, 2624 MDPL

Rasa bahagia menyelimuti hati dan pikiran, air mata serta perasaan haru dan bangga seolah semakin tidak terbendung saat kaki berhasil menginjakkan kaki di puncak Burni Telong usai melewati medan yang terjal.

Rasa lelah terbayarkan. 

Bentangan alam yang luas terlihat jelas dari atas ketinggian. Bahkan dari sisi kanan puncak terlihat jelas Bandar Udara Rembele. 

Indahnya alam semesta serta gugusan gunung-gunung tinggi menjulang tersusun begitu rapi atas ciptaan Tuhan.

Perjalanan kali ini seolah semakin menambah rasa nimat dan syukur.

Baca juga: Berwisata ke Kapal di Atas Rumah Lampulo, Saksi Bisu Tragedi Tsunami Aceh 2004

Keberuntungan kali ini lagi-lagi berpihak kepada kami ketika berhasil melihat langsung lautan awan dari atas puncak Burni Telong.

Gunung Burni Telong merupakan salah satu gunung yang menyajikan view lautan awan terbaik di puncaknya.

Namun sayangnya, tidak semua pendaki bisa mendapatkan pemandangan ini karena tergantung cuaca dan musim.

Lautan awan merupakan fenomena yang dapat dilihat ketika berbagai kondisi tumpang tindih dan waktunya tepat, dan kali ini adalah rezeki bagi kami dimana pendakian kali pertama langsung disuguhkan dengan lautan awan! (*)

CEK ARTIKEL LAINNYA TENTANG WISATA ACEH DI SINI

BACA BERITA SERAMBI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved