Kupi Beungoh
Selamat Jalan Tun Daim: Biar Jasa Jadi Kenangan
Tun Daim, laksana seorang mentor, selalu meluangkan waktu untuk membaca tulisan-tulisan saya tersebut.
Pertemuan itu adalah untuk menindaklanjuti kata pengantar yang sedang dibuat oleh Tun Mahathir, dan menanyakan kemungkinan Tun Mahathir menghadiri satu forum berkaitan wakaf yang akan berlangsung pada tahun depan.
Rencananya pagi itu, saya juga menyerahkan beberapa buku Isu-Isu Kontemporer Wakaf Indonesia kepada Tun Mahathir dan dua orang staf yang banyak membantu saya berkomunikasi dengan Tun Mahathir khususnya terkait dengan buku kompilasi tersebut.
Pada waktu yang sama saya juga akan menyerahkan buku berjudul ‘Antara Pasar dan Politik: BUMN di Bawah Dahlan Iskan’ yang dihadiahkan oleh penulisnya Fachry Ali kepada Tun Mahathir.
Sepulangnya dari YKP, saya berencana untuk singgah di Menara Ilham dan menyerahkan buku Isu-Isu Kontemporer Wakaf Indonesia ini kepada Tun Daim melalui salah seorang staf kepercayaannya karena Tun Daim sendiri dalam satu bulan belakangan ini memang kurang sehat dan sering mendapatkan rawatan di rumah sakit.
Sewaktu dalam perjalanan ke YKP di Putrajaya, saya menerima pesan dari Akhramsyah Muammar Ubaidah, anak sulung almarhum Tan Sri Sanusi Junid yang mengabarkan dia menerima berita bahwa Tun Daim Zainuddin baru saja meninggal dunia.
Dia juga mengabarkan akan memberitahukan informasi lanjutan tentang di mana jenazah Tun Daim akan dishalatkan dan dimakamkan.
Belum selesai saya membaca pesan ini, rasa sedih yang teramat sangat datang menyergap secara tiba-tiba. Tak terasa, mata saya berkaca-kaca ketika membalas pesan Akhramsyah sambil mengabarkan kepadanya bahwa saya sedang dalam perjalanan menuju kantor Tun Mahathir.
Setelah itu, saya kemudian mengkonfirmasikan informasi yang baru saya terima itu kepada dua orang yang rapat dengan Tun Daim, masing-masing Puan Kelly Kam, sekretaris Tun Daim dan Dr. Muhammed Abdul Khalid, adik ipar Tun Daim.
Jika berita itu benar, maka saya mohon bantuan untuk diberikan informasi di mana Tun Daim akan dishalatkan dan dikebumikan.
Saya lalu meneruskan perjalanan ke YKP untuk berjumpa dengan Puan Ima Abu Bakar, salah seorang staf Tun Mahathir.
Sesampainya di sana, staf Tun Mahathir itu membenarkan bahwa Tun Daim telah meninggalkan kita semua. Dia juga mengabarkan Tun Mahathir sangat bersedih karena sahabat karibnya ini telah tiada.
Kesedihan Tun M ini bisa kita lihat dalam wawancara beliau dengan salah satu stasiun TV swasta di Malaysia yang membuat liputan khusus atas meninggalnya Tun Daim, tokoh yang sangat berjasa bagi negara itu khususnya ketika Malaysia berhasil keluar dari krisis keuangan ketika beliau menjadi Menteri Keuangan.
Staf Tun Mahathir itu mengabarkan bahwa saat saya tiba di YKP, Tun Mahathir sedang bersiap-siap untuk memberikan penghormatan terakhir bagi sahabatnya itu di rumah Tun Daim yang berada di kawasan Bukit Tunku.
Ketika sedang berbicara dengan staf Tun Mahathir itu, saya menerima pesan dari Puan Kelly Kam dan Dr. Muhammed Abdul Khalid yang mengabarkan ke mana jenazah Tun Daim akan dibawa pulang dari rumah sakit menuju Bukit Tunku.
Di sana, keluarga dan sahabat Tun Daim akan diberikan kesempatan untuk memberikan penghormatan terakhir sebelum dishalatkan dan dikebumikan setelah shalat asar.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.