Opini
Meminjam Tangan Pemberontak Suriah untuk Menjamin Keamanan Israel
Langkah tak terduga HTS, yang selama ini beroperasi di Idlib -- tetangga Aleppo -- berlangsung di tengah masih berkecamuknya perang antara Israel me
Menyisihkan orang Palestina
Jelas Assad tidak mau bersepakat dalam isu ini dengan kaum pemberontak. Itu setara dengan gagasan pembentukan pemerintahan otonomi di Bakur (bahasa Kurdi artinya utara) yaitu di wilayah Turki bagian selatan yang dihuni mayoritas kaum Kurdi.
Ribuan warga Kurdi yang menjadi anggota Partai Buruh Kurdistan (PKK) di Bakur telah diburu dan dijebloskan dalam penjara oleh pemerintah Turki. Sementara Abdullah Ocalan, Ketua PKK, partai kaum Kurdi yang memperjuangkan otonomi di Bakur itu ditangkap dan dijatuhi hukuman mati setelah terlebih dahulu dicap sebagai teroris baik oleh Ankara maupun oleh Washington.
Erdogan berharap, dengan mendukung milisi pemberontak yang berada di bawah ketiaknya ini akan mampu menjatuhkan Assad dan akan mengobati rasa frustrasinya. Setelah itu, ia berharap HTS dan terutama FSA akan menjelma menjadi kekuatan utama di Suriah menyusul kejatuhan Assad.

Bagi Amerika menjatuhkan Assad merupakan usaha melanjutkan misi yang tertunda setelah sebelumnya sangat sukses menghancurkan Saddam Hussein dan Muammar Khadafi. Sementara permusuhan Israel dengan Assad dan rezim Baath Suriah sangat dalam. Bagi pemimpin Israel, Assad dan Ba'ath itu sama dengan perwujudan. Karena rezim Baath itulah yang menulis konstitusi Suriah.
Dalam Konstitusi itu disebutkan, setiap jengkal tanah yang ambil oleh Israel harus direbut kembali. Tentu yang dimaksudkan konstitusi Suriah itu adalah Dataran Tinggi Golan, yang direbut Israel dalam perang enam hari pada 1967. Sementara bagi Israel, dataran tinggi yang sangat strategis itu merupakan bagian integral wilayah Israel.
Ketika mengunjungi pasukan militer Israel di Golan, Netanyahu yang sekuler itu, akan mengutip-ngutip kitab suci, yang seakan mempertahankan Golan itu sesuai dengan kehendak ilahi. Sementara sejumlah pemukiman Yahudi di dataran tinggi ini juga dinamai dengan nama Presiden Amerika Donald Trump, yang dulunya sempat mengunjungi Goland. Dengan mengabadikan nama Trump ini, dimaksudkan untuk menggugah Amerika untuk selalu berada di belakang Israel dalam soal Golan dan Wilayah pendudukan lainnya.

Tapi yang lebih penting, baik bagi Amerika dan Israel, menjatuhkan rezim Assad saat ini sama berarti memutuskan jalur suplai senjata dari Teheran ke Hizbullah di Lebanon Selatan. Jadi posisi Suriah di bawah Assad ini adalah urat nadi bagi kehidupan Poros Perlawanan. Tanpa Baath di Suriah, berakhir pula riwayat aktor-aktor yang selama ini mengoreksi Washington dan siap berhadapan dengan Israel.
Tanpa Poros Perlawanan, bangsa Arab akan menyaksikan bagaimana Tepi Barat dan Dataran Tinggi Golan hilang selamanya. Setara, tanpa rezim Assad, Israel dengan mudah dan nyaman menjamin keamanan nasionalnya, dan dengan demikian sangat mudah pula menyisihkan orang Palestina dari masa depan kehidupan mereka di Tepi Barat kelak.
*) Penulis mantan Reporter Perang, dan menulis disertasi tentang Perang Suriah
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.